Warga Keluhkan Pasar Murah
MEDAN- Stok minyak goreng di Pasar Murah Pemko Medan Kelurahan Harjosari II, Medan Amplas minim. Hal ini memicu kekecewaan masyarakat yang ingin berbelanja kebutuhan pokok di pasar murah tersebut.
Seperti dikatakan Sri, warga Kelurahan Harjosari II, Medan Amplas, minyak curah (kiloan) selalu tidak ada di pasar murah wilayah Kecamatan Medan Amplas.
“Kita pun nggak tahu, entah habis atau memang tidak ada. Tapi, setiap saya ingin membeli minyak goreng selalu tidak ada,” katanya, Selasa (9/8).
Selain minimnya stok minyak goreng, Sri juga mengeluhkan kulitas gula yang dijual di pasar murah ini. “Seperti gula, warnanya kekuningan. Mungkin ini gula murahan, makanya di jual di pasar murah,” ujar Sri.
Menurutnya, gula yang berwarna kuning tersebut jika digunakan untuk membuat teh manis atau kue, warnanya menjadi sangat lain. “Untuk buat teh manis dan buat kue agak menjadi masalah, karena kurang sedap dipandang mata,” ucapnya.
Sementara Rinal, warga Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia mengeluhkan waktu pelaksanaan pasar murah yang tidak jelas jam buka dan tutupnya. “Pelaksanaannya sering tidak tepat waktu. Lihatlah keplingnya saja kurang perduli terhadap warganya. Terkadang pelaksanaannya tidak ada, terkadang juga waktu kegiatannya sesuka hati mereka,” Kata Rinal.
Padahal, lanjut Rinal, pasar murah ini diharapkan dapat membantu masyarakat kurang mampu dan untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok saat Ramadan maupun menjelang Lebaran. “Dalam kegiatan pasar murah itu, harga barang yang dijual jauh di bawah harga pasar bahkan di bawah harga pokok, tetapi pelaksanaannya mengecewakan,” katanya lagi.
Sementara Ketua Komisi C DPRD Medan Jumadi mengatakan, saat mereka melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa pasar murah di Kota Medan beberapa waktu lalu, mereka menemukan jenis kualitas bahan pokok yang rendah.
“Seperti gula ada yang berwarna merah dan dijual dengan harga Rp8.300. Seharusnya harga gula tersebut di bawah Rp8 ribu, sekitar Rp7.800,” ujar Jumadi.
Menurut politisi PKS ini, temuan mereka saat sidak ke pasar murah tersebut, membuktikan Disperindag kurang memperhatikan pangsa pasar. “Ini kan suatu bukti, dari harga tetap sama sedangkan barang berbeda. Jadi Disperindag harus bisa melihat pangsa pasar. Keran di setiap wilayah selalu berbeda apa kebutuhannya,” ungkapnya. Dia menambahkan, kalau di Kecamatan Medan Belawan warga lebih memilih jenis minyak kiloan dari pada minyak dalam kemasan botol, sehingga mengakibatkan minyak goreng dalam kemasan menumpuk di Kecamata Medan Belawan.
Menanggapi hal tersebut, Kadisperindag mengakui kalau gula tersebut memang berwarna kuning karena gula tersebut memang yang diberikan distributor.
“Kalau untuk gula warna putih sudah masuk di beberapa lokasi. Sedangkan untuk gula yang berwarna kuning itu memang itulah jenis yang kita peroleh dari distributor,” kata Syahrizal Arief.
Dengan begitu, lanjut Arief, Disperindag sudah menurunkan tim untuk melakukan monitouring. “Apa jenis barang yang masuk itulah yang kita berikan. Sedangkan untuk masalah waktu kita melaksanakannya dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Kalau ada yang terlambat, mereka kan sedang puasa, jadi maklumlah. Kita juga sudah menurunkan tim untuk memantaunya,” bebernya.(adl)