26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Kematian Aktivis Walhi Sumut Masih Misteri, Polisi Belum Pastikan Lakalantas atau Pembunuhan

OLAH TKP: Personel Kepolisian melakukan olah TKP di underpass Katamso atas tewasnya aktivis Walhi Sumut Golfrid Siregar, Rabu (9/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyebab tewasnya aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumut, Golfrid Siregar masih misteri. Kepolisian belum dapat memastikan, apakah Golfrid tewas karena dibunuh atau murni kecelakaan lalu-lintas (Lakalantas).

Tim gabungan dari penyidik Satlantas dan Satreskrim Polrestabes Medan Polsek Deli Tua serta Direktorat Reskrimum Polda Sumut melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), Rabu (9/10) siang. Dari olah TKP yang dilakukan polisi, ternyata Golfrid diketahui pertama kali ditemukan bukan di Fly Over Jamin Ginting, melainkan di underpass Jalan Brigjen Katamso, persisnya dekat terowongan menuju Asrama Haji.

Dalam olah TKP tersebut, dilakukan beberapa adegan saat korban pertama kali ditemukan. Bahkan, sepeda motor korban dihadirkan untuk memperagakan. Arus lalu lintas dari arah Amplas menuju Asrama Haji pun sempat dialihkan.

Kasatlantas Polrestabes Medan, AKBP Juliani Prihartini mengatakan, pada olah TKP itu pihaknya menerapkan metode Traffic Accident Analysis (TAA). Metode tersebut merupakan suatu cara sesuai SOP untuk penanganan insiden kecelakaan lalu lintas. “Kita olah TKP, karena menurut informasi dari keterangan saksi, korban ditemukan berada di sekitar underpass Titi Kuning. Dalam olah TKP tersebut kita juga bersama tim dari TAA untuk menganalisis kalau memang korban mengalami kejadian kasus kecelakaan lalu lintas,” ujar AKBP Juliani.

Disebutkan Juliani, pada olah TKP itu ada dua saksi yang dihadirkan. Pertama, penarik becak yang menemukan korban. Kedua, warga setempat yang tinggalnya tak jauh dari lokasi korban ditemukan. “Semua ini merupakan bagian dari penyelidikan. Namun, memang kita belum bisa simpulkan,” kata dia.

Disinggung mengenai helm yang digunakan korban, apakah ditemukan? Sebut Juliani, saksi mengaku melihat korban tidak mengenakan helm saat ditemukan. “Di lokasi, saksi menemukan korban tidak menggunakan helm. Namun demikian, sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan,” tandasnya.

Direktur Walhi Sumut, Dana Prima Tarigan yang turut menyaksikan olah TKP mengatakan, pasca operasi sampai saat ini kematian Golfrid masih menjadi misteri. Sebab, menurutnya, luka-luka yang dialami banyak keganjilan. “Luka di sekujur tubuh tidak ada, tapi ada bengkak di bagian mata kanan dan pecah di tempurung kepala. Luka itu yang membuat kita bersama keluarga menyatakan ini ada yang ganjil,” ujarnya.

Dana mengaku, pihaknya masih bertanya-tanya dimana lokasi pasti ditemukannya tubuh Golfrid. Kata Dana, polisi justru tidak tahu persis di mana lokasi awalnya. “Pada saat itu kita tanya polisi, mereka tidak tahu TKP di mana. Polisi bilang di Fly Over Jamin Ginting, buktinya tidak di fly over. Jadi itu menjadi keganjilan. Ini ada yang tidak benar. Itu yang membuat mengapa kita ambil keputusan mendampingi keluarga untuk membuat laporan,” ucapnya.

Diutarakannya, pihaknya telah membuat laporan ke Polsek Delitua karena kematian Golfrid dianggap laka lantas. Hal-hal seperti ini yang membuat kejanggalan dan harus diungkap secara transparan. “Hasil otopsi belum kita pegang. Kita juga ingin tahu hasil otopsi seperti apa dan diminta diumumkan segera. Ini olah TKP kita belum dapat secara komprehensif apa hasil olah TKP. Tapi, kita masih tetap merasa bahwa ada keganjilan dan ini harus diungkap secara transparan meninggalnya Golfrid. Apalagi, identitas korban, dompet, cincin, laptop dan ponselnya hilang,” sebut Dana.

Ia menegaskan, pihaknya akan terus menginventarisir data-data apa yang ditangani Walhi Sumut atau kasus yang ditangani Golfrid secara personal. “Kita akan cari tahu semua sambil menunggu hasil yang akan dipaparkan oleh kepolisian. Kasus ini harus diungkap terang benderang agar tidak memunculkan persepsi publik yang macam-macam. Walhi akan compare apa yang mereka tracking dan apa yang akan dipaparkan oleh kepolisian,” ketusnya.

Ditanya mengenai kasus apa yang ditangani Golfrid, Dana menyatakan, semua kasus ditangani. Mulai dari pembalakan liar di Karo, pencemaran di Batubara, pabrik di Simalungun yang sudah tutup, PLTA Batang Toru yang izin lingkungannya digugat hingga pemalsuan izin Amdal. “Ini semua kasus-kasus yang ditangani Walhi Sumut, kajiannya dibuat Golfrid. Sampai korban menghembuskan napas terakhir, semua kasus Walhi ditanganinya,” pungkas dia.

Sebelumnya, di tempat terpisah Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil otopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Medan. “Kita sudah lakukan otopsi dan hasilnya masih menunggu dari rumah sakit (Bhayangkara Medan). Kita juga sudah membentuk tim dari Direktorat Reskrimum dan Polrestabes Medan yang bersama-sama untuk menindaklanjuti kasus ini,” ujar Kapoldasu saat diwawancarai usai menghadiri peresmian Balai Pengawasan Tertib Niaga di Jalan Sunggal, Medan.

Jenderal bintang dua ini menuturkan, dalam kasus tersebut telah diperiksa sejumlah saksi. Akan tetapi, tidak dijelaskan secara pasti siapa saja saksi yang diperiksa. “Saya dengar juga sudah ada beberapa saksi yang sudah diperiksa, terkait pertemuan yang dilakukan korban sebelum kejadian ini. Bahkan, korban juga sempat di warung dengan temannya, dan juga sudah diperiksa,” ucap Agus.

Namun, Agus tidak menjelaskan warung tersebut di lokasi mana dan siapa yang dimaksud teman korban. Ia berharap mudah-mudahan dari informasi keterangan saksi dan hasil otopsi dapat diketahui secara jelas, apakah Golfrid merupakan korban kasus kecelakaan lalu lintas atau kasus lainnya. “Semoga dalam waktu dekat bisa dipastikan apakah yang bersangkutan merupakan korban kasus kecelakaan lalu lintas atau karena ada tindak pidana,” pungkasnya.

LBH Medan Minta Polisi Usut Tuntas

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan meminta Polda Sumut mengusut tuntas atas meninggalnya aktivis Walhi Sumut, Golfrid Siregar. “Kami mendesak pihak kepolisian untuk segera mengungkap kasus ini dan menangkap para pelaku jika memang yang bersangkutan adalah korban kejahatan,” ungkap Kepala Divisi SDA dan Lingkungan LBH Medan, Muhammad Alinafiah Matondang, Rabu (9/10).

Sebelumnya, kepolisian mengemukakan, penyebab kematian Golfrid Siregar akibat kecelakaan lalu lintas diduga korban tabrak lari. Namun, menurut Muhammad Alinafiah, kepolisian terlalu cepat mengambil kesimpulan. “Kami sangat menyayangkan atas pernyataan prematur yang dikeluarkan pihak kepolisian atas penyebab kematian dari Golfrid Siregar. Padahal pihak kepolisian dalam hal ini belum melakukan proses penyelidikan dan penyidikan di lapangan,” ucapnya.

Kematian Golfrid Siregar kata dia, meninggalkan luka yang mendalam bagi kalangan aktivis HAM di seluruh tanah air tanpa terkecuali LBH Medan. “Melihat adanya beberapa kejanggalan dalam kasus ini membuat kami khawatir dan curiga jangan-jangan ini merupakan perbuatan sengaja untuk menghilangkan nyawa seseorang, dapat dikualifisir hal tersebut merupakan sebuah tindakan pembunuhan,” urainya.

Golfrid Siregar merupakan sosok yang vokal dalam membela hak-hak masyarakat tertindas. Pihaknya khawatir jika kasus ini tidak ada kejelasan, maka hal serupa dapat saja menimpa aktivis hukum dan HAM yang lain. Karena itu pihaknya berharap, mengungkap kasus ini Polda Sumut transparan dan melibatkan aktivis-aktivis HAM di Sumut dalam melakukan proses lidik dan sidik.

Diketahui, Golfrid ditemukan terkapar tak sadarkan diri dengan tempurung kepala hancur pada Kamis (3/10) sekira pukul 01.00 WIB yang disebut-sebut di Fly Over Simpang Pos Jalan Jamin Ginting, Medan, oleh penarik becak.

Kemudian, korban dibawa penarik becak tersebut ke RS Mitra Sejati. Namun, tak lama korban dirujuk ke RSUP H Adam Malik dan sempat menjalani operasi. Akan tetapi, nyawa Golfrid dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (6/10) sore. (ris/man)

OLAH TKP: Personel Kepolisian melakukan olah TKP di underpass Katamso atas tewasnya aktivis Walhi Sumut Golfrid Siregar, Rabu (9/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyebab tewasnya aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumut, Golfrid Siregar masih misteri. Kepolisian belum dapat memastikan, apakah Golfrid tewas karena dibunuh atau murni kecelakaan lalu-lintas (Lakalantas).

Tim gabungan dari penyidik Satlantas dan Satreskrim Polrestabes Medan Polsek Deli Tua serta Direktorat Reskrimum Polda Sumut melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), Rabu (9/10) siang. Dari olah TKP yang dilakukan polisi, ternyata Golfrid diketahui pertama kali ditemukan bukan di Fly Over Jamin Ginting, melainkan di underpass Jalan Brigjen Katamso, persisnya dekat terowongan menuju Asrama Haji.

Dalam olah TKP tersebut, dilakukan beberapa adegan saat korban pertama kali ditemukan. Bahkan, sepeda motor korban dihadirkan untuk memperagakan. Arus lalu lintas dari arah Amplas menuju Asrama Haji pun sempat dialihkan.

Kasatlantas Polrestabes Medan, AKBP Juliani Prihartini mengatakan, pada olah TKP itu pihaknya menerapkan metode Traffic Accident Analysis (TAA). Metode tersebut merupakan suatu cara sesuai SOP untuk penanganan insiden kecelakaan lalu lintas. “Kita olah TKP, karena menurut informasi dari keterangan saksi, korban ditemukan berada di sekitar underpass Titi Kuning. Dalam olah TKP tersebut kita juga bersama tim dari TAA untuk menganalisis kalau memang korban mengalami kejadian kasus kecelakaan lalu lintas,” ujar AKBP Juliani.

Disebutkan Juliani, pada olah TKP itu ada dua saksi yang dihadirkan. Pertama, penarik becak yang menemukan korban. Kedua, warga setempat yang tinggalnya tak jauh dari lokasi korban ditemukan. “Semua ini merupakan bagian dari penyelidikan. Namun, memang kita belum bisa simpulkan,” kata dia.

Disinggung mengenai helm yang digunakan korban, apakah ditemukan? Sebut Juliani, saksi mengaku melihat korban tidak mengenakan helm saat ditemukan. “Di lokasi, saksi menemukan korban tidak menggunakan helm. Namun demikian, sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan,” tandasnya.

Direktur Walhi Sumut, Dana Prima Tarigan yang turut menyaksikan olah TKP mengatakan, pasca operasi sampai saat ini kematian Golfrid masih menjadi misteri. Sebab, menurutnya, luka-luka yang dialami banyak keganjilan. “Luka di sekujur tubuh tidak ada, tapi ada bengkak di bagian mata kanan dan pecah di tempurung kepala. Luka itu yang membuat kita bersama keluarga menyatakan ini ada yang ganjil,” ujarnya.

Dana mengaku, pihaknya masih bertanya-tanya dimana lokasi pasti ditemukannya tubuh Golfrid. Kata Dana, polisi justru tidak tahu persis di mana lokasi awalnya. “Pada saat itu kita tanya polisi, mereka tidak tahu TKP di mana. Polisi bilang di Fly Over Jamin Ginting, buktinya tidak di fly over. Jadi itu menjadi keganjilan. Ini ada yang tidak benar. Itu yang membuat mengapa kita ambil keputusan mendampingi keluarga untuk membuat laporan,” ucapnya.

Diutarakannya, pihaknya telah membuat laporan ke Polsek Delitua karena kematian Golfrid dianggap laka lantas. Hal-hal seperti ini yang membuat kejanggalan dan harus diungkap secara transparan. “Hasil otopsi belum kita pegang. Kita juga ingin tahu hasil otopsi seperti apa dan diminta diumumkan segera. Ini olah TKP kita belum dapat secara komprehensif apa hasil olah TKP. Tapi, kita masih tetap merasa bahwa ada keganjilan dan ini harus diungkap secara transparan meninggalnya Golfrid. Apalagi, identitas korban, dompet, cincin, laptop dan ponselnya hilang,” sebut Dana.

Ia menegaskan, pihaknya akan terus menginventarisir data-data apa yang ditangani Walhi Sumut atau kasus yang ditangani Golfrid secara personal. “Kita akan cari tahu semua sambil menunggu hasil yang akan dipaparkan oleh kepolisian. Kasus ini harus diungkap terang benderang agar tidak memunculkan persepsi publik yang macam-macam. Walhi akan compare apa yang mereka tracking dan apa yang akan dipaparkan oleh kepolisian,” ketusnya.

Ditanya mengenai kasus apa yang ditangani Golfrid, Dana menyatakan, semua kasus ditangani. Mulai dari pembalakan liar di Karo, pencemaran di Batubara, pabrik di Simalungun yang sudah tutup, PLTA Batang Toru yang izin lingkungannya digugat hingga pemalsuan izin Amdal. “Ini semua kasus-kasus yang ditangani Walhi Sumut, kajiannya dibuat Golfrid. Sampai korban menghembuskan napas terakhir, semua kasus Walhi ditanganinya,” pungkas dia.

Sebelumnya, di tempat terpisah Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil otopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Medan. “Kita sudah lakukan otopsi dan hasilnya masih menunggu dari rumah sakit (Bhayangkara Medan). Kita juga sudah membentuk tim dari Direktorat Reskrimum dan Polrestabes Medan yang bersama-sama untuk menindaklanjuti kasus ini,” ujar Kapoldasu saat diwawancarai usai menghadiri peresmian Balai Pengawasan Tertib Niaga di Jalan Sunggal, Medan.

Jenderal bintang dua ini menuturkan, dalam kasus tersebut telah diperiksa sejumlah saksi. Akan tetapi, tidak dijelaskan secara pasti siapa saja saksi yang diperiksa. “Saya dengar juga sudah ada beberapa saksi yang sudah diperiksa, terkait pertemuan yang dilakukan korban sebelum kejadian ini. Bahkan, korban juga sempat di warung dengan temannya, dan juga sudah diperiksa,” ucap Agus.

Namun, Agus tidak menjelaskan warung tersebut di lokasi mana dan siapa yang dimaksud teman korban. Ia berharap mudah-mudahan dari informasi keterangan saksi dan hasil otopsi dapat diketahui secara jelas, apakah Golfrid merupakan korban kasus kecelakaan lalu lintas atau kasus lainnya. “Semoga dalam waktu dekat bisa dipastikan apakah yang bersangkutan merupakan korban kasus kecelakaan lalu lintas atau karena ada tindak pidana,” pungkasnya.

LBH Medan Minta Polisi Usut Tuntas

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan meminta Polda Sumut mengusut tuntas atas meninggalnya aktivis Walhi Sumut, Golfrid Siregar. “Kami mendesak pihak kepolisian untuk segera mengungkap kasus ini dan menangkap para pelaku jika memang yang bersangkutan adalah korban kejahatan,” ungkap Kepala Divisi SDA dan Lingkungan LBH Medan, Muhammad Alinafiah Matondang, Rabu (9/10).

Sebelumnya, kepolisian mengemukakan, penyebab kematian Golfrid Siregar akibat kecelakaan lalu lintas diduga korban tabrak lari. Namun, menurut Muhammad Alinafiah, kepolisian terlalu cepat mengambil kesimpulan. “Kami sangat menyayangkan atas pernyataan prematur yang dikeluarkan pihak kepolisian atas penyebab kematian dari Golfrid Siregar. Padahal pihak kepolisian dalam hal ini belum melakukan proses penyelidikan dan penyidikan di lapangan,” ucapnya.

Kematian Golfrid Siregar kata dia, meninggalkan luka yang mendalam bagi kalangan aktivis HAM di seluruh tanah air tanpa terkecuali LBH Medan. “Melihat adanya beberapa kejanggalan dalam kasus ini membuat kami khawatir dan curiga jangan-jangan ini merupakan perbuatan sengaja untuk menghilangkan nyawa seseorang, dapat dikualifisir hal tersebut merupakan sebuah tindakan pembunuhan,” urainya.

Golfrid Siregar merupakan sosok yang vokal dalam membela hak-hak masyarakat tertindas. Pihaknya khawatir jika kasus ini tidak ada kejelasan, maka hal serupa dapat saja menimpa aktivis hukum dan HAM yang lain. Karena itu pihaknya berharap, mengungkap kasus ini Polda Sumut transparan dan melibatkan aktivis-aktivis HAM di Sumut dalam melakukan proses lidik dan sidik.

Diketahui, Golfrid ditemukan terkapar tak sadarkan diri dengan tempurung kepala hancur pada Kamis (3/10) sekira pukul 01.00 WIB yang disebut-sebut di Fly Over Simpang Pos Jalan Jamin Ginting, Medan, oleh penarik becak.

Kemudian, korban dibawa penarik becak tersebut ke RS Mitra Sejati. Namun, tak lama korban dirujuk ke RSUP H Adam Malik dan sempat menjalani operasi. Akan tetapi, nyawa Golfrid dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (6/10) sore. (ris/man)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/