31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

PLN Harus Bangun Pembangkit

Surya Tarmizi Kasim

Selama Ramadan arus listrik terkadang padam. Padahal, jika ditilik ulang PT PLN pernah bilang bila selama Ramadan ini pihaknya tidak akan memadamkan listrik demi kekhusukan umat Islam dalamn menjalankan bulan puasa. Apa tanggapan pengamat? Berikut petikan wawancara wartawan Harian Sumut Pos Ari Sisworo dengan Pengamat Kelistrikan Sumut Surya Tarmizi  Kasim.

Apa pendapat Anda tentang matinya aliran listrik saat Ramadan?
Dalam hal ini kita harus memberi penilaian yang fair. Persoalan padamnya listrik itu wajar. Karena hal ini berkaitan dengan teknis. Mesin pembangkit bisa mati, rusak atau sebagainya. Kemudian, dari daya yang dialirkan ke masyarakat atau pelanggan lebih banyak, dari daya yang dimiliki. Konsumen misalnya ada 1.000, sementara cakupan atau persedian daya listrik hanya bisa diberikan kepada 500 konsumen. Itu misalnya.

Bagaimana dengan janji PLN untuk tidak memadamkan listrik selama Bulan Ramadan?
Ini yang kita sayangkan. Seharusnya PLN atau pun pemerintah, tidak usah mengumbar janji. Pahami dulu kondisi yang ada. Kalau memang kita masih defisit, kenapa harus memberikan janji-janji segala.

Siapa yang harus bertanggungjawab?
Pemerintah dan PLN harus bertanggungjawab. Bukan hanya pemerintah atau PLN di pusat saja, tapi pemerintah atau PLN yang ada di tingkat daerah. Karena apa, hal ini secara otomatis merugikan masyarakat.

Apa yang harus dilakukan PLN?
Mau tidak mau menambah daya yang dibutuhkan. Yang pastinya, pembangunan pembangkit-pembangkit listrik. Nah, di sini lah letak persoalannya. Ketika pemerintah atau PLN hendak membangun pembangkit listrik, tapi malah banyak tentangan dari berbagai pihak. Jadi, bagaimana mau diselesaikan kalau terus-terusan ada konflik. Maka dari itu mari kita bersikap dewasa, bersih serta jujur. Agar semua persoalan, terutama mengenai listrik ini bisa teratasi.(*)

Surya Tarmizi Kasim

Selama Ramadan arus listrik terkadang padam. Padahal, jika ditilik ulang PT PLN pernah bilang bila selama Ramadan ini pihaknya tidak akan memadamkan listrik demi kekhusukan umat Islam dalamn menjalankan bulan puasa. Apa tanggapan pengamat? Berikut petikan wawancara wartawan Harian Sumut Pos Ari Sisworo dengan Pengamat Kelistrikan Sumut Surya Tarmizi  Kasim.

Apa pendapat Anda tentang matinya aliran listrik saat Ramadan?
Dalam hal ini kita harus memberi penilaian yang fair. Persoalan padamnya listrik itu wajar. Karena hal ini berkaitan dengan teknis. Mesin pembangkit bisa mati, rusak atau sebagainya. Kemudian, dari daya yang dialirkan ke masyarakat atau pelanggan lebih banyak, dari daya yang dimiliki. Konsumen misalnya ada 1.000, sementara cakupan atau persedian daya listrik hanya bisa diberikan kepada 500 konsumen. Itu misalnya.

Bagaimana dengan janji PLN untuk tidak memadamkan listrik selama Bulan Ramadan?
Ini yang kita sayangkan. Seharusnya PLN atau pun pemerintah, tidak usah mengumbar janji. Pahami dulu kondisi yang ada. Kalau memang kita masih defisit, kenapa harus memberikan janji-janji segala.

Siapa yang harus bertanggungjawab?
Pemerintah dan PLN harus bertanggungjawab. Bukan hanya pemerintah atau PLN di pusat saja, tapi pemerintah atau PLN yang ada di tingkat daerah. Karena apa, hal ini secara otomatis merugikan masyarakat.

Apa yang harus dilakukan PLN?
Mau tidak mau menambah daya yang dibutuhkan. Yang pastinya, pembangunan pembangkit-pembangkit listrik. Nah, di sini lah letak persoalannya. Ketika pemerintah atau PLN hendak membangun pembangkit listrik, tapi malah banyak tentangan dari berbagai pihak. Jadi, bagaimana mau diselesaikan kalau terus-terusan ada konflik. Maka dari itu mari kita bersikap dewasa, bersih serta jujur. Agar semua persoalan, terutama mengenai listrik ini bisa teratasi.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/