23.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Tak Ada Lagi Zona Merah di Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Berdasarkan indikator epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan pelayanan masyarakat yang bersumber dari www.covid19.go.id, di Sumatera Utara ((Sumut) tidak ada lagi daerah yang masuk ke dalam kategori resiko tinggi atau zona merah Covid-19. Update terbaru pada 3 Januari 2021, terdapat 3 zona hijau (tidak ada kasus terbaru), 4 zona kuning (risiko rendah) dan 26 zona kuning (risiko sedang).

GUBERNUR Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengaku bersyukur, karena tidak ada lagi satu daerah pun di Provinsi Sumut yang berstatus zona merah atau risiko tinggi penyebaran covid-19. “Namun tetap harus kita tingkatkan kewaspadaan dengan tekun menerapkan protokol kesehatan 3 M, pakai masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak,” ujar Edy Rahmayadi kepada wartawan di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Jumat (8/1).

Sejalan dengan itu, Edy berharap, masyarakat bersama pemerintah proaktif mengendalikan kasus covid di daerahnya masing-masing. “Jangan sepele, covid ini masih ada dan harus kita kendalikan bersama,” ujarnya.

Menurut Edy, dari 33 kabupaten/kota yang ada di Sumut, 26 di antaranya masuk kategori risiko sedang atau zona oranye, yakni Medan, Binjai, Tanjungbalai, Sibolga, Pematangsiantar, Gunung Sitoli, Pakpak Bharat, Samosir, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Deliserdang, dan Dairi. Lalu Kabupaten Toba, Padanglawas, Padanglawas Utara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu Selatan, Serdang Bedagai, Asahan, Batubara, Karo, Langkat, Humbang Hasundutan dan Tebingtinggi. “Zona merah tidak ada lagi, hanya zona oranye. Namun Medan, Deliserdang, Siantar, Simalungun dan Binjai penyumbang kasus Covid-19 terbesar di Sumut,” sebutnya.

Sementara untuk daerah yang masuk kategori risiko rendah atau zona kuning ada sebanyak 4 kabupaten/kota, yakni Tapanuli Utara, Simalungun, Nias Utara dan Padang Sidempuan. “Tidak ada kasus di Nias, Nias Selatan dan Nias Barat atau zona hijau. Ini harus benar-benar dijaga,” ucapnya.

Edy juga meminta semua pihak untuk tidak khawatir soal ketersediaan ruangan di rumah sakit buat pasien terpapar Covid-19. Sebab dari jumlah rumah sakit yang ditetapkan, hanya 30-40 persen saja yang terpakai untuk menangani pasien Corona. “Saya rasa tak usah ragu. Kita siapkan ini semua dan kita evaluasi. Kita masih terpakai hanya 30 sampai 40 persen, baik ICU, baik tempat tidur dan obat-obatan,” katanya.

Pemprov Sumut melalui Satgas Covid-19 akan terus mengupdate data kondisi ketersediaan kamar di rumah sakit yang ditunjuk untuk menangani pasien terpapar Corona. Di samping itu ia mengingatkan, agar masyarakat dan semua pihak bekerja keras guna menekan angka penyebaran Covid-19 di Sumut. Termasuk tetap disiplin dengan protokol kesehatan. “Rakyat harus mau gunakan masker dan pastikan jarak. Imbau rakyat untuk tidak lakukan kegiatan yang bisa berdampak pada penularan Covid-19. Ingatkan juga untuk selalu mencuci tangan memakai sabun,” katanya.

Terkhusus kepada bupati/wali kota, Edy minta tingkatkan pemeriksaan PCR terutama kepada tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. “Setiap 2 minggu sekali, nakes diwajibkan di- swab. Saya minta bupati dan wali kota benar-benar perhatikan ini. Lakukan juga pemeriksaan PCR kepada pegawai perkantoran, baik pemerintahan maupun swasta dan warga binaan di Lapas. Saya juga imbau pelaksanaan PCR dengan orang berstatus kontak erat, satu kasus konfirmasi Covid-19, maka harus dilakukan contact tracing terhadap 36 orang kontak erat,” terang mantan Pangkostrad dan Pangdam I/BB itu.

Berdasarkan update data kasus baru Covid-19 yang dicatat Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sumut pada Jumat (8/1), penambahan kasus baru positif Covid-19 masih terjadi. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, penambahan kasus baru positif sebanyak 92 orang. Namun demikian, Aris tak menjelaskan secara rinci penambahan kasus positif Covid-19 itu. “Akumulasinya angka positif saat ini menjadi 18.848 orang, setelah bertambah 92 kasus baru,” ujar Aris.

Kata dia, penambahan kasus baru juga didapatkan dari angka kematian sebanyak 4 orang. Dia juga tak menjelaskan penambahan yang meninggal akibat terinfeksi virus Corona berasal dari kabupaten/kota mana. “Jumlah sementara angka kematian menjadi 695 orang,” akunya.

Selain itu, Aris melanjutkan, penambahan juga diperoleh dari angka suspek sebanyak 2 orang sehingga akumulasinya menjadi 758 orang. Sedangkan jumlah spesimen yang lakukan swab test dan rapid test 249.740 sampel. “Untuk angka kesembuhan juga bertambah yaitu 80 orang. Kini, akumulasinya menjadi 16.089 orang yang sembuh dari Covid-19,” pungkasnya.

 

Jangan Bosan dan Tetap Disiplin

Sebelumnya, Gubsu Edy Rahmayadi mengikuti rapat koordinasi secara virtual dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan lima provinsi lain (Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau, Sumbar dan Papua) dari Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Jumat (8/1). Dalam rapat itu, Edy mengungkapkan, selama hampir setahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan, di sejumlah daerah di Tanah Air, sejak akhir 2020 hingga awal 2021, kasus Covid-19 cenderung meningkat. Edy menilai, salah satu penyebabnya adalah kendurnya kedisiplinan dan kontrol pada penyebaran virus ini.

Menurut Edy, masyarakat dan pemerintah ada yang mengalami kebosanan menghadapi pandemi ini. “Satu tahun bukan waktu yang sebentar memang, jadi mungkin timbul kebosanan dan lelah, padahal sikap tersebut berimbas kepada meningkatnya penyebaran Covid-19. Kita harapkan masyarakat dan pemerintah jangan kendur, tidak bosan karena masalah ini sangat serius dan wabah ini masih belum selesai,” katanya.

Sumut sendiri mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam penyebaran Covid-19. Hingga 7 Januari kasus aktif di Sumut 11 persen, 3 poin lebih rendah dari rata-rata nasional, kesembuhan 85,4 persen (nasional 82 persen) dan tingkat kematian 3,7 persen (nasional 3 persen). Namun, menurut Edy Rahmayadi, masyarakat dan pemerintah tidak boleh mengurangi tingkat kontrol dan kedisiplinan melawan Covid-19.

“Dalam beberapa bulan terakhir kita memang mengalami penurunan, tetapi bukan berarti kita bisa lebih santai menghadapi ini. Intensitas kita melawan Covid-19 malah harus ditingkatkan karena bila lengah penyebarannya makin tinggi dan semakin sulit mengatasinya,” tambah Edy, yang didampingi Kadis Kesehatan Alwi Mujahit dan Kadis Kominfo Irman Oemar.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembatasan kegiatan yang dilakukan masyarakat. Karena menurutnya, di akhir tahun kerumunan massa banyak terjadi dan imbasnya kasus Covid-19 meningkat. “Berdasarkan tingkat kepatuhan di Bulan November terjadi penurunan, di situ ada demo Omnibuslaw, banyak kegiatan masyarakat seperti acara pernikahan, libur akhir tahun dan sebagainya. Hasil yang kita dapat, kasus meningkat di bulan Desember dan awal tahun. Kita minta pemerintah dan masyarakat memperhatikan ini, tetap kontrol,” kata Luhut.

Luhut juga mengingatkan kepada Gubernur Sumut agar lebih mewaspadai peningkatan kasus Covid-19 di pertengahan Januari 2021. “Harus tetap waspada, karena kalau dari perhitungan kita kasus kemungkinan meningkat tanggal 15, 16 dan 17, ini dari liburan Natal dan Tahun Baru, jadi harus hati-hati,” tegas Luhut.

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menambahkan, akan mengeluarkan protokol pengobatan yang baru untuk mempermudah penanganan pasien Covid-19. Menurutnya, protokol pengobatan ini juga akan lebih mudah diterapkan petugas kesehatan di daerah-daerah. “Untuk mempermudah penanganan Covid-19 mudah-mudahan minggu depan protokol pengobatan bisa kita keluarkan agar lebih mudah dilakukan petugas medis di daerah. Selain itu, kita juga akan memperhatikan distribusi obat-obatannya,” kata Dante.

Pada rapat kali ini, Edy Rahmayadi juga didampingi Kapolda Sumut Irjen Pol Martuani Sormin dan Pangdam I/BB Mayjen TNI Hassanudin. Secara virtual juga hadir Kemendagri Tito Karnavian, Kepala BNPB Doni Monardo, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan, dan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia Syafri K Arif.

 

Ogah Terapkan PSBB

Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku ogah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumut. Menurutnya, PSBB hanya berlaku bagi provinsi yang masuk wilayah beresiko tinggi penyebaran Covid-19.

“Itu tergantung daerah masing masing. Situasi di daerah itu adalah gubernur. Gubernur itukan perwakilan pusat di daerah. Melihat situasi seperti ini, tempo hari di Jawa melakukan PSBB. Tapi di Sumut kan tidak melakukan PSBB. Jadi itu tergantung situasi di daerah masing masing. Situasinya Sumut belum butuh PSBB,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu Jalan Sudirman Medan, Kamis (7/1) sore.

Edy menyebut, Sumut dalam 14 hari terakhir angka pertambahan pasien terpapar virus Corona rata-rata 83 kasus. Di samping itu, angka kesembuhan di Sumut sebanyak 15.836 kasus atau 85,2 persen, atau berada di atas rata-rata kesembuhan nasional yakni 83 persen. Dan per 5 Januari 2021, total kasus konfirmasi Covid-19 di Sumut mencapai 18.586.

Kata Edy lagi, untuk mengambil sebuah kebijakan, Pemprov Sumut juga harus selalu memerhatikan dampak yang akan dialami oleh masyarakat. Jangan sampai merugikan masyarakat. “Tetapi bukan berarti mengorbankan masyarakat. Pimpinan imi harus menyayangi rakyatnya, secara ril dan bukan ikut-ikutan. Karena semua itu ada tuntutannya, baik secara finansial, fisik maupun nonfisik harus dipersiapkan sebelum mengambil keputusan,” ucapnya.

Bila terjadi peningkatan kasus positif Covid-19, maka pihaknya lebih memilih melakukan penyekatan di pintu masuk kabupaten dan kota, seperti yang sudah diterapkan beberapa waktu lalu. Selain itu juga dirinya akan mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas pada malam hari selama pandemi berlangsung. Bahkan tidak segan melakukan penindakan terhadap lokasi usaha yang memicu bertambahnya kasus Covid-19 serta melanggar Undang-undang.

Mantan Ketua Umum PSSI menilai kebijakan itu efektif menurunkan angka penularan covid-19 di Sumut. “Tempo hari kita kan melakukan penyekatan. Penyekatan di mana di daerah yang terpapar tinggi. Tadi kan sudah jelas Medan, Deliserdang, Simalungun, Binjai dan Siantar, itu yang tempo hari kita sekat. Dan terbukti turun dia,” katanya.

Ia meminta masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan karena sampai kini belum ada obat yang ampuh menyembuhkan virus Corona. “Dan yang terpenting tolong sampaikan kepada masyarakat, saya pernah coba penyekatan di siang hari, tidak signifikan bergeser. Tetapi begitu malam hari dilakukan pendisiplinan, turun drastis dari 200-an menjadi sempat 70-an pada bulan lalu. Jadi untuk itu kegiatan malam ini yang perlu sementara kita hindari. Tetapi khusus kegiatan yang menyalahi UU itu bukan tutup sementara, tapi tutup permanen,” tegasnya. (prn/ris)

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Berdasarkan indikator epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan pelayanan masyarakat yang bersumber dari www.covid19.go.id, di Sumatera Utara ((Sumut) tidak ada lagi daerah yang masuk ke dalam kategori resiko tinggi atau zona merah Covid-19. Update terbaru pada 3 Januari 2021, terdapat 3 zona hijau (tidak ada kasus terbaru), 4 zona kuning (risiko rendah) dan 26 zona kuning (risiko sedang).

GUBERNUR Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengaku bersyukur, karena tidak ada lagi satu daerah pun di Provinsi Sumut yang berstatus zona merah atau risiko tinggi penyebaran covid-19. “Namun tetap harus kita tingkatkan kewaspadaan dengan tekun menerapkan protokol kesehatan 3 M, pakai masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak,” ujar Edy Rahmayadi kepada wartawan di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Jumat (8/1).

Sejalan dengan itu, Edy berharap, masyarakat bersama pemerintah proaktif mengendalikan kasus covid di daerahnya masing-masing. “Jangan sepele, covid ini masih ada dan harus kita kendalikan bersama,” ujarnya.

Menurut Edy, dari 33 kabupaten/kota yang ada di Sumut, 26 di antaranya masuk kategori risiko sedang atau zona oranye, yakni Medan, Binjai, Tanjungbalai, Sibolga, Pematangsiantar, Gunung Sitoli, Pakpak Bharat, Samosir, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Deliserdang, dan Dairi. Lalu Kabupaten Toba, Padanglawas, Padanglawas Utara, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu Selatan, Serdang Bedagai, Asahan, Batubara, Karo, Langkat, Humbang Hasundutan dan Tebingtinggi. “Zona merah tidak ada lagi, hanya zona oranye. Namun Medan, Deliserdang, Siantar, Simalungun dan Binjai penyumbang kasus Covid-19 terbesar di Sumut,” sebutnya.

Sementara untuk daerah yang masuk kategori risiko rendah atau zona kuning ada sebanyak 4 kabupaten/kota, yakni Tapanuli Utara, Simalungun, Nias Utara dan Padang Sidempuan. “Tidak ada kasus di Nias, Nias Selatan dan Nias Barat atau zona hijau. Ini harus benar-benar dijaga,” ucapnya.

Edy juga meminta semua pihak untuk tidak khawatir soal ketersediaan ruangan di rumah sakit buat pasien terpapar Covid-19. Sebab dari jumlah rumah sakit yang ditetapkan, hanya 30-40 persen saja yang terpakai untuk menangani pasien Corona. “Saya rasa tak usah ragu. Kita siapkan ini semua dan kita evaluasi. Kita masih terpakai hanya 30 sampai 40 persen, baik ICU, baik tempat tidur dan obat-obatan,” katanya.

Pemprov Sumut melalui Satgas Covid-19 akan terus mengupdate data kondisi ketersediaan kamar di rumah sakit yang ditunjuk untuk menangani pasien terpapar Corona. Di samping itu ia mengingatkan, agar masyarakat dan semua pihak bekerja keras guna menekan angka penyebaran Covid-19 di Sumut. Termasuk tetap disiplin dengan protokol kesehatan. “Rakyat harus mau gunakan masker dan pastikan jarak. Imbau rakyat untuk tidak lakukan kegiatan yang bisa berdampak pada penularan Covid-19. Ingatkan juga untuk selalu mencuci tangan memakai sabun,” katanya.

Terkhusus kepada bupati/wali kota, Edy minta tingkatkan pemeriksaan PCR terutama kepada tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. “Setiap 2 minggu sekali, nakes diwajibkan di- swab. Saya minta bupati dan wali kota benar-benar perhatikan ini. Lakukan juga pemeriksaan PCR kepada pegawai perkantoran, baik pemerintahan maupun swasta dan warga binaan di Lapas. Saya juga imbau pelaksanaan PCR dengan orang berstatus kontak erat, satu kasus konfirmasi Covid-19, maka harus dilakukan contact tracing terhadap 36 orang kontak erat,” terang mantan Pangkostrad dan Pangdam I/BB itu.

Berdasarkan update data kasus baru Covid-19 yang dicatat Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sumut pada Jumat (8/1), penambahan kasus baru positif Covid-19 masih terjadi. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, penambahan kasus baru positif sebanyak 92 orang. Namun demikian, Aris tak menjelaskan secara rinci penambahan kasus positif Covid-19 itu. “Akumulasinya angka positif saat ini menjadi 18.848 orang, setelah bertambah 92 kasus baru,” ujar Aris.

Kata dia, penambahan kasus baru juga didapatkan dari angka kematian sebanyak 4 orang. Dia juga tak menjelaskan penambahan yang meninggal akibat terinfeksi virus Corona berasal dari kabupaten/kota mana. “Jumlah sementara angka kematian menjadi 695 orang,” akunya.

Selain itu, Aris melanjutkan, penambahan juga diperoleh dari angka suspek sebanyak 2 orang sehingga akumulasinya menjadi 758 orang. Sedangkan jumlah spesimen yang lakukan swab test dan rapid test 249.740 sampel. “Untuk angka kesembuhan juga bertambah yaitu 80 orang. Kini, akumulasinya menjadi 16.089 orang yang sembuh dari Covid-19,” pungkasnya.

 

Jangan Bosan dan Tetap Disiplin

Sebelumnya, Gubsu Edy Rahmayadi mengikuti rapat koordinasi secara virtual dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan lima provinsi lain (Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau, Sumbar dan Papua) dari Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Jumat (8/1). Dalam rapat itu, Edy mengungkapkan, selama hampir setahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan, di sejumlah daerah di Tanah Air, sejak akhir 2020 hingga awal 2021, kasus Covid-19 cenderung meningkat. Edy menilai, salah satu penyebabnya adalah kendurnya kedisiplinan dan kontrol pada penyebaran virus ini.

Menurut Edy, masyarakat dan pemerintah ada yang mengalami kebosanan menghadapi pandemi ini. “Satu tahun bukan waktu yang sebentar memang, jadi mungkin timbul kebosanan dan lelah, padahal sikap tersebut berimbas kepada meningkatnya penyebaran Covid-19. Kita harapkan masyarakat dan pemerintah jangan kendur, tidak bosan karena masalah ini sangat serius dan wabah ini masih belum selesai,” katanya.

Sumut sendiri mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam penyebaran Covid-19. Hingga 7 Januari kasus aktif di Sumut 11 persen, 3 poin lebih rendah dari rata-rata nasional, kesembuhan 85,4 persen (nasional 82 persen) dan tingkat kematian 3,7 persen (nasional 3 persen). Namun, menurut Edy Rahmayadi, masyarakat dan pemerintah tidak boleh mengurangi tingkat kontrol dan kedisiplinan melawan Covid-19.

“Dalam beberapa bulan terakhir kita memang mengalami penurunan, tetapi bukan berarti kita bisa lebih santai menghadapi ini. Intensitas kita melawan Covid-19 malah harus ditingkatkan karena bila lengah penyebarannya makin tinggi dan semakin sulit mengatasinya,” tambah Edy, yang didampingi Kadis Kesehatan Alwi Mujahit dan Kadis Kominfo Irman Oemar.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembatasan kegiatan yang dilakukan masyarakat. Karena menurutnya, di akhir tahun kerumunan massa banyak terjadi dan imbasnya kasus Covid-19 meningkat. “Berdasarkan tingkat kepatuhan di Bulan November terjadi penurunan, di situ ada demo Omnibuslaw, banyak kegiatan masyarakat seperti acara pernikahan, libur akhir tahun dan sebagainya. Hasil yang kita dapat, kasus meningkat di bulan Desember dan awal tahun. Kita minta pemerintah dan masyarakat memperhatikan ini, tetap kontrol,” kata Luhut.

Luhut juga mengingatkan kepada Gubernur Sumut agar lebih mewaspadai peningkatan kasus Covid-19 di pertengahan Januari 2021. “Harus tetap waspada, karena kalau dari perhitungan kita kasus kemungkinan meningkat tanggal 15, 16 dan 17, ini dari liburan Natal dan Tahun Baru, jadi harus hati-hati,” tegas Luhut.

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menambahkan, akan mengeluarkan protokol pengobatan yang baru untuk mempermudah penanganan pasien Covid-19. Menurutnya, protokol pengobatan ini juga akan lebih mudah diterapkan petugas kesehatan di daerah-daerah. “Untuk mempermudah penanganan Covid-19 mudah-mudahan minggu depan protokol pengobatan bisa kita keluarkan agar lebih mudah dilakukan petugas medis di daerah. Selain itu, kita juga akan memperhatikan distribusi obat-obatannya,” kata Dante.

Pada rapat kali ini, Edy Rahmayadi juga didampingi Kapolda Sumut Irjen Pol Martuani Sormin dan Pangdam I/BB Mayjen TNI Hassanudin. Secara virtual juga hadir Kemendagri Tito Karnavian, Kepala BNPB Doni Monardo, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan, dan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia Syafri K Arif.

 

Ogah Terapkan PSBB

Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku ogah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumut. Menurutnya, PSBB hanya berlaku bagi provinsi yang masuk wilayah beresiko tinggi penyebaran Covid-19.

“Itu tergantung daerah masing masing. Situasi di daerah itu adalah gubernur. Gubernur itukan perwakilan pusat di daerah. Melihat situasi seperti ini, tempo hari di Jawa melakukan PSBB. Tapi di Sumut kan tidak melakukan PSBB. Jadi itu tergantung situasi di daerah masing masing. Situasinya Sumut belum butuh PSBB,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu Jalan Sudirman Medan, Kamis (7/1) sore.

Edy menyebut, Sumut dalam 14 hari terakhir angka pertambahan pasien terpapar virus Corona rata-rata 83 kasus. Di samping itu, angka kesembuhan di Sumut sebanyak 15.836 kasus atau 85,2 persen, atau berada di atas rata-rata kesembuhan nasional yakni 83 persen. Dan per 5 Januari 2021, total kasus konfirmasi Covid-19 di Sumut mencapai 18.586.

Kata Edy lagi, untuk mengambil sebuah kebijakan, Pemprov Sumut juga harus selalu memerhatikan dampak yang akan dialami oleh masyarakat. Jangan sampai merugikan masyarakat. “Tetapi bukan berarti mengorbankan masyarakat. Pimpinan imi harus menyayangi rakyatnya, secara ril dan bukan ikut-ikutan. Karena semua itu ada tuntutannya, baik secara finansial, fisik maupun nonfisik harus dipersiapkan sebelum mengambil keputusan,” ucapnya.

Bila terjadi peningkatan kasus positif Covid-19, maka pihaknya lebih memilih melakukan penyekatan di pintu masuk kabupaten dan kota, seperti yang sudah diterapkan beberapa waktu lalu. Selain itu juga dirinya akan mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas pada malam hari selama pandemi berlangsung. Bahkan tidak segan melakukan penindakan terhadap lokasi usaha yang memicu bertambahnya kasus Covid-19 serta melanggar Undang-undang.

Mantan Ketua Umum PSSI menilai kebijakan itu efektif menurunkan angka penularan covid-19 di Sumut. “Tempo hari kita kan melakukan penyekatan. Penyekatan di mana di daerah yang terpapar tinggi. Tadi kan sudah jelas Medan, Deliserdang, Simalungun, Binjai dan Siantar, itu yang tempo hari kita sekat. Dan terbukti turun dia,” katanya.

Ia meminta masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan karena sampai kini belum ada obat yang ampuh menyembuhkan virus Corona. “Dan yang terpenting tolong sampaikan kepada masyarakat, saya pernah coba penyekatan di siang hari, tidak signifikan bergeser. Tetapi begitu malam hari dilakukan pendisiplinan, turun drastis dari 200-an menjadi sempat 70-an pada bulan lalu. Jadi untuk itu kegiatan malam ini yang perlu sementara kita hindari. Tetapi khusus kegiatan yang menyalahi UU itu bukan tutup sementara, tapi tutup permanen,” tegasnya. (prn/ris)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/