Tanpa ilmu kebal biasanya tak ada orang yang tahan ditusuk benda tajam atau berjalan di atas bara api tanpa alas kaki, tapi tidak dengan penganut Hindu Tamil.
Dengan niat yang bersih demi menuntas janji atau sebagai penghapus dosa kepada dewan tubuh penganut ajaran ini tidak terluka saat tombak dan mata kail menembus lidah serta kulit tubuh mereka.
Aksi ini berlangsung pada sebuah prosesi ritual thiruvilla. Sebuah ritual yang menurut umat Hindu Tamil sebagai perwujudan bhakti seorang hamba kepada sang dewa. Di Desa Bulucina Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang, persisnya di Kuil Sri Mariaman, ratusan umat Hindu keturunan Tamil menggelar prosesi ritual dimaksud, Minggu (9/6) kemarin.
Ya, selama beberapa hari terakhir ini, kuil tempat beribadah umat Hindu itu memang diramaikan oleh ratusan penganut keturunan Tamil yang hendak melaksanakan ritual itu. Tak cuma penganutnya, ritual keagamaan itu juga tak luput dari perhatian warga sekitar yang begitu antusias ingin menyaksikan ritual tahunan tersebut dari dekat.
Dari proses ritual yang dilaksanakan sejak, Jumat (7/6) lalu, itu digelar mulai dari kuil sampai pelepasan Drupadi kian menambah deretan suasana menjadi meriah. Dimulai dengan pemberkatan dari pendeta kuil, sejumlah pemuda telah siap melaksanakan ‘tusuk’ tubuh yang menjadi tradisi penghapusan dosa.
Dengan mengenakan pakaian adat Tamil, para peserta tampak bersiap-siap untuk berjalan ke sebuah sungai berjarak sekitar 2 kilometer dari kuil.”Ini ritual penghapus dosa tahunan, biasanya saat tiba di pinggir sungai banyak yang tak sadarkan diri karena kerasukan,” ujar Dama seorang umat Hindu keturunan Tamil.
Dipandu oleh seorang pendita, tiga pasang pesrta ritual lalu dimandikan menggunakan air yang sebelumnya telah dibacakan doa. Hingga prosesi ritual dimulai, seorang dari pria yang akan menjalani cucuk fisik itupun mulai mengalami kerasukan. Dengan kondisi mata melotot dan otot tubuh menegang, pria ini menjadi yang pertama ditusuk punggungnya menggunakan kail. Selanjutnya, kedua pipinya dicucuk menggunakan besi tajam dan panjang.
“Sebelum dimulai prosesi biasanya dimulai dengan memohon izin kepada penghuni sungai atau Dewi Gangga dimulai dengan tiga lelaki dengan menyajikan kembang yang diletakkan di atas daun pisang, kemudian dihanyutkan,” sebutnya.
Diiringi suara genderang dan lagu tradisi India Tamil, menambah suasana menjadi kian meriah. Sedangkan dua orang pria lagi yang masih berusia dibawah umur menjadi giliran berikutnya, usai membaca doa-doa pipi dan lidah kedua remaja ini langsung ditusuk benda tajam. Selanjutnya mereka pun berjalan menyisiri pinggiran sungai dan rumah warga untuk kembali menuju kuil.
“Ketiga peserta pria lalu diarak, sedang para wanita diplot sebagai pendamping mereka menjinjing sebuah kendi berisi susu di kepalanya diarak menuju kuil. Jadi mereka semuanya tidak sadar, sebab dirinya telah dirasuki roh dewa,” ungkapnya.
Walema (32), seorang wanita tamil penganut kepercayaan itu menuturkan, para wanita yang menangis saat kerasukan roh dari jiwa terdahulu, dalam kisahnya mereka menangis tatkala sang suami mereka menjalani penghapusan dosa, dengan menyiksa tubuh mereka.”Perempuan yang menangis itu sedih, karena dalam kondisi dibawah alam sadar mereka menyaksikan penyiksaan penghapusan dosa. Makanya sampai ada yang
menjerit,” ucap Walema.
Ketika melewati rumah-rumah warga beragama Hindu, mereka turut memberkati mereka dengan membasuh kaki mereka dengan air berwarna khas tradisi India, hingga tiba di kuil. Di sekitar kuil warga telah menyiapkan buah kelapa, setelah dibelah air kelapa itupun disiramkan ke tanah.
“Usai ritual tusuk diri sebagai nazar, peserta lalu bersiap-siap melakukan ritual berjalan diatas bara api sambil bergoyang. Jadi ini sebagai bentuk penghapus dosa,” lanjutnya.
Tidak hanya peserta yang bergoyang saat melintasi bara api. Pendeta pun turut menggoyangkan pinggulnya sembari membawa dupa di atas talam stainless. Wanita pembawa kendi stainless dengan menjunjung di atas kepalanya sambil berjalan kaki juga ikut menari Khalifah, pembantu pandeta pada ritual tersebut mengatakan, tradisi yang telah berlangsung dari turun temurun di agama Hindu ini, merupakan ritual yang dilakukan untuk pensucian diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan bagi umat Hindu. Biasanya, mereka yang melakukan penghapusan dosa ini, harus disertai dengan niat yang tulus. Itupun ditambah bagi mereka yang ingin melaksanakan niat tersebut, harus rela tidur dan puasa selama 30 hari di kuil.
“Ini merupakan tradisi untuk penghapusan dosa, bagi siapa saja yang berniat untuk mensucikan diri. Siapa yang punya niat untuk ritual ini mereka dituntut untuk melaksanakan puasa dan tidur di kuil. Setelah itu baru dilakukan ritual tusuk diri penghapus dosa,” jelas Khalifah.(rul)