Qori Bersaudara
Pemandangan menarik lainnya juga datang dari peserta asal Sumut di perlombaan cabang Qiraat Sab’ah Dewasa. Peserta dengan nomor urut QS.026 bernama Jakpar terlihat ditunggui oleh adik laki-lakinya, H Darwin Hasibuan.
Darwin Hasibuan merupakan Qori Internasional, yang sudah duluan malang melintang mengikuti beragam perlombaan MTQ. Bahkan Darwin sudah tiga kali menjadi juara MTQ tingkat Internasional. Bahkan Darwin juga tampil sebagai qori pada malam pembukaan MTQN XXVII/2018, di Astaka Jalan Pancing/Wiliem Iskandar Medan.
Dukungan Darwin pada abangnya terlihat saat mendampingi sebelum tampil hingga selesai. Dua qori bersaudara ini terlihat kompak dan mendukung satu sama lain. Setelah tampil selama 10 menit dengan membacakan ayat Alquran dengan salah satu qiraat sab’ah. Perjalanan Jakpar dan Darwin mendalami ilmu Alquran, bermula saat mereka duduk dibangku sekolah di kampung halamannya di Rantau Prapat.
Saat itu Jakpar termotivasi untuk belajar Alquran karena mendengar kakak mereka belajar melagukan ayat quran dan shalawat yang terdengar indah. Mulai belajar menjadi muadzin hingga melantunkan ayat quran dengan beragam qira’at.
Jakpar pun mulanya mengajak sang adik untuk ikut. Awalnya Darwin yang ikut-ikutan, malah lebih dulu berprestasi. Sempat minder karena prestasi sang adik, tapi tidak menyurutkan langkah Jakpar untuk maju ke ajang MTQN kali ini.
Pengalaman lain juga mereka alami saat menempuh bangku sekolah ke Medan. Hidup sebagai marbot masjid juga mereka lewati. “Saat itu masih dibangku sekolah, kita memilih sekolah ke Kota Medan. Karena terbatas ekonomi, menjadi marbot masjid adalah satu cara untuk bertahan. Selain belajar dan berkutat dengan kegiatan sekolah, kami juga mengajar mengaji anak-anak di sekitar lingkungan masjid,” jelas Jakpar.
Dua Qori bersaudara ini menuturkan bahwa dukungan dan rasa terima kasih pada guru-guru yang sempat mengajarkan mereka. Bagi keduanya yang paling berkesan adalah Imron Ritonga, guru mengaji mereka saat masa kecil di Rantau Prapat. Sang guru inilah yang berjasa mengajarkan mereka membaca Alquran.
“Kali ini saya grogi dan minder tampil karena membawa nama kita sebagai tuan rumah. Sebagai tuan rumah wajar ada grogi dan tegang. Tapi Alhamdulillah, lebih lega sudah menampilkan terbaik hari ini,” ungkap anak ke 6 dari 9 bersaudara itu.
Jakpar sendiri kesehariannya adalah guru mengaji disekitar rumahnya dikawasan Jalan Sei Mencirim. Sedangkan sang adik, selain mengajar ia juga kerap menghadiri beragam undangan untuk melantunkan ayat suci Alquran, baik didalam ataupun luar negeri.
Sebagai peserta membawa nama Sumut, Darwin berharap abangnya bisa maju ke babak final. Menurutnya ajang MTQN jadi salah satu bentuk apresiasi terhadap penuntut ilmu Alquran. Darwin sendiri melihat cepatnya perkembangan dan antusias masyarakat khususnya anak muda untuk mau memelajari Alquran. “Baik mulai dari bacaan, tahfis, dan tafsir membuka lebih besar syiar Islam ke khalayak ramai,” tutupnya. (*)