“Bahwa Pemko Medan merencanakan relokasi itu di Martondi. Bisa dibangun dua tahap separuh permanen dan satu lagi semenatara,” katanya seraya mengatakan luas lahan eks RS Martondi seluas 9000 meter.
Qamarul juga mengatakan dengan luas sembilan ribu meter itu akan dapat menampung pedagang dari simpang Mandala. “Keputusan rapat itu coba kita beri waktu satu minggu berdiskusi dan berpikir kepada pedagang. Mereka akan ditampung di sana dan nantinya menetap,” katanya.
Ia menilai, masih membutuhkan banyak waktu untuk membangun kembali Pasar Aksara. Pasalnya, pihak PT Aksara Jaya Indah (AJI) belum ada rencana pembangunan pasar. “Sampai sekarang belum ada rencana oleh PT AJI,” katanya.
Saat disinggung penolakan pedagang pindah ke Martondi, Qamarul tak memberikan komentar. “Jangan kalau-kalau dulu. Yang penting kita kasih waktu seminggu untuk pindah ke Martondi,” ujarnya usai rapat.
Ditempat yang sama, usai pertemuan dengan Pemko Medan, pihak pedagang Pasar Aksara menolak hasil rapat tersebut. Muhammad Ringan Sinulingga mengungkapkan Pemko Medan tak menerima masukan dari pedagang.
“Tak perlu seminggu, dalam tiga hari ini kami siap putuskan kalau kami tidak menerima relokasi di Martondi,” ujarnya.
Ia mengatakan pedagang akan tetap berjualan di badan jalan. Bahkan, pedagang tak takut jika dilakukan penertiban nantinya. “Pak Wakil bilang terserah kalian, mau gak mau. Hanya mengatakan opsinya tetap ke Martondi. Katanya mau bangun fly over, kenapa gak dari dulu?,” kata pedagang yang mewakili Persatuan Pedagang Pasar Aksara Korban Kebakaran.
Sementara, pengurus Persatuan Pedagang Pasar Tradisional Sumatera Utara (P3TSU), Ginting, mengungkapkan hal yang sama. Ia menolak relokasi permanen di Martondi.
“Kami menolak direlokasi ke Martondi. Dalam tiga hari kami langsung mengirim surat hasil diskusi. Kalau mau dibangun fly over, paling berapa meter yang terkikis, “katanya.
Ginting juga mengharapkan Pemko Medan menerima aspirasi pedagang.
“Kami memang selalu kalah dengan pemerintah. Tapi tolong dengar aspirasi kami,” pungkasnya. (prn)