26 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Sudah Siap UN, Coret-coretlah…

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
CORET CORET SERAGAM SMP_Siswa Menegah Pertama (SMP) membubuhkan tanda tangan dibaju seragam temanya saat merayakan hari terakhir Ujian Nasional di Lapangan Merdeka Medan, Senin (8/5). Aksi coret-coret seregam sekolah kini menjadi rutinitas bagi sebagian pelajar di sekolah-sekolah, termasuk di tingkat atas maupun menengah. Fenomena tersebut sering terlihat di beberapa kota besar di Indonesia ketika proses ujian nasional sudah berakhir.

Kepala SMPN 2 Medan, N Ginting menyatakan, pihak sekolah sebenarnya telah melarang siswa melakukan aksi coret seragam. Sebab, perbuatan itu tidak bermanfaat.

“Sudah diingatkan agar tidak mencoret seragam, karena hal itu tindakan kurang terpuji. Makanya, kita pun merazia barang-barang siswa sebelum mengikuti ujian. Bahkan, kita melarang mereka untuk membawa tas selain perlengkapan yang dibutuhkan untuk ujian,” ujarnya.

Sementara, menanggapi aksi para pelajar SMP tersebut, praktisi pendidikan dari Universitas Negeri Medan, M Rizal Hasibuan menilai, aksi itu seharusnya tidak terjadi lagi. Hal itu bisa dicegah dari kreativitas pihak sekolah.

“Ini kembali lagi kepada sekolah dan dituntut kreativitasnya untuk menyalurkan aksi coret-coret yang sudah membudaya. Misalnya, sekolah menyediakan spanduk kosong untuk digunakan coret-coret kepada seluruh siswanya yang telah melaksanakan UN,” ungkap Rizal.

Menurut dia, para pelajar yang melakukan aksi tersebut pada dasarnya mengikuti tradisi terdahulu. Karena itu, sekolah yang harus berperan menghilangkan budaya yang kurang bermanfaat dengan berbagai kegiatan positif.

“Saya pernah melihat di salah satu sekolah di Medan, dimana setelah ujian para siswanya memberikan seragamnya untuk disumbangkan. Ini tentunya suatu bentuk kegiatan positif dan patut ditiru,” ujarnya. (ris/ila)

 

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
CORET CORET SERAGAM SMP_Siswa Menegah Pertama (SMP) membubuhkan tanda tangan dibaju seragam temanya saat merayakan hari terakhir Ujian Nasional di Lapangan Merdeka Medan, Senin (8/5). Aksi coret-coret seregam sekolah kini menjadi rutinitas bagi sebagian pelajar di sekolah-sekolah, termasuk di tingkat atas maupun menengah. Fenomena tersebut sering terlihat di beberapa kota besar di Indonesia ketika proses ujian nasional sudah berakhir.

Kepala SMPN 2 Medan, N Ginting menyatakan, pihak sekolah sebenarnya telah melarang siswa melakukan aksi coret seragam. Sebab, perbuatan itu tidak bermanfaat.

“Sudah diingatkan agar tidak mencoret seragam, karena hal itu tindakan kurang terpuji. Makanya, kita pun merazia barang-barang siswa sebelum mengikuti ujian. Bahkan, kita melarang mereka untuk membawa tas selain perlengkapan yang dibutuhkan untuk ujian,” ujarnya.

Sementara, menanggapi aksi para pelajar SMP tersebut, praktisi pendidikan dari Universitas Negeri Medan, M Rizal Hasibuan menilai, aksi itu seharusnya tidak terjadi lagi. Hal itu bisa dicegah dari kreativitas pihak sekolah.

“Ini kembali lagi kepada sekolah dan dituntut kreativitasnya untuk menyalurkan aksi coret-coret yang sudah membudaya. Misalnya, sekolah menyediakan spanduk kosong untuk digunakan coret-coret kepada seluruh siswanya yang telah melaksanakan UN,” ungkap Rizal.

Menurut dia, para pelajar yang melakukan aksi tersebut pada dasarnya mengikuti tradisi terdahulu. Karena itu, sekolah yang harus berperan menghilangkan budaya yang kurang bermanfaat dengan berbagai kegiatan positif.

“Saya pernah melihat di salah satu sekolah di Medan, dimana setelah ujian para siswanya memberikan seragamnya untuk disumbangkan. Ini tentunya suatu bentuk kegiatan positif dan patut ditiru,” ujarnya. (ris/ila)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/