MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebagai anak satu-satunya lelaki sekaligus paling kecil, semasa hidupnya Ilham Ramadhan dikenal periang dan sedikit lasak. Sikap itu pula yang membuat rumah mereka terasa selalu ramai.
Namun pasca musibah merengut nyawa bocah 5 tahun itu, rumah permanen yang didiami pasangan Jumadi dan Nur Aini mendadak sepi dari gelak tawa.
Hal ini diungkap Aini di sela kunjungan ke rumahnya di Jalan Langgar, Gang Damai 1, Medan Denai pada Minggu (10/7) malam kemarin.
Ibu tiga anak ini mengisahkan, tepat pada 18 Juli putra tunggalnya itu harusnya menjalani hari pertama sebagai murid di TK Muahamdiyah Jalan Bromo Gang Aman.
“Sebelum puasa itu dia sudah saya daftarkan. Karna memang dia suka lihat teman-temannya ke sekolah, dia juga suka pakai-pakai baju TK temannya,” kenang Aini.
Selain gagal masuk sekolah, lanjut wanita ini dengan mata berkaca-kaca, putranya juga gagal memakai baju lebaran. “Bajunya sudah saya beli. Keponakan saya juga ada yang mengasih sepatu untuk dia. Sudah sempat ditesnya, dan rencananya mau dipakai saat lebaran,” tambahnya.
“Kesal juga lah karena kejadian ini, tapi udah namanya takdir mau apa lagi. Seharusnya mereka (Ramadhan Fair) bisa membatasi mana yang bahaya untuk anak-anak atau dipagari, tapi ini malah tidak,” sesalnya.
Menutup, Aini dan suaminya memberi nama anak ketiganya Ramadhan, dikarenakan saat itu Ramadhan lahir bertepatan saat bulan suci Ramadhan.
“Anak saya memang sedikit lasak dan periang. Cita-citanya mau jadi Polisi. Sebelum meninggal sabtu itu, dia Jumat terakhir Sholat. Sebelum kejadian itu dia memang sudah minta kali lihat badut Bo bo Boi di Ramadhan Fair. Dia lahir di Bulan puasa, makanya namanya saya beri kata Ramadhan,” imbuhnya.(tim)