MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua Komisi B DPRD Medan, Irsal Fikri tak melihat adanya gebrakan dari Kadisosnaker Kota Medan, Armansyah Lubis dalam melakukan pengawasan tenaga kerja pasca terbongkarnya kasus Syamsul. Dirinya belum mendapat laporan terkait yayasan mana saja dan penemuan apa saja yang berhasil didapatkan oleh pihak dinas.
Dirinya menyesalkan terungkapnya kembali adanya PRT yang tidak mendapatkan perlakuan layak. Jika takut dikatakan maling, maka seharusnya Dinsosnkaer bisa melakukan koordinasi dengan pihaknya dan kecamatan.
“Apa fungsi Dinsosnaker? Kok masih kejadian. Apa yang salah? Apa kadisnya nggak tahu apa-apa atau asal bapak senang saja? Kalau ayam dikasih jagung, kuda dikasih rumput mana nolak,” ungkapnya.
Bahkan Irsal memiliki julukan untuk Armansyah yaitu bad boy. Sebab Armansyah terkesan arogan. Terlihat setiap kali diundang pihaknya tidak pernah datang ke komisi B. Sehingga berat rasanya jika seorang Armansyah mampu dan mau melakukan pengawasan tenaga kerja.
Ironisnya lagi, Irsal mendengar Armasnyah akan diangkat jadi Sekda Kota Medan. Padahal Irsal sendiri merekomendasikan bahwa Armansyah dicopot dari jabatannya.
“Dia itu arogan. Rapat aja kami undang dia ga mau datang. Apa sih yang dia banggakan. Santer terdengar katanya mau jadi sekda. Tapi kami malah minta didicopot. Dia itu bad boy. Kalau betman kan nolong orang,”ungkapnya.
Irsal pun menegaskan akan tetap mengawal kasus PRT asal Garut ini. Dirinya juga meminta aparat kepolisian melakukan penyelidikan terhadap dua PRT asal NTT yang masih berada di rumah Handoko. “Kami akan mengawali kasus ini sampai selesai,”ungkapnya. (win/bay/gib/deo)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua Komisi B DPRD Medan, Irsal Fikri tak melihat adanya gebrakan dari Kadisosnaker Kota Medan, Armansyah Lubis dalam melakukan pengawasan tenaga kerja pasca terbongkarnya kasus Syamsul. Dirinya belum mendapat laporan terkait yayasan mana saja dan penemuan apa saja yang berhasil didapatkan oleh pihak dinas.
Dirinya menyesalkan terungkapnya kembali adanya PRT yang tidak mendapatkan perlakuan layak. Jika takut dikatakan maling, maka seharusnya Dinsosnkaer bisa melakukan koordinasi dengan pihaknya dan kecamatan.
“Apa fungsi Dinsosnaker? Kok masih kejadian. Apa yang salah? Apa kadisnya nggak tahu apa-apa atau asal bapak senang saja? Kalau ayam dikasih jagung, kuda dikasih rumput mana nolak,” ungkapnya.
Bahkan Irsal memiliki julukan untuk Armansyah yaitu bad boy. Sebab Armansyah terkesan arogan. Terlihat setiap kali diundang pihaknya tidak pernah datang ke komisi B. Sehingga berat rasanya jika seorang Armansyah mampu dan mau melakukan pengawasan tenaga kerja.
Ironisnya lagi, Irsal mendengar Armasnyah akan diangkat jadi Sekda Kota Medan. Padahal Irsal sendiri merekomendasikan bahwa Armansyah dicopot dari jabatannya.
“Dia itu arogan. Rapat aja kami undang dia ga mau datang. Apa sih yang dia banggakan. Santer terdengar katanya mau jadi sekda. Tapi kami malah minta didicopot. Dia itu bad boy. Kalau betman kan nolong orang,”ungkapnya.
Irsal pun menegaskan akan tetap mengawal kasus PRT asal Garut ini. Dirinya juga meminta aparat kepolisian melakukan penyelidikan terhadap dua PRT asal NTT yang masih berada di rumah Handoko. “Kami akan mengawali kasus ini sampai selesai,”ungkapnya. (win/bay/gib/deo)