25 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Kini 480 Ribu Masyarakat Mulai Terapkan Hidup Bersih

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Seluruh program High Five yang dilakukan untuk mendukung implementasi program pemerintah, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di daerah perkotaan telah selesai. Program yang berjalan selama 3 tahun di Medan, Surabaya dan Makasar ini diharapkan titik baru untuk membentuk fase selanjutnya untuk  meningkatkan sanitasi di Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Misi the United States Agency for International Development Indonesia (USAID), Derrick Brown saat penutupan program High Five di Thamrin Nine Ballroom, UOB Plaza, Anz Square, Jakarta, kemarin. Penutupan program High Five yang terbentuk atas kerjasama CCP dan USAID ini diharapkannya mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

“Terimakasih dengan high five, saya menyebut ini bukan penutupan melainkan  titik baru untuk membentuk fase selanjutnya. Selama 3 tahun ini High Five sudah berhasil mengajak sebanyak 480 ribu masyarakat dan 120 ribu rumah tangga untuk hidup bersih dan juga mengurangi jumlah balita yang terkena diare. Untuk itu saya sangat berterimaksih ini berkat kerja keras masyarakat, high five, stakeholder juga asosiasi jurnalis,” ujarnya.

Mengingat masih ada 20 persen masyarakat  Indonesia yang tak memiliki askes air bersih untuk minum, 74 persen tak mengelolah air dengan aman, 50 persen tak mengelolah limbah rumah tangganya, maka ia berharap agar infrastruktur yang telah ada tetap dijaga. “Ambil baiknya untuk terus dikembangkan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, Dr Wilfred Purba mengatakan inisiasi yang telah dilakukan high five merupakan starting point bagi kementrian Kesehatan untuk meningkatkan sanitasi di perkotaan dan ia mengaku siap untuk melanjutkan program High Five.

“Saya berharap teman-teman dari high five harus tetap contact secara emosional dan batiniah untuk membantu kami. Karena memang ini bukan masalah pribadi tapi masalah bagi kita semua,” katanya.

District team leader High Five dari kota Medan, Deni Andayuni juga mengatakan berakhirnya program ini tidak berarti menghentikan ia dan rekannya untuk tetap peduli dangan sanitasi. “Secara batin pastinya kita tetap terasa memiliki ikatan dan kita juga akan tetap berkomunikasi dengan para masyarakat binaan kita agar mereka mau melanjutkan yang sudah ada dan telah dicapai selama ini,” katanya.

Dalam kegiatan tersebut, juga dilakukan pemilihan pemenang lomba Teknologi Tepat Guna (TTG). Salah satu finalis dari Surabaya, Etik Rahmawati mengatakan ia mengapresiasi kegiatan High Five khususnya terhadap lomba TTG yang diadakan.

“Kegiatan tersebut cukup baik, karena ini bukan lomba yang sifatnya eventual yang hanya sekali dilaksanakan dan diimplementasikan terus selesai begitu saja, namun ini berkelanjutan hingga masyarakat benar-benar memanfaatkan karya kami.” Katanya.

Ia juga menjelaskan, dengan mengambil tema pilar ke dua STBM, cuci tangan pakai sabun, ia dan kedua rekannya Fahmi dan Rara berinovasi membuat sebuah kran cuci tangan pakai sabun yang diberi nama K’Sih (kran Bersih) yang merupakan wujud kecintaan Etik dan Tim terhadap kesehatan terutama anak-anak,” ujar mahasiswa Fakultas 10 November. (put/uma)

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Seluruh program High Five yang dilakukan untuk mendukung implementasi program pemerintah, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di daerah perkotaan telah selesai. Program yang berjalan selama 3 tahun di Medan, Surabaya dan Makasar ini diharapkan titik baru untuk membentuk fase selanjutnya untuk  meningkatkan sanitasi di Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Misi the United States Agency for International Development Indonesia (USAID), Derrick Brown saat penutupan program High Five di Thamrin Nine Ballroom, UOB Plaza, Anz Square, Jakarta, kemarin. Penutupan program High Five yang terbentuk atas kerjasama CCP dan USAID ini diharapkannya mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

“Terimakasih dengan high five, saya menyebut ini bukan penutupan melainkan  titik baru untuk membentuk fase selanjutnya. Selama 3 tahun ini High Five sudah berhasil mengajak sebanyak 480 ribu masyarakat dan 120 ribu rumah tangga untuk hidup bersih dan juga mengurangi jumlah balita yang terkena diare. Untuk itu saya sangat berterimaksih ini berkat kerja keras masyarakat, high five, stakeholder juga asosiasi jurnalis,” ujarnya.

Mengingat masih ada 20 persen masyarakat  Indonesia yang tak memiliki askes air bersih untuk minum, 74 persen tak mengelolah air dengan aman, 50 persen tak mengelolah limbah rumah tangganya, maka ia berharap agar infrastruktur yang telah ada tetap dijaga. “Ambil baiknya untuk terus dikembangkan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, Dr Wilfred Purba mengatakan inisiasi yang telah dilakukan high five merupakan starting point bagi kementrian Kesehatan untuk meningkatkan sanitasi di perkotaan dan ia mengaku siap untuk melanjutkan program High Five.

“Saya berharap teman-teman dari high five harus tetap contact secara emosional dan batiniah untuk membantu kami. Karena memang ini bukan masalah pribadi tapi masalah bagi kita semua,” katanya.

District team leader High Five dari kota Medan, Deni Andayuni juga mengatakan berakhirnya program ini tidak berarti menghentikan ia dan rekannya untuk tetap peduli dangan sanitasi. “Secara batin pastinya kita tetap terasa memiliki ikatan dan kita juga akan tetap berkomunikasi dengan para masyarakat binaan kita agar mereka mau melanjutkan yang sudah ada dan telah dicapai selama ini,” katanya.

Dalam kegiatan tersebut, juga dilakukan pemilihan pemenang lomba Teknologi Tepat Guna (TTG). Salah satu finalis dari Surabaya, Etik Rahmawati mengatakan ia mengapresiasi kegiatan High Five khususnya terhadap lomba TTG yang diadakan.

“Kegiatan tersebut cukup baik, karena ini bukan lomba yang sifatnya eventual yang hanya sekali dilaksanakan dan diimplementasikan terus selesai begitu saja, namun ini berkelanjutan hingga masyarakat benar-benar memanfaatkan karya kami.” Katanya.

Ia juga menjelaskan, dengan mengambil tema pilar ke dua STBM, cuci tangan pakai sabun, ia dan kedua rekannya Fahmi dan Rara berinovasi membuat sebuah kran cuci tangan pakai sabun yang diberi nama K’Sih (kran Bersih) yang merupakan wujud kecintaan Etik dan Tim terhadap kesehatan terutama anak-anak,” ujar mahasiswa Fakultas 10 November. (put/uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/