KESIMPULAN itu diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh ‘Citra Media’, sebuah lembaga konsultan komunikasi, belum lama ini. Survei melibatkan 1.000 responden di sejumlah kabupaten/kota di Sumut itu secara kasar menggambarkan sederet keinginan masyarakat Sumut terhadap calon pemimpinnya. Dari jumlah responden itu, misalnya, diketahui 21,7 persen partisipan menginginkan figur yang jujur dan bersih, memiliki jiwa sosial (18,2 persen), cepat mengambil keputusan (15,4 persen), dan memiliki wawasan yang luas dan pintar (13,5 persen).
Untuk kategori popularitas (tingkat keterkenalan) masih dipegang oleh Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho (10,6 persen), disusul Kapoldasu Irjen Wisjnu Amat Sastro (10,5 persen), Gus Irawan (10,2 persen), RE Nainggolan (8,7 persen), Chairuman Harahap (7,6 persen), Sutan Batoegana (6,2 persen), dan terakhir, Letjen (Purn) AY Nasution (6,1 persen).
Untuk kategori elektabilitas (tingkat keterpilihan), Gus dan RE Nainggolan bersaing ketat dengan 10,9 persen dan 10,5 persen, disusul Gatot Pujo Nugroho (10,1 persen), Chairuman Harahap (9,9 persen), dan AY Nasution (9,7 persen).
Untuk tingkat kepercayaan, dari lima nama yang ditawarkan kepada responden, Gus dan RE Nainggolan juga meraih persentase tertinggi masing-masing 22,3 persen dan 21,1 persen, disusul Gatot Pujo Nugroho (20,8 persen), Chairuman Harahap (17,2 persen), dan AY Nasution (13,7 persen).
Untuk kategori pemilih perempuan, tiga nama bersaing ketat yakni Gus Irawan, RE Nainggolan, dan Gatot Pujo Nugroho, masing-masing 22,7 persen dan 21,9 persen. Untuk kategori pemilih sarjana, tiga nama juga bersaing ketat yaitu Gus Irawan, Gatot Pujo Nugroho, dan RE Nainggolan, disusul Chairuman Harahap dan AY Nasution.
Keinginan rakyat mencari figur yang mampu berkomunikasi secara baik dianalisis dari pengalaman rakyat Sumut selama dua periode pada saat kepemimpinan Rudolf Pardede yang menggantikan T Rizal Nurdin yang tewas dalam kecelakaan pesawat Mandala. Begitu pula saat kepemimpinan Syamsul Arifin dilanjutkan Wagubsu Gatot Pujo Nugroho lantaran Syamsul terjerat kasus korupsi di KPK. Lobi dan komunikasi yang buruk ini berdampak atas berbagai proyek pembangunan di Sumut yang cenderung mengalami stagnasi. Salah satu contoh adalah keterlambatan penyelesaian bandara Kuala Namu atau jalan di Aek Latong. Dua poin ini dinilai bukti lemah komunikasi pemimpin Sumut dengan Pemerintah Pusat, DPR RI, dan investor.
Survei menyimpulkan responden berharap kasus Syamsul Arifin dapat menjadi pendorong terciptanya pemerintahan yang bersih. ‘’Apalagi saat ini terdapat 10 pejabat Pemprovsu menjadi tersangka korupsi,’’ ujar Direktur ‘Citra Media’, Idrus Djunaidi. (ari)