SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Tsunami yang melanda sejumlah daerah di Indonesia, membawa trauma bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran pantai, khususnya di Sumatera Utara. Rabu (9/1) malam dan Kamis (10/1) dini hari, masyarakat di Kepulauan Nias, Sibolga, dan Tapanuli Tengah (Tapteng) mendadak heboh dengan kabar akan terjadinya tsunami. Isu ini sangat meresahkan warga, sehingga banyak yang mengungsi ke perbukitan karena takut terjadi bencana tersebut.
Ribuan warga Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah, kalang-kabut dan lari meninggalkan rumahnya ke daerah perbukitan dan rumah ibadah, untuk menyelamatkan diri, Kamis (10/1) sekira pukul 02.45 WIB. Ternyata, isu itu hanya hoaks.
Isu tsunami yang membuat panik warga itu dipicu munculnya berbagai status di media sosial, yang menyebut air laut di seluruh pesisir pantai Sibolga-Tapteng surut. Warga yang bermukim di pesisir pun percaya isu-isu yang beredar, dan bergegas meninggalkan rumahnya. Banyak di antara mereka yang membawa serta perlengkapan dan barang-barang berharganya.
Yuli, salah seorang warga yang mengungsi di daerah perbukitan Kelurahan Pancuran Dewa, menuturkan, , setelah mendengar kabar isu tsunami, dia dan keluarganya bergegas mengungsi. “Katanya air laut kering. Kami takut dan langsung waspada. Jangan seperti yang terjadi di Lampung, Banten. Tanpa gempa, tiba-tiba tsunami. Jadi selagi masih bisa awak berlari… berlarilah,” kata Yuli.
Mereka memilih lari ke daerah perbukitan, yang dinilai tempat paling aman menghindar dari bahaya tsunami. “Ini ‘kan sudah tinggi tempatnya. Seandainya terjadi apa-apa, sudah bisa awak lari ke atas gunung,” pungkasnya.
Pantauan wartawan, tak hanya ke daerah perbukitan, rumah ibadah juga menjadi tujuan warga menyelamatkan diri. Seperti Masjid Al-Jihad Sibolga yang dipadati penduduk sejak munculnya rumor tsunami. Dari mulai anak-anak hingga orangtua renta ada di sana.
Di kelurahan Sibolga Ilir dan Desa Mela I dan II, Tapanuli Tengah, kepanikan warga terlihat jelas. Ada warga yang mempersiapkan keluarganya untuk mengungsi. Ada juga yang memperjelas surutnya air laut. Bahkan jalanan yang biasanya sepi pada dinihari, justru sangat ramai dengan hilir mudiknya berbagai kendaraan. Mulai roda dua hingga roda empat, untuk mengangkut pengungsi.
Dalam waktu singkat, perbukitan yang menjadi lokasi pemancar TVRI Sibolga dan perbukitan sekolah AKN, dipenuhi warga yang panik.
“Sebenarnya kita pergi dari rumah bukan karena adanya informasi. Tapi kita memang melihat di sekitar rumah. Kita ‘kan tinggal di atas laut dan bisa melihat langsung air laut yang surut cukup dalam hingga beberapa meter. Itu menyebabkan kekhawatiran. Jadi kami memutuskan mengungsi ke perbukitan sekolah AKN di Panomboman,” jelas S Hutagalung (44), salah seorang warga yang berada di pengungsian Bukit AKN Panomboman bersama keluarganya.
Warga Barus Lari ke Dataran Tinggi
Tak hanya di Sibolga, ratusan warga yang bermukim di pesisir pantai barat Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, sekira pukul 03:00 WIB juga berbondong-bondong mengungsi ke dataran tinggi di wilayah Sihorbo Kecamatan Barus Utara dan Desa Sijungkang Kecamatan Andam Dewi.
Beberapa warga mengaku tidak tahu dari mana asalnya informasi bakal adanya tsunami. Yang pasti, mereka langsung panik begitu mendengar isu itu, dan buru-buru membawa keluarga mengungsi.
“Ada ratusan warga yang bermukim di bibir pantai Barus, mengungsi ke beberapa desa tetangga yang merupakan kawasan perbukitan,” kata Tumbur (30), warga Desa Sihorbo bersama warga lainnya.
Hal serupa juga dituturkan Asna (29), warga Desa Kinali. Ia mengatakan, banyak warga yang saat itu ketakutan mendengar bakal ada tsunami. “Iya pada mengungsi. Semua ketakutan,” ujarnya.
Asna pun mengaku tidak mengetahui darimana asal informasi tsunami itu.
Warga Barus lainnya bermarga Rambe (47) mengatakan, warga langsung kalang-kabut mengungsi ke wilayah Bukit Patupangan dan Sihobo Barus Utara, begitu mendapat informasi soal tsunami.
Mus Tanjung (45), warga Kelurahan Pasar Batu, mengatakan air surut itu merupakan hal yang biasa di sana. “Memang airnya surut. Tapi sebenarnya itu terjadi setiap malam, “ kata Mus singkat.
Tak hanya di Sibolga dan Tapteng, warga Kota Gunungsitoli juga diresahkan isu tsunami. Juli, warga Gunungsitoli mengaku sudah mendengar isu air laut surut, Kamis (10/1) dini hari. Sepengetahuan dia, hal tersebut merupakan tanda-tanda akan terjadi tsunami. “Kami sudah dengar isunya, dan hari ini (kemarin) kami tidak izinkan anak-anak sekolah, karena takut jika benar akan terjadi tsunami,” ucap Juli.
Hal senada disampaikan Kris yang merupakan warga Desa Lasara, Gunungsitoli, juga mengaku telah mendengar isu tsunami tersebut. Namun, dia memilih tetap beraktivitas seperti biasa.”Pagi ini banyak saya melihat warga yang mengungsi ke desa kami. Mereka takut terjadi tsunami dan untuk menyelamatkan diri mereka mengungsi ke daerah yang lebih tinggi,” ujarnya.
Walikota: Isu Hoaks
Menyikapi beredarnya isu tsunami yang menyebabkan warga Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah panik, Walikota Sibolga Drs Syarfi Hutauruk, mengimbau warga tidak termakan berita bohong atau hoaks.
“Kita mengimbau seluruh masyarakat lebih selektif dalam menerima laporan. Sebelum bertindak, harus terlebih dahulu mencari informasi yang benar. Kalau ada sesuatu berita, informasi, cek and ricek. Tenang, jangan langsung lari-lari. Jangan panik. Tanya dulu. Kalau bahasa agamanya, tabayun,” ujarnya.
Syarfi mengatakan, setelah mendapat kabar akan ada tsunami melanda Sibolga dan sekitarnya, ia langsung mencari informasi yang benar dari BMKG pusat. Informasi diperoleh, isu tersebut ternyata hoax atau bohong.
Untuk meluruskan informasi yang beredar, Syarfi sempat berkeliling Sibolga mengendarai sepedamotor, mendatangi beberapa lokasi tempat kumpul warga. Di sana ia menjelaskan bahwa informasi itu tidak benar. Lantas Syarfi mengajak seluruh warga kembali ke rumah masing-masing.
Syarfi juga sempat mendatangi pinggir laut untuk memastikan kondisinya. Air laut memang surut, namun bukan karena akan ada tsunami. Hasil pantauannya, surutnya air laut itu masih normal. Tidak ada yang aneh.
“Kami memerintahkan BPBD untuk mengontak BMKG pusat. Ternyata tidak ada tsunami di Sibolga. Isu itu bukan dari BMKG. Tapi sudah bikin heboh masyarakat. Lalu kita minta Polres melalui pengumuman mobil penerangan untuk meminta masyarakat yang sempat lari ke gunung dan ke atas bukit agar segera turun. Pulang ke rumah masing-masing. Insya Allah aman. Tidak ada tanda-tanda tsunami di Kota Sibolga,” kata orang nomor satu di Sibolga ini.
Dia menduga, berita bohong yang beredar itu adalah ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. “Mungkin ada tujuan-tujuan untuk mengambil keuntungan dan lain sebagainya,” ketusnya.
BMKG Sebut Pasang Normal
Dalam rilis persnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, hasil analisis rekaman data sinyal seismik di sensor terdekat, tidak ditemukan ada aktivitas kegempaan di Tapanuli dan sekitarnya.
Pun pantauan pengamatan stasiun pasang surut (tide gauge) di wilayah Sumatera Utara (Sibolga, Gunung Sitoli, Lahewa, Teluk Dalam, Pulau Tello, dan Tanabala), tidak ditemukan perubahan gelombang air laut yang signifikan. Hanya berupa gejala normal pasang surut harian.
Dengan kondisi ini, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, meminta agar masyarakat tidak mempercayai isu tsunami yang berkembang. Ia juga memastikan warga dapat melakukan aktivitasnya seperti sedia kala.
Walau demikian, Rahmat tetap meminta warga selalu waspada dengan selalu memantau informasi resmi yang bersumber dari BMKG di kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (iOS dan Android @infobmkg).
“Kita minta masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ajak Rahmat.
Kapolres: Kita Tindaklanjuti!
Terkait beredarnya hoaks tsunami yang sempat membuat panik warga, Kapolres Tapteng AKBP Sukamat menyatakan, pihaknya akan menindaklanjuti. “Iya nanti akan ditindaklanjuti kepolisian secara profesional,” ujar AKBP Sukamat kepada wartawan, Kamis (10/1).
Dia menyebutkan, setelah mendapat adanya informasi tersebut, pihaknya langsung melakukan kroscek. “Hasil kroscek tadi malam, tidak ada informasi tentang tsunami. Hanya informasi telanjur tersebar, sehingga masyarakay meyakini,” ucapnya.
Ia menegaskan, yang berhak mengeluarkan informasi tsunami hanya BMKG. Untuk itu, Kapolres meminta masyarakat agar bijak dalam mengonsumsi informasi.
“Di lain kesempatan kita akan memberikan suatu pembinaan, bimbingan kepada masyarakat, bahwa kejadian-kejadian seperti itu atau apapun kejadiannya, informasi itu harus dari pihak atau instansi yang berwenang,” imbuhnya.
Saat ini, polisi turun memberikan pencerahan bahwa isu tsunami itu hanya hoaks. “Binmas bersama Polsek sudah turun memberikan pencerahan kepada masyarakat . Sehingga masyarakat lebih jeli dan pintar mencerna informasi yang ada,” tutupnya. (ts/mis/gp/tz/ztm/dh/smg)