SUMUTPOS.CO – Masdalifah (34) warga Menteng VII dan putranya Riski Andrea (2,5) tampak masih trauma atas kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Tritura, simpang Delitua. Betapa tidak, di depan matanya, putranya tepat di bawah kolong truk maut dan nyaris dilintas ban.
Hal itu yang diutarakan Masdalifah saat ditemui di ruang perawatan RSU Mitra Sejati. Riski Andrea juga masih terlihat ketakutan dan terus menangis. “Mungkin takut lihat tempat tidur rumah sakit,” ujar nenek Riski yang menemani di rumah sakit sembari mencoba menenangkan bocah malang itu.
Masdalifah menceritakan, saat itu ia dan putranya berencana hendak berbelanja ke Pajak Melati, Tanjung Sari. Namun saat di lampu merah, angkot yang mereka tumpangi berhenti bersama kendaraan lainnya.
“Tapi waktu berhenti itu, tiba-tiba truk itu menabrak angkot kami. Sampai remuk badan mobil angkotnya dan terbuka bak-nya. Makanya banyak penumpang terpelanting,” kenang Masdalifah.
Saat itu ia dan putranya ikut terpelanting keluar dari angkot. Masdalifah sendiri sampai tak sadar jika putranya itu lepas dari pegangannya. “Begitu kejadian, anakku kufikir hilang. Rupanya udah di bawah kolong mobil. Hampir saja terlindas truk itu dia (Riski). Pas dibawa roda itu kedua kakinya,” tutur Masdalifah menangis membayangkan kondisi anaknya waktu itu.
Riski yang terkapar di bawah kolong truk fuso terus menangis. Beberapa orang meraih tubuhnya dan menyerahkannya pada Masdalifah sebelum akhirnya diboyong ke RSU Mitra Sejati.
Sementara itu, menurut cerita Rika Nita yang saat itu hendak pulang ke rumahnya di Tanjung Sari usai menjeput putrinya, Debora Dian dari sekolah Yayasan Pendidikan Tunanetra. Saat itu, Nita merasa angkot yang ditumpanginya terdorong ke depan. Akibatnya dia dan putrinya semakin panik saat penumpang angkot yang saat itu terisi penuh berteriak karena panik.
“Mobil mendapat tekanan kuat sehingga membuat dasborad mobil menjepit kami dan sang supir,” katany.
Masih kata Rika, dirinya dan putrinya juga ikut terjepit. Untungnya saat itu sopir angkot berhasil mendorong dashboard sehingga mereka bisa keluar dengan selamat. “Saya sempat panik dek. Soalnya rata-rata penumpangnya orangtua yang bawa anak, semua panik,” ujar wanita yang menggunakan kaos biru dan celana coklat itu dengan luka lecet di kakinya.
Herman Tarigan (38) penumpang yang mendapat luka cukup serius di bagian kepala belakang mengatakan saat peristiwa terjadi, dia tengah tidur pulas. Saat terbangun, dia baru sadar kalau posisinya sudah di bawah kolong truk.
“Aku saat itu lagi tidurm, tiba-tiba aku kaget karena ada benturan keras, tau-tau sudah ada di bawah kolong,” ujar PNS ini saat mendapatkan perawatan.
Menurut pria yang hendak menuju Tanjung Anom dari Lubuk Pakam ini, korban yang meninggal adalah tetangganya. Namun dia tidak bisa banyak bercerita karena kepalanya terasa sakit saat bicara. “Sudahlahlah ya, kepalaku sakit kalau ngomong terus,” katanya.
Herman mengatakan bahwa korban yang meninggal adalah tetangga di kampungnya yang beralamat di Dusun 1 Mangusta, Kecamatan Kutalimbaru berumur 52 tahun, beragama kristen dan berstatus menikah.
Sri Amrina (43) menuturkan korban Hotman Sianipar saat itu duduk di kursi paling pojok belakang di deretan sebelah kiri, sedangkan dirinya duduk di baris ketiga di posisi yang sama. “Waktu itu semua tempat duduk penuh. Yang di sebelah kanan ada tujuh orang, kiri lima dan di bangku tempel juga penuh,” kata wanita berjilab ini.
Saat truk tersebut menabrak mobil mereka, bagian belakang mobil koyak dan terangkat. Dan di saat itulah Hotman menurutnya terpelanting ke belakang dan meninggal di tempat. “Bapak itu yang duduk paling pojok dek. Makanya dia terpelanting. Abang yang di bangku tempel itu (Herman Tarigan) pun terpelanting karena duduk di bangku tempel,” katanya.
Peristiwa tabrakan itu katanya membuat seluruh penumpang histeris dan berebut keluar dari dalam mobil. Hentakannya saat itu menurutnya bagaikan sedang gempa bumi. “Panik kali kami semua di belakang. Mobilnya pun kan hancur kali,” ujarnya.
Sri saat itu beserta adiknya Yusmalita dan anaknya Marsya Trihapsari (7) hendak berkunjung ke rumah sanak familinya di Simpang Tuntungan yang baru pulang dari ibadah Haji.
Laurensius Nadapdap (29) yang saat itu menumpang angkot Medan Bus 135 yang berada di depan Nitra 03, mengatakan dia sempat terpelanting ke bagian belakang mobil saat Nitra 03 menabrak bagian belakang angkot yang dia naiki.
“Kecampak aku ke belakang. Kepalaku sakit kaki. Mataku pun merah kena badan mobil,” ujar karyawan Inalum ini.
Penumpang lainnya yang menjadi korban adalah Suryani (22) Warga Jalan Suka Mandili, Pakam Deliserdang. Geofan Ginting, beserta rekan wanitanya yang kini sudah dipulangkan. Sebab, luka yang dialami keduanya tidak begitu parah.(bar/bd)