JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemimpin Pondok Pesantren Solo Tunggal, Gus Nuril mengatakan fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) betbahaya. Menurutnya, MUI memicu munculnya gerakan pengawal ultimatum atau gerakan radikal.
”MUI secara sadar atau tidak sadar, dia melakukan kegiatan makar,” ucap Nuril di Pondok Pesantrennya di Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Senin (9/1).
Dia juga mengingatkan bahwa hukum setiap fatwa MUI itu sebenarnya tidak mengikat di Indonesia. Jika fatwa MUI bersifat mengikat, maka PBNU dan Muhammadiyah pun bisa melakukan hal yang sama.
”Pasukan saya juga jutaan. Kita bisa juga bikin pasukan pengaman NU. Tapi nanti ini jadi kacau,” tuturnya.
Seperti diketahui, belakangan ini ada beberapa fatwa MUI dianggap menjadi sumber polemik di tengah masyarakat. Kasus terbaru yakni fatwa MUI ihwal pernyataan Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap menista agama Islam. (uya/jpg/yaa)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemimpin Pondok Pesantren Solo Tunggal, Gus Nuril mengatakan fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) betbahaya. Menurutnya, MUI memicu munculnya gerakan pengawal ultimatum atau gerakan radikal.
”MUI secara sadar atau tidak sadar, dia melakukan kegiatan makar,” ucap Nuril di Pondok Pesantrennya di Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Senin (9/1).
Dia juga mengingatkan bahwa hukum setiap fatwa MUI itu sebenarnya tidak mengikat di Indonesia. Jika fatwa MUI bersifat mengikat, maka PBNU dan Muhammadiyah pun bisa melakukan hal yang sama.
”Pasukan saya juga jutaan. Kita bisa juga bikin pasukan pengaman NU. Tapi nanti ini jadi kacau,” tuturnya.
Seperti diketahui, belakangan ini ada beberapa fatwa MUI dianggap menjadi sumber polemik di tengah masyarakat. Kasus terbaru yakni fatwa MUI ihwal pernyataan Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap menista agama Islam. (uya/jpg/yaa)