26.7 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Bantah Pasien Kanker Meninggal Dalam Kondisi Lebam, RSUPH Adam Malik Siap Tempuh Jalur Hukum

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum Pusat Haji (RSUPH) Adam Malik membantah tudingan sekelompok organisasi masyarakat (ormas) dan keluarga pasien Nurmala Tambun, penderita kanker payudara yang meninggal dalam kondisi lebam-lebam. Bahkan, rumah sakit milik pemerintah tersebut siap menempuh jalur hukum.

RSUP Haji Adam Malik.

Sub Koordinator Hukormas RSUPH Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, pihaknya sudah menjelaskan kepada keluarga pasien dan perwakilan ormas tersebut terkait kondisi serta kematian Nurmala Tambun. “Sudah dijelaskan kepada keluarga secara detail. Tim dokter yang menangani pasien itu juga hadir semua, mulai awal pasien masuk sampai meninggal. Jadi, tidak ada lebam,” kata Rosa saat dikonfirmasi, Minggu (8/8).

Rosa melanjutkan, mereka juga komplain soal kondisi mata pasien. Dia menyatakan, pihaknya juga sudah menjelaskan kepada mereka terkait kondisi dan penanganan yang dilakukan. “Sudah dijelaskan mata pasien memang infeksi, dan sudah dikonsultasikan ke dokter mata untuk penanganannya,” ujar dia.

Disebutkan Rosa, pasien tersebut meninggal dengan status positif Covid-19 disertai dengan penyakit penyerta (komorbid) kanker payudara stadium 4. Penyakit pasien sudah diderita sejak beberapa tahun lalu dan menyebar ke beberapa bagian tubuh. Selain itu, pasien juga mengalami infeksi pada mata sehingga dikonsultasikan juga ke dokter mata untuk pengobatan lebih lanjut.

“Mereka mempertanyakan tentang kondisi dan penyebab kematian pasien. Kami dari pihak rumah samit sudah memfasilitasi mereka bertemu dengan tim dokter dimediasi juga oleh Polsek Medan Tuntungan. Namun, keluarga tetap tidak terima. Karena tidak ada titik temu, Polsek Medan Tuntungan menyarankan keluarga membuat laporan kepolisian agar dapat ditindaklanjuti,” bebernya.

Rosa menambahkan, pihak rumah sakit siap menghadapi proses hukum terkait persoalan tersebut. “Kami siap ikuti proses selanjutnya (hukum), biar ini cepat clear dan hoaks tidak berkelanjutan,” pungkasnya.

Sebelumnya, kelompok ormas mengatasnamakan Pemuda Batak Bersatu (PBB) bersama keluarga Nurmala Tambun mendatangi RSUPH Adam Malik, Sabtu (7/8) malam. Mereka ingin menanyakan dugaan kejanggalan kematian Nurmala Tambun, yang jenazahnya lebam-lebam.

Emma Asih Valentina Siadari, keponakan Nurmala Tambun mengaku, tantenya itu sudah satu minggu belakangan menjalani perawatan di RSUPH Adam Malik. Tantenya menjalani kemoterapi kanker payudara. Namun, saat akan menjalani kemoterapi keenam sekira satu minggu lalu, tantenya dalam kondisi lemas dan demam. “Kemudian pihak rumah sakit menyatakan reaktif, dan tante saya dimasukkan ke ruang isolasi,” kata Emma kepada wartawan.

Setelah menjalani perawatan di ruang isolasi, pada Sabtu (7/8) sekira pukul 17.00 WIB, Nurmala Tambun dinyatakan meninggal dunia. Pihak keluarga merasa tidak terima lantaran ada yang janggal terhadap kematian korban. Terlebih, jenazah korban dalam kondisi lebam-lebam. “Yang jadi pertanyaan, kenapa jenazah tante kami banyak terdapat lebam. Di tangan, di jari-jari tangan, mulut, kepala benjol, di samping mata bolong, mata berdarah dan bengkak besar. Apa yang sebenarnya terjadi? Kami butuh jawaban,” ujar Emma. (ris/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum Pusat Haji (RSUPH) Adam Malik membantah tudingan sekelompok organisasi masyarakat (ormas) dan keluarga pasien Nurmala Tambun, penderita kanker payudara yang meninggal dalam kondisi lebam-lebam. Bahkan, rumah sakit milik pemerintah tersebut siap menempuh jalur hukum.

RSUP Haji Adam Malik.

Sub Koordinator Hukormas RSUPH Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, pihaknya sudah menjelaskan kepada keluarga pasien dan perwakilan ormas tersebut terkait kondisi serta kematian Nurmala Tambun. “Sudah dijelaskan kepada keluarga secara detail. Tim dokter yang menangani pasien itu juga hadir semua, mulai awal pasien masuk sampai meninggal. Jadi, tidak ada lebam,” kata Rosa saat dikonfirmasi, Minggu (8/8).

Rosa melanjutkan, mereka juga komplain soal kondisi mata pasien. Dia menyatakan, pihaknya juga sudah menjelaskan kepada mereka terkait kondisi dan penanganan yang dilakukan. “Sudah dijelaskan mata pasien memang infeksi, dan sudah dikonsultasikan ke dokter mata untuk penanganannya,” ujar dia.

Disebutkan Rosa, pasien tersebut meninggal dengan status positif Covid-19 disertai dengan penyakit penyerta (komorbid) kanker payudara stadium 4. Penyakit pasien sudah diderita sejak beberapa tahun lalu dan menyebar ke beberapa bagian tubuh. Selain itu, pasien juga mengalami infeksi pada mata sehingga dikonsultasikan juga ke dokter mata untuk pengobatan lebih lanjut.

“Mereka mempertanyakan tentang kondisi dan penyebab kematian pasien. Kami dari pihak rumah samit sudah memfasilitasi mereka bertemu dengan tim dokter dimediasi juga oleh Polsek Medan Tuntungan. Namun, keluarga tetap tidak terima. Karena tidak ada titik temu, Polsek Medan Tuntungan menyarankan keluarga membuat laporan kepolisian agar dapat ditindaklanjuti,” bebernya.

Rosa menambahkan, pihak rumah sakit siap menghadapi proses hukum terkait persoalan tersebut. “Kami siap ikuti proses selanjutnya (hukum), biar ini cepat clear dan hoaks tidak berkelanjutan,” pungkasnya.

Sebelumnya, kelompok ormas mengatasnamakan Pemuda Batak Bersatu (PBB) bersama keluarga Nurmala Tambun mendatangi RSUPH Adam Malik, Sabtu (7/8) malam. Mereka ingin menanyakan dugaan kejanggalan kematian Nurmala Tambun, yang jenazahnya lebam-lebam.

Emma Asih Valentina Siadari, keponakan Nurmala Tambun mengaku, tantenya itu sudah satu minggu belakangan menjalani perawatan di RSUPH Adam Malik. Tantenya menjalani kemoterapi kanker payudara. Namun, saat akan menjalani kemoterapi keenam sekira satu minggu lalu, tantenya dalam kondisi lemas dan demam. “Kemudian pihak rumah sakit menyatakan reaktif, dan tante saya dimasukkan ke ruang isolasi,” kata Emma kepada wartawan.

Setelah menjalani perawatan di ruang isolasi, pada Sabtu (7/8) sekira pukul 17.00 WIB, Nurmala Tambun dinyatakan meninggal dunia. Pihak keluarga merasa tidak terima lantaran ada yang janggal terhadap kematian korban. Terlebih, jenazah korban dalam kondisi lebam-lebam. “Yang jadi pertanyaan, kenapa jenazah tante kami banyak terdapat lebam. Di tangan, di jari-jari tangan, mulut, kepala benjol, di samping mata bolong, mata berdarah dan bengkak besar. Apa yang sebenarnya terjadi? Kami butuh jawaban,” ujar Emma. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/