25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Dua Bocah Tenggelam di Kolam Bekas Galian

Foto: RAJA/PM Kolam bekas galian tempat dua bocah tewas.
Foto: RAJA/PM
Kolam bekas galian tempat dua bocah tewas.

LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Romi Alfarizi (9) dan sepupunya Diffo Alfando (6) meregang nyawa saat berenang di kolam bekas galian tanah timbun sedalam 5 meter di Jalan Bakti ABRI Lingkungan 3, Kelurahan Martubung, Medan Labuhan, Minggu (8/2) sekira pukul 10.00 WIB. Tenggelamnya kedua murid SD Negeri Paya Bakung Cingwan, Medan Labuhan ini sontak menggemparkan warga sekitar.

Info dihimpun dari lokasi, peristiwa naas ini berawal saat Romi dan Diffo sepakat menghabiskan libur sekolah untuk mandi-mandi di galian yang dijadikan kolam oleh Haji Iwan, selaku pemilik tanah. Tanpa pamitan, keduanya berangkat ke kolam yang hanya berjarak 500 meter dari kediaman mereka. Di tengah perjalanan, keduanya bertemu dengan Aini (6), adik kandung Romi. Karena penasaran, Aini memaksa ikut ke kolam.

Tanpa restu orangtua, ketiganya berjalan kaki menuju kolam yang suasananya sunyi dan dikelilingi pohon -pohon besar itu. Sekitar 10 menit kemudian, ketiganya pun tiba di lokasi. Tanpa melepas baju dan celana, Romi dan Diffo langsung nyemplung ke kolam. Sedang Aini yang tak tau berenang memilih menunggu sembari menonton kedua abangnya bermain dari atas tepi kolam.

Sekitar satu jam berada di kolam, Romi dan Diffo tiba-tiba menghilang (tenggelam-red).

Yakin terjadi sesuatu yang buruk, Aini yang ketakutan memilih pulang ke rumah dan menceritakan kejadian itu pada ayahnya, Muliadi (40). Mendengar cerita Aini, Muliadi yang panik lantas meminta tolong kepada warga sekitar. Bermodalkan kepandaian berenang, warga yang berjumlah sekitar sepuluh orang itu langsung melompat ke dalam kolam untuk mencari kedua korban. Setengah jam mencari, korban akhirnya ditemukan sudah jadi mayat.

Evakuasi jenazah disambut jerit tangis keluarga kedua korban. Orangtua kedua korban sempat syok melihat tubuh anak mereka yang telah membiru. Tak lama kemudian, jenazah kedua korban dibawa ke rumah duka. Setelah melakukan fardu kifayah (memandikan jenazah-red), jasad kedua korban dikebumikan di pemakaman umum tak jauh dari lokasi.

Muliadi, ayah Romi, mengaku tidak mengetahui anaknya pergi ke kolam tersebut untuk mandi –mandi. “Saya tidak mengetahui mereka ke kolam, pasalnya almarhum bersama saudaranya itu tidak ada pamitan,” lirih Muliadi.

Muliadi didampingi istrinya,Wati (37) juga tak melihat hal aneh atau tanda-tanda korban akan pergi tuk selamanya. “Sebelum meninggal, anak pertama kami ini tidak ada berbuat yang aneh -aneh,apalagi bercerita yang aneh. Jadi kita selaku orangtua tidak begitu memperhatikan secara detail tingkahnya,”sambung Muliadi.

Hal serupa juga diungkapkan Saiful Bahri (38), ayah Diffo. Di mana anak satu-satunya itu juga tak ada meminta izin kepada dirinya untuk pergi berenang. “Saya memang sempat bertanya kepada almarhum saat akan pergi. Namun kala itu almarhum mengaku hendak pergi main-main ke rumah Romi yang merupakan sepupunya dan berjarak 100 meter dari rumah kami,” cerita Saiful sambil menangis.

Karena tiap hari Diffo bermain ke rumah Romi, Saiful Bahri yang bekerja sebagai buruh pabrik di KIM 2 itu tidak menghiraukan langkah anaknya. “Namanya hari Minggu jadi saya tidak melarang anak saya untuk pergi untuk menjumpai sepupunya. Setiap hari anak saya mainnya di rumah abangku itu kok. Jadi mana mungkin saya melarangnya,” ungkap Saiful yang di dampingi istrinya Mala (34).

Petugas Polsek Medan Labuhan yang mendapat info langsung turun ke lokasi kejadian. Tapi pihak keluarga menolak melakukan dengan membuat surat pernyataan.

Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Ronny Oktavianus Sitompul mengatakan keluarga korban menolak mayat korban dibawa untuk keperluan visum. “Orangtua korban tidak mau anaknya divisum, namun penyelidikan tetap kita lakukan, rencananya kita akan memanggil pemilik lahan kavlingan yang juga pemilik kolam itu. Setelah pengebumian kita juga akan minta keterangan pihak keluarga,” ungkapnya. (cr-2/deo)

Foto: RAJA/PM Kolam bekas galian tempat dua bocah tewas.
Foto: RAJA/PM
Kolam bekas galian tempat dua bocah tewas.

LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Romi Alfarizi (9) dan sepupunya Diffo Alfando (6) meregang nyawa saat berenang di kolam bekas galian tanah timbun sedalam 5 meter di Jalan Bakti ABRI Lingkungan 3, Kelurahan Martubung, Medan Labuhan, Minggu (8/2) sekira pukul 10.00 WIB. Tenggelamnya kedua murid SD Negeri Paya Bakung Cingwan, Medan Labuhan ini sontak menggemparkan warga sekitar.

Info dihimpun dari lokasi, peristiwa naas ini berawal saat Romi dan Diffo sepakat menghabiskan libur sekolah untuk mandi-mandi di galian yang dijadikan kolam oleh Haji Iwan, selaku pemilik tanah. Tanpa pamitan, keduanya berangkat ke kolam yang hanya berjarak 500 meter dari kediaman mereka. Di tengah perjalanan, keduanya bertemu dengan Aini (6), adik kandung Romi. Karena penasaran, Aini memaksa ikut ke kolam.

Tanpa restu orangtua, ketiganya berjalan kaki menuju kolam yang suasananya sunyi dan dikelilingi pohon -pohon besar itu. Sekitar 10 menit kemudian, ketiganya pun tiba di lokasi. Tanpa melepas baju dan celana, Romi dan Diffo langsung nyemplung ke kolam. Sedang Aini yang tak tau berenang memilih menunggu sembari menonton kedua abangnya bermain dari atas tepi kolam.

Sekitar satu jam berada di kolam, Romi dan Diffo tiba-tiba menghilang (tenggelam-red).

Yakin terjadi sesuatu yang buruk, Aini yang ketakutan memilih pulang ke rumah dan menceritakan kejadian itu pada ayahnya, Muliadi (40). Mendengar cerita Aini, Muliadi yang panik lantas meminta tolong kepada warga sekitar. Bermodalkan kepandaian berenang, warga yang berjumlah sekitar sepuluh orang itu langsung melompat ke dalam kolam untuk mencari kedua korban. Setengah jam mencari, korban akhirnya ditemukan sudah jadi mayat.

Evakuasi jenazah disambut jerit tangis keluarga kedua korban. Orangtua kedua korban sempat syok melihat tubuh anak mereka yang telah membiru. Tak lama kemudian, jenazah kedua korban dibawa ke rumah duka. Setelah melakukan fardu kifayah (memandikan jenazah-red), jasad kedua korban dikebumikan di pemakaman umum tak jauh dari lokasi.

Muliadi, ayah Romi, mengaku tidak mengetahui anaknya pergi ke kolam tersebut untuk mandi –mandi. “Saya tidak mengetahui mereka ke kolam, pasalnya almarhum bersama saudaranya itu tidak ada pamitan,” lirih Muliadi.

Muliadi didampingi istrinya,Wati (37) juga tak melihat hal aneh atau tanda-tanda korban akan pergi tuk selamanya. “Sebelum meninggal, anak pertama kami ini tidak ada berbuat yang aneh -aneh,apalagi bercerita yang aneh. Jadi kita selaku orangtua tidak begitu memperhatikan secara detail tingkahnya,”sambung Muliadi.

Hal serupa juga diungkapkan Saiful Bahri (38), ayah Diffo. Di mana anak satu-satunya itu juga tak ada meminta izin kepada dirinya untuk pergi berenang. “Saya memang sempat bertanya kepada almarhum saat akan pergi. Namun kala itu almarhum mengaku hendak pergi main-main ke rumah Romi yang merupakan sepupunya dan berjarak 100 meter dari rumah kami,” cerita Saiful sambil menangis.

Karena tiap hari Diffo bermain ke rumah Romi, Saiful Bahri yang bekerja sebagai buruh pabrik di KIM 2 itu tidak menghiraukan langkah anaknya. “Namanya hari Minggu jadi saya tidak melarang anak saya untuk pergi untuk menjumpai sepupunya. Setiap hari anak saya mainnya di rumah abangku itu kok. Jadi mana mungkin saya melarangnya,” ungkap Saiful yang di dampingi istrinya Mala (34).

Petugas Polsek Medan Labuhan yang mendapat info langsung turun ke lokasi kejadian. Tapi pihak keluarga menolak melakukan dengan membuat surat pernyataan.

Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Ronny Oktavianus Sitompul mengatakan keluarga korban menolak mayat korban dibawa untuk keperluan visum. “Orangtua korban tidak mau anaknya divisum, namun penyelidikan tetap kita lakukan, rencananya kita akan memanggil pemilik lahan kavlingan yang juga pemilik kolam itu. Setelah pengebumian kita juga akan minta keterangan pihak keluarga,” ungkapnya. (cr-2/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/