MEDAN, SUMUTPOS.CO – Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan salah satu sumber daya alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan tenaga listrik yang dinilai cukup mahal. Universitas Sumatera Utara (USU) akan mengambil solusi tersebut untuk mengatasi persoalan kebutuhan listrik yang terus meningkat dengan menggandeng PT AfterFIT Indonesia untuk pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan EBT di lingkungan kampus.
Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si, mengatakan hal itu dalam sambutannya pada penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara USU dengan PT AfterFIT Indonesia, Rabu (7/4) kemarin.
Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Kerja Rektor USU pada Gedung Biro Pusat Administrasi USU itu dihadiri langsung oleh President Director PT AfterFIT Indonesia Cota Saito, didampingi Project Development Manager Kemas Aulia Rahman dan Medhat Kemal serta Indra Kesuma Nasution Ph.D dari ANC Japan dan juga akademisi FISIP USU. Dari USU hadir Wakil Rektor III USU Dr Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S Si, M Si, Apt, Staf Ahli Rektor Bidang Penelitian Prof Dr Eng Himsar Ambarita, ST, MT dan Kepala Kantor Urusan Internasional USU Dr Esther Nababan, M Sc.
Dr Muryanto mengharapkan agar Project PLTS di USU dan pelaksanaan EBT dapat segera terlaksana. Untuk itu ia mengucapkan terima kasih kepada PT AfterFIT Indonesia yang telah mempercayakan USU sebagai pilot project pertama untuk kampus. Menurutnya, penggunaan energi listrik di USU saat ini cukup membebani.
“Untuk memenuhi kebutuhan kampus selama satu bulan USU menghabiskan dana sebesar Rp1,6 miliar. Maka saat ditawarkan ide untuk pembangunan PLTS di USU, saya sangat antusias karena hal ini menjadi konsern perhatian USU juga. Sebagai Rektor, kami juga memiliki mandatory dan kontrak kinerja tentang EBT yang akan mendapatkan penilaian tersendiri,” katanya optimis.
Meskipun demikian, rektor juga mengakui bahwa untuk mewujudkan PLTS di USU menggantikan energi yang boros ini menjadi energi baru terbarukan, bukan hal yang murah dan mudah. “Kita belum terbiasa dan familiar, serta tidak murah juga. Jadi sebaiknya, sesudah penandatanganan MoU kita dapat bertemu lagi dan berdiskusi intensif untuk membahas lebih lanjut tentang teknis pelaksanaannya,” sambung Muryanto dengan mimik serius.
Untuk Energi Baru Terbarukan, Dr Muryanto juga menjelaskan, bahwa sebelumnya USU juga telah merintis penggunaan energi tersebut. Di atas gedung biro rektor terdapat proyek percontohan yang dihasilkan dari project UI GreenMetrics yang diikuti oleh USU. Di mana di dalam penilaian penggunaan EBT USU masih berada di urutan ke-14.”Saya bahagia karena ada yang mau investasi untuk pengadaan PLTS ini dengan pola-pola tertentu. Namun patut diingat, di satu sisi anggaran USU adalah untuk memenuhi beban akademik. Jadi diharapkan agar kolaborasi ini tidak semakin membebani anggaran dan saling menguntungkan,” paparnya.
Rektor juga menginginkan agar dalam proses pelaksanaannya jangan sampai menimbulkan dampak sosial. Ia mencontohkan tentang bagaimana kasus penebangan terhadap sebatang pohon dapat menjadi persoalan bagi para pemerhati lingkungan hidup yang dianggap merusak keseimbangan alam. Hal ini harus diperhatikan dengan baik saat ingin mencari lokasi yang pas bagi pengadaan PLTS tersebut. Rooftop juga dianggap kurang ideal karena safetynya agak kurang terjamin. “Kami berkomitmen untuk menerima konsensus dan manfaat itu agar sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak. Nanti ke depannya akan ada pengembangan-pengembangan lain dengan berbagai pihak, seperti pihak Pemkot Medan yang sudah kami mulai baru-baru ini,” jelasnya.
Rektor USU itu juga menyebutkan, bahwa pengadaan EBT di kampus sangat menarik bagi mahasiswa, di mana para mahasiswa nantinya bisa diikutsertakan dalam proses pengerjaannya. “Tentu saja mereka dipilih melalui seleksi yang ketat. Keterlibatan mahasiswa ini menjadi poin penting bagi penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan bisa direalisasikan dengan segera,” tandas Rektor.
Pada kesempatan awal, President Director PT AfterFIT Indonesia Cota Saito mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk kerja sama antara USU dengan afterFIT Indonesia. “Kami, AfterFIT Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang Energi Baru Terbarukan, khususnya di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Induk perusahaan kami, afterFIT Co., Ltd telah mengembangkan lebih dari 500 MW Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Jepang. Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam, dan memiliki potensi tenaga surya yang sangat besar. Studi kami menunjukkan potensi tenaga surya di Indonesia melebihi 500 GW. Lebih dari 10 kali lipat potensi di Jepang, yang hanya sebesar 50 GW. Kita ketahui bersama, bahwa pemerintah Indonesia telah menargetkan bauran EBT sebesar 23% untuk sumber tenaga listrik di tahun 2025,” terang Cota.
Menurutnya, dalam pengembangan energi baru terbarukan, Universitas memiliki peran yang penting. Melalui kerjasama kali ini, kami mengharapkan partisipasi aktif dari para dosen, peneliti dan mahasiswa USU dalam penelitian dan pengembangan terkait EBT, terutama untuk pembangkit listrik tenaga surya. “Keberadaan PLTS di lingkungan kampus USU, kami yakini akan menjadi bukti bahwa USU peduli dengan pengembangan energi ramah lingkungan yang menjadi sorotan baik secara nasional dan global,” katanya.
Setelah penandatanganan MOU, PT AfterFIT akan melaksanakan Feasibility Study untuk meneliti potensi PLTS di kampus USU. Untuk itu Cato memohon bantuan dari Rektor beserta jajarannya untuk pelaksanaan FS tersebut. Setelah penandatanganan MoU, kegiatan ditutup dengan tukar menukar cenderamata dan foto bersama. Rektor USU Dr Muryanto Amin, S Sos, juga menyelempangkan ulos kepada President Director PT AsterFIT Cota Saito, yang dibalas oleh Cota dengan mengenakan Happi, pakaian tradisional samurai Jepang kepada Dr Muryanto Amin.(gus/ila)