26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Semuanya Libur, Ikut Lomba Karaoke

Melihat Suasana Jelang Imlek di Medan (2)

Berbeda dengan warga Rumah Susun Asia Mega Mas, komunitas Tionghoa di Jalan Metal, Kelurahan Tanjungmulia, Medan Deli, lebih semarak menyambut Imlek. Tidak sekadar sembahyang dan silaturahmi, lomba karaoke pun mereka gagas untuk menyemarakkan pergantian tahun tersebut.

Deking Sembiring, Medan

Perbedaan lainnya dengan Rusun Asia Mega Mas adalah suasana di Jalan Metal. Di tempat ini properti Imlek terpampang nyata. Merah meriah. Ucapan Gong Xi Fat Cai dari salah satu pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara melalui spanduk sudah terpampang di jalan masuk. Suasana semakin terasa, ketika aroma pembakaran hio kian menyengat di hidung.

DIPASANG TENDA: Balai Sosial Masyarakat Jalan Metal  sudah dipasangi tenda sebagai persiapan menyambut Tahun Baru Imlek.
DIPASANG TENDA: Balai Sosial Masyarakat Jalan Metal yang sudah dipasangi tenda sebagai persiapan menyambut Tahun Baru Imlek.

Tak salah, dari bentuk rumah yang rata-rata berpintu besi, Jalan Metal memang dihuni mayoritas etnis Tionghoa. Dan, Kamis (7/2) balai sosial yang ada dipemukiman tersebut sedikit ramai, karena kebetulan ada warga yang meninggal dunia.

Menurut Budi (30), warga Jalan Metal, Tahun Baru Imlek memang sangat spesial bagi warga daerah tersebut. Karena itu, setiap tahun digelar lomba karaoke di lapangan basket yang berada di samping balai sosial tersebut. “Lomba karaoke ini bisa diikuti siapa saja, meski dia bukan etnis Tionghoa,” jelas Budi.

Lomba karaoke ini dikatakan sudah menjadi agenda tahunan di kawasan tersebut. Untuk tahun ini, lomba ini digelar pada 10 dan 11 Februari. Dan, pada tanggal itu juga, kegiatan warga di Jalan Metal sebagian besar libur. “Warga di sini biasanya libur, mereka fokus untuk merayakan Imlek,” jelasnya.
Selain itu, suasana keakraban juga tergambar dari daerah ini. Setiap Tahun Baru Imlek, mereka selalu saling bersilaturahmi dengan mendatangi rumah tetangga. “Seperti biasa, pada malam Imlek, kita melakukan sembahyang, setelah itu melakukan silaturahmi ke rumah tetangga,” jelasnya.

Bukan hanya pada Tahun Baru Imlek, keakraban sebenarnya sudah terlihat pada hari-hari biasa. Lapangan basket yang ada di tengah-tengah pemukiman dijadikan sebagai tempat berkumpul dan bertukar pikiran antara sesama warga. Karena itu, warga sudah bergabung dalam Persatuan Tionghoa Muslim (PTM) Jalan Metal, yang berdiri mulai tahun 80-an lalu.

“PTM itu merupakan bentuk kebersamaan kita sesama warga Jalan Metal. PTM ini sudah ada sejak tahun 80-an lalu,” kata Kepala Lingkungan XXVIII Kelurahan Tanjungmulia, Kin Sen (60).

Etnis Tionghoa merupakan penduduk mayoritas yang ada di Jalan Metal. Meski, ada juga yang berasal dari suku lain, tapi itu masih beberapa saja. Menurut Kin Sen, jumlah penduduk di Jalan Metal sekarang ini sekitar 4.500 jiwa dan masuk dalam empat lingkungan, yakni Lingkungan XVI, Lingkungan XVIII, Lingkungan XIX dan Lingkungan XXVIII.

“Penduduk di sini didominasi oleh etnis Tionghoa. Sebagaian besar datang dari Aceh, sebagai pengungsi sekitar 50 tahun silam. Saya merupakan salah satu pengungsi tersebut dan sudah menetap sejak 50 tahun silam,” ujar Kin Sen yang mengaku sudah 20 tahun menjadi kepling tersebut.

Lomba karaoke tersebut merupakan hal yang unik dalam setiap perayaan pergantian tahun menurut kelender China di kawasan tersebut. Lomba ini juga bertujuan untuk meningkatkan persatuan antara sesama. “Lomba karaoke itu selain untuk memeriahkan perayaan Imlek, juga untuk meningkatkan tali persaudaran kita antara sesama warga Jalan Metal ini. Jadi rutin digelar dalam lima tahun belakangan ini,” jelas Kin Sen.

Sebelum itu, warga juga akan melakukan pembakaran hio disusul sembahyang. Setelah itu, para warga pun saling berkunjung dan saling membagi ‘angpau’. Ini juga bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi. “Angpau itu tidak perlu besarnya, yang penting ada saja. Ini menandakan kita sebagai saudara dan juga saling membantu,” paparnya lagi.

Suasana Imlek memang sangat terasa di Jalan Metal ini. Setiap perayaan, Pasar Pagi yang ada di permukiman ini juga libur. Meski tidak ada larangan, tapi para pedagang dari suku lain juga seolah-olah sudah mengerti, sehingga tidak berjualan setiap perayaan Imlek. “Kita tidak ada melarang, tapi para pedagang dari suku lain juga memang sudah mengerti. Kita di sini memang saling menghormati satu sama lain,” tambahnya lagi.

Berdasarkan pantuan, di perekonomian warga di Jalan Metal memang cukup baik. Ini terlihat dari banyaknya mobil yang parkir di depan rumah warga. Jadi, wajar saja kalau mereka menyambut kedatangan Tahun (shio) Ular ini denagn suka cita. Ya, tidak seperti di Rusun Asia Mega Emas. (bersambung)

Melihat Suasana Jelang Imlek di Medan (2)

Berbeda dengan warga Rumah Susun Asia Mega Mas, komunitas Tionghoa di Jalan Metal, Kelurahan Tanjungmulia, Medan Deli, lebih semarak menyambut Imlek. Tidak sekadar sembahyang dan silaturahmi, lomba karaoke pun mereka gagas untuk menyemarakkan pergantian tahun tersebut.

Deking Sembiring, Medan

Perbedaan lainnya dengan Rusun Asia Mega Mas adalah suasana di Jalan Metal. Di tempat ini properti Imlek terpampang nyata. Merah meriah. Ucapan Gong Xi Fat Cai dari salah satu pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara melalui spanduk sudah terpampang di jalan masuk. Suasana semakin terasa, ketika aroma pembakaran hio kian menyengat di hidung.

DIPASANG TENDA: Balai Sosial Masyarakat Jalan Metal  sudah dipasangi tenda sebagai persiapan menyambut Tahun Baru Imlek.
DIPASANG TENDA: Balai Sosial Masyarakat Jalan Metal yang sudah dipasangi tenda sebagai persiapan menyambut Tahun Baru Imlek.

Tak salah, dari bentuk rumah yang rata-rata berpintu besi, Jalan Metal memang dihuni mayoritas etnis Tionghoa. Dan, Kamis (7/2) balai sosial yang ada dipemukiman tersebut sedikit ramai, karena kebetulan ada warga yang meninggal dunia.

Menurut Budi (30), warga Jalan Metal, Tahun Baru Imlek memang sangat spesial bagi warga daerah tersebut. Karena itu, setiap tahun digelar lomba karaoke di lapangan basket yang berada di samping balai sosial tersebut. “Lomba karaoke ini bisa diikuti siapa saja, meski dia bukan etnis Tionghoa,” jelas Budi.

Lomba karaoke ini dikatakan sudah menjadi agenda tahunan di kawasan tersebut. Untuk tahun ini, lomba ini digelar pada 10 dan 11 Februari. Dan, pada tanggal itu juga, kegiatan warga di Jalan Metal sebagian besar libur. “Warga di sini biasanya libur, mereka fokus untuk merayakan Imlek,” jelasnya.
Selain itu, suasana keakraban juga tergambar dari daerah ini. Setiap Tahun Baru Imlek, mereka selalu saling bersilaturahmi dengan mendatangi rumah tetangga. “Seperti biasa, pada malam Imlek, kita melakukan sembahyang, setelah itu melakukan silaturahmi ke rumah tetangga,” jelasnya.

Bukan hanya pada Tahun Baru Imlek, keakraban sebenarnya sudah terlihat pada hari-hari biasa. Lapangan basket yang ada di tengah-tengah pemukiman dijadikan sebagai tempat berkumpul dan bertukar pikiran antara sesama warga. Karena itu, warga sudah bergabung dalam Persatuan Tionghoa Muslim (PTM) Jalan Metal, yang berdiri mulai tahun 80-an lalu.

“PTM itu merupakan bentuk kebersamaan kita sesama warga Jalan Metal. PTM ini sudah ada sejak tahun 80-an lalu,” kata Kepala Lingkungan XXVIII Kelurahan Tanjungmulia, Kin Sen (60).

Etnis Tionghoa merupakan penduduk mayoritas yang ada di Jalan Metal. Meski, ada juga yang berasal dari suku lain, tapi itu masih beberapa saja. Menurut Kin Sen, jumlah penduduk di Jalan Metal sekarang ini sekitar 4.500 jiwa dan masuk dalam empat lingkungan, yakni Lingkungan XVI, Lingkungan XVIII, Lingkungan XIX dan Lingkungan XXVIII.

“Penduduk di sini didominasi oleh etnis Tionghoa. Sebagaian besar datang dari Aceh, sebagai pengungsi sekitar 50 tahun silam. Saya merupakan salah satu pengungsi tersebut dan sudah menetap sejak 50 tahun silam,” ujar Kin Sen yang mengaku sudah 20 tahun menjadi kepling tersebut.

Lomba karaoke tersebut merupakan hal yang unik dalam setiap perayaan pergantian tahun menurut kelender China di kawasan tersebut. Lomba ini juga bertujuan untuk meningkatkan persatuan antara sesama. “Lomba karaoke itu selain untuk memeriahkan perayaan Imlek, juga untuk meningkatkan tali persaudaran kita antara sesama warga Jalan Metal ini. Jadi rutin digelar dalam lima tahun belakangan ini,” jelas Kin Sen.

Sebelum itu, warga juga akan melakukan pembakaran hio disusul sembahyang. Setelah itu, para warga pun saling berkunjung dan saling membagi ‘angpau’. Ini juga bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi. “Angpau itu tidak perlu besarnya, yang penting ada saja. Ini menandakan kita sebagai saudara dan juga saling membantu,” paparnya lagi.

Suasana Imlek memang sangat terasa di Jalan Metal ini. Setiap perayaan, Pasar Pagi yang ada di permukiman ini juga libur. Meski tidak ada larangan, tapi para pedagang dari suku lain juga seolah-olah sudah mengerti, sehingga tidak berjualan setiap perayaan Imlek. “Kita tidak ada melarang, tapi para pedagang dari suku lain juga memang sudah mengerti. Kita di sini memang saling menghormati satu sama lain,” tambahnya lagi.

Berdasarkan pantuan, di perekonomian warga di Jalan Metal memang cukup baik. Ini terlihat dari banyaknya mobil yang parkir di depan rumah warga. Jadi, wajar saja kalau mereka menyambut kedatangan Tahun (shio) Ular ini denagn suka cita. Ya, tidak seperti di Rusun Asia Mega Emas. (bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/