MEDAN- Persatuan antar-etnis di Sumut sudah terjalin dan terpelihara sejak masa kolonial. Dengan demikian perayaan Imlek diharapkan etnis Tionghoa dapat selalu menambah semangat mereka.
“Salah satu contoh kerukunan dan persatuan antar etnis pada etnis Tionghoa adalah adanya tra disi silaturahmi antarwarga saat tahun baru Imlek,” kata Cawagubsu Jumiran Abdi saat menghadiri open house keluarga Tokoh Pembauran Sumut, dr Sofyan Tan di kompleks Perumahan Taman Kasuari Medan, Minggu (10/2).
Cawagub usungan PDIP, PDS, dan PPRN ini menambahkan, sejak 14 tahun lalu etnis Tionghoa sudah dapat merayakan Imlek dengan tenang tanpa ada rasa takut. Hal Ini membuktikan di tengah-tengah keberagaman, masyarakat Sumut bisa bersatu dalam bingkai NKRI.
“Dari dulu saya sudah hidup berdampingan dengan etnis Tionghoa. Oleh sebab itu ada beberapa nilai yang terserap dari budaya satu sama lain. Saya saja yang bodoh saat itu tak mau belajar bahasa Tionghoa,” kata Jumiran tersenyum.
Terkait Barongsai dan Liong yang kerap ditampilkan di setiap perayaan Imlek, Jumiran yang fasih mengucapkan Gong Xi Fa Choi itu menuturkan, dirinya bersama cagub Effendi Simbolon selalu mendukung pelestarian kebudayaan etnis Tionghoa dan etnis lainnya yang bisa memperkaya khazanah budaya di Sumut.
Sementara itu, dr Sofyan Tan mengatakan, momen perayaan Imlek alam tradisi etnis Tionghoa dilakukan dengan saling mengunjungi, terutama yang berusia lebih muda akan pergi ke rumah saudaranya yang lebih tua. (adv)
MEDAN- Persatuan antar-etnis di Sumut sudah terjalin dan terpelihara sejak masa kolonial. Dengan demikian perayaan Imlek diharapkan etnis Tionghoa dapat selalu menambah semangat mereka.
“Salah satu contoh kerukunan dan persatuan antar etnis pada etnis Tionghoa adalah adanya tra disi silaturahmi antarwarga saat tahun baru Imlek,” kata Cawagubsu Jumiran Abdi saat menghadiri open house keluarga Tokoh Pembauran Sumut, dr Sofyan Tan di kompleks Perumahan Taman Kasuari Medan, Minggu (10/2).
Cawagub usungan PDIP, PDS, dan PPRN ini menambahkan, sejak 14 tahun lalu etnis Tionghoa sudah dapat merayakan Imlek dengan tenang tanpa ada rasa takut. Hal Ini membuktikan di tengah-tengah keberagaman, masyarakat Sumut bisa bersatu dalam bingkai NKRI.
“Dari dulu saya sudah hidup berdampingan dengan etnis Tionghoa. Oleh sebab itu ada beberapa nilai yang terserap dari budaya satu sama lain. Saya saja yang bodoh saat itu tak mau belajar bahasa Tionghoa,” kata Jumiran tersenyum.
Terkait Barongsai dan Liong yang kerap ditampilkan di setiap perayaan Imlek, Jumiran yang fasih mengucapkan Gong Xi Fa Choi itu menuturkan, dirinya bersama cagub Effendi Simbolon selalu mendukung pelestarian kebudayaan etnis Tionghoa dan etnis lainnya yang bisa memperkaya khazanah budaya di Sumut.
Sementara itu, dr Sofyan Tan mengatakan, momen perayaan Imlek alam tradisi etnis Tionghoa dilakukan dengan saling mengunjungi, terutama yang berusia lebih muda akan pergi ke rumah saudaranya yang lebih tua. (adv)