26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bermain sambil Cari Duit

Keberkahan bulan suci Ramadan   sudah mulai terasa, khususnya bagi anak-anak yang menawarkan jasa pencari makam sekaligus pembersih makam.

Puput Damanik, Medan

MIsalnya saja di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Sutomo Ujung, sudah dipadati puluhan pedagang bunga dengan tenda seadanya, tukang n
n]nparkir yang sibuk mengatur motor dan mobil para penziarah serta puluhan anak-anak yang mengikuti dari belakang penziarah meramaikan suasana. Pemandangan ini memang selalu ada setiap tahun, menjelang Ramadan.

TPU ini tampak luas, di samping makam adalah Jalan Bambu dan bagian belakang adalah lingkungan V, kelurahan Gaharu. Sehingga, pedagang bunga dan anak-anak yang ada di area tersebut tidak hanya dari satu tempat. Meskipun begitu, mereka tidak khawatir bersaing, bahkan anak-anak yang berada di tempat itu menjadi satu team meskipun awalnya tidak saling kenal.

Di antaranya, Ari (15), Ilham (13), Viki (13) yang akhirnya bergabung bersama Fajri (8) dan adiknya Rendi (4). Kelima bocah berebut tampak mengikuti seorang penziarah, mereka menawarkan jasa untuk membantu mencarikan makam. “Siapa namanya makamnya bu, biar kami cari makamnya,” ujar mereka bergantian dan akhirnya tawaran mereka diterima.

Tidak pikir panjang kelimanya pun sibuk berjalan cepat dan hati-hati mencari nisan yang bertuliskan nama keluarga dari seorang Ibu yang menyuruh mereka. “Ibu ini makamnya,” ujar Ilham.

Tak lama, setelah berbicara dengan ibu tersebut, kelimanya langsung membersihkan makam. Usai melaksanakan tugasnya, mereka pun bercerita kepada Sumut Pos. “Kalau mau Ramadan begini, kita mainnya ke kuburan. Sekalian cari duit buat beli baju lebaran nanti. Lumayan kalau ramai bisa sampai dapat Rp100 ribu,” ujar Ilham.

Kata Ilham, bukan hanya mereka yang menawarkan jasa, namun puluhan anak lainnya dari lingkungan di luar makam juga banyak memadati makam untuk menawarkan jasa mencari dan membersihkan makam. “Di sini banyak kak, bukan kami aja. Puluhan anak kesini, kayak ini aja kami bertiga kenal sama dek Fikri dan Rendi baru aja di sini. Karena tadi kita sama-sama, jadi yah sama-sama aja bersihkannya dan nanti upahnya dibagi rata,” ujarnya.
Sedangkan Viki mengatakan, mereka tidak mematok harga, semua sesuai keikhlasan bagi mereka yang memakai jasanya. “Kalau upahnya terserah, seikhlasnya kak. Kadang ada yang kasih sampai Rp100 ribu, setelah itu dibagi rata,” ujarnya kepada wartawan Koran ini.

Berhubung libur sekolah, kata Viki, kedua orangtuanya tidak melarang ia pergi ke makam. “Kebetulan sekolah kami libur kak, makanya gak ada tugas sekolah yang harus dikerjakan, mama sama papa jadi ngizinkan kesini. Lagian seru juga, sambil bermain, menolang terus dapat rezeki,” katanya.

Tidak hanya bocah-bocah ini,  sejumlah pedagang bunga musiman juga meraup rezeki. Sumiati (58), ibu dari enam orang anak ini sudah lima tahun menjual bunga setiap jelang Ramadan dan keuntungannya sangat lumayan, bisa menambah pemasukan ekonomi. “Meskipun hanya lima hari dan ramainya hanya sekitar tiga hari jelang Ramadan, saya tetap berjualan. Selain untuk mengisi aktivitas, nambah pemasukan juga, jelang Ramadhan,” ujarnya.

Untuk keuntungan, Sumiati hanya mampu membawa pulang uang Rp10 hingga Rp150 ribu per hari. “Kalau awal-awal jualan kemarin, masih sepi, kuntungan hanya Rp10 ribu. Dua hari sebelum Ramadan mulai ramai, kemarin saya untung Rp60 ribu, hari ini muda-mudahan sampai Rp150 ribu, begitu juga besok karena besok itu hari terakhir jualan,” katanya.

Setelah berjulan, selanjutnya Sumiati akan kembali ke pekerjaan awalnya, menyuci dan menetrika keliling. “Beberapa hari ini saya sengaja tidak bekerja untuk jualan ini. Habis ini nanti saya kembali mencuci dan meyetrika ditempat orang. Untuk bantu melengkapi kebutuhan di rumah karena suami saya sudah tidak ada lagi, sudah meninggal,” katanya.

Menurut warga Jalan Bambu ini, ia tidak menaikkan harga meskipun harga bunga yang ia beli di pasar naik. “Harga bunga itu naik, misalnya bunga pacar air, bunga kertas, pandan dan lainnya saya gabung dan dibuat satu bungkus, saya jual perbungkus, Rp4.000, kalau beli tiga bungkus Rp10 ribu. Kalau untuk bunga Tekwa itu saya jual perbunga sampai Rp2.000. Tipis sekali keuntungannya, kalau ditahan nanti busuk,” katanya.

Sementara itu, Sarbaini (85), penjaga makam mengaku bahwa ia juga meraih rezeki pada saat menjelang Ramadan. “Ada keluarga yang memberi duit, tapi kalau untuk gaji atau tertentu tidak ada. Hanya saja ada yang minta bantu mencarikan makam dan membersihkan, mereka ngasih seikhlasnya,” ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga dan penggali kubur tersebut. (*)

Keberkahan bulan suci Ramadan   sudah mulai terasa, khususnya bagi anak-anak yang menawarkan jasa pencari makam sekaligus pembersih makam.

Puput Damanik, Medan

MIsalnya saja di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Sutomo Ujung, sudah dipadati puluhan pedagang bunga dengan tenda seadanya, tukang n
n]nparkir yang sibuk mengatur motor dan mobil para penziarah serta puluhan anak-anak yang mengikuti dari belakang penziarah meramaikan suasana. Pemandangan ini memang selalu ada setiap tahun, menjelang Ramadan.

TPU ini tampak luas, di samping makam adalah Jalan Bambu dan bagian belakang adalah lingkungan V, kelurahan Gaharu. Sehingga, pedagang bunga dan anak-anak yang ada di area tersebut tidak hanya dari satu tempat. Meskipun begitu, mereka tidak khawatir bersaing, bahkan anak-anak yang berada di tempat itu menjadi satu team meskipun awalnya tidak saling kenal.

Di antaranya, Ari (15), Ilham (13), Viki (13) yang akhirnya bergabung bersama Fajri (8) dan adiknya Rendi (4). Kelima bocah berebut tampak mengikuti seorang penziarah, mereka menawarkan jasa untuk membantu mencarikan makam. “Siapa namanya makamnya bu, biar kami cari makamnya,” ujar mereka bergantian dan akhirnya tawaran mereka diterima.

Tidak pikir panjang kelimanya pun sibuk berjalan cepat dan hati-hati mencari nisan yang bertuliskan nama keluarga dari seorang Ibu yang menyuruh mereka. “Ibu ini makamnya,” ujar Ilham.

Tak lama, setelah berbicara dengan ibu tersebut, kelimanya langsung membersihkan makam. Usai melaksanakan tugasnya, mereka pun bercerita kepada Sumut Pos. “Kalau mau Ramadan begini, kita mainnya ke kuburan. Sekalian cari duit buat beli baju lebaran nanti. Lumayan kalau ramai bisa sampai dapat Rp100 ribu,” ujar Ilham.

Kata Ilham, bukan hanya mereka yang menawarkan jasa, namun puluhan anak lainnya dari lingkungan di luar makam juga banyak memadati makam untuk menawarkan jasa mencari dan membersihkan makam. “Di sini banyak kak, bukan kami aja. Puluhan anak kesini, kayak ini aja kami bertiga kenal sama dek Fikri dan Rendi baru aja di sini. Karena tadi kita sama-sama, jadi yah sama-sama aja bersihkannya dan nanti upahnya dibagi rata,” ujarnya.
Sedangkan Viki mengatakan, mereka tidak mematok harga, semua sesuai keikhlasan bagi mereka yang memakai jasanya. “Kalau upahnya terserah, seikhlasnya kak. Kadang ada yang kasih sampai Rp100 ribu, setelah itu dibagi rata,” ujarnya kepada wartawan Koran ini.

Berhubung libur sekolah, kata Viki, kedua orangtuanya tidak melarang ia pergi ke makam. “Kebetulan sekolah kami libur kak, makanya gak ada tugas sekolah yang harus dikerjakan, mama sama papa jadi ngizinkan kesini. Lagian seru juga, sambil bermain, menolang terus dapat rezeki,” katanya.

Tidak hanya bocah-bocah ini,  sejumlah pedagang bunga musiman juga meraup rezeki. Sumiati (58), ibu dari enam orang anak ini sudah lima tahun menjual bunga setiap jelang Ramadan dan keuntungannya sangat lumayan, bisa menambah pemasukan ekonomi. “Meskipun hanya lima hari dan ramainya hanya sekitar tiga hari jelang Ramadan, saya tetap berjualan. Selain untuk mengisi aktivitas, nambah pemasukan juga, jelang Ramadhan,” ujarnya.

Untuk keuntungan, Sumiati hanya mampu membawa pulang uang Rp10 hingga Rp150 ribu per hari. “Kalau awal-awal jualan kemarin, masih sepi, kuntungan hanya Rp10 ribu. Dua hari sebelum Ramadan mulai ramai, kemarin saya untung Rp60 ribu, hari ini muda-mudahan sampai Rp150 ribu, begitu juga besok karena besok itu hari terakhir jualan,” katanya.

Setelah berjulan, selanjutnya Sumiati akan kembali ke pekerjaan awalnya, menyuci dan menetrika keliling. “Beberapa hari ini saya sengaja tidak bekerja untuk jualan ini. Habis ini nanti saya kembali mencuci dan meyetrika ditempat orang. Untuk bantu melengkapi kebutuhan di rumah karena suami saya sudah tidak ada lagi, sudah meninggal,” katanya.

Menurut warga Jalan Bambu ini, ia tidak menaikkan harga meskipun harga bunga yang ia beli di pasar naik. “Harga bunga itu naik, misalnya bunga pacar air, bunga kertas, pandan dan lainnya saya gabung dan dibuat satu bungkus, saya jual perbungkus, Rp4.000, kalau beli tiga bungkus Rp10 ribu. Kalau untuk bunga Tekwa itu saya jual perbunga sampai Rp2.000. Tipis sekali keuntungannya, kalau ditahan nanti busuk,” katanya.

Sementara itu, Sarbaini (85), penjaga makam mengaku bahwa ia juga meraih rezeki pada saat menjelang Ramadan. “Ada keluarga yang memberi duit, tapi kalau untuk gaji atau tertentu tidak ada. Hanya saja ada yang minta bantu mencarikan makam dan membersihkan, mereka ngasih seikhlasnya,” ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga dan penggali kubur tersebut. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/