MEDAN- Panas yang melanda Kota Medan beberapa hari belakangan ini diperkirakan dipicu oleh tingginya efek rumah kaca yang semakin hari semakin meningkat. Pengamat lingkungan dari Stop Global Warming Kota Medan, Mega Tiovanni mengatakan, tingginya suhu di bumi lebih disebabkan oleh efek gas rumah kaca di atmosfir bumin
dimana gas-gas tersebut menangkap panas matahari dan memancarkanya ke seluruh permukaan bumi.
“Ini harus kita sadari, panasnya bumi ini karena gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembakaran hutan, pembuangan gas dari kendaraaan bermotor dan dari corong gas yang dikeluarkan blower pabrik ke udara serta dari uap gas peternakan,” katanya.
Dijelaskannya, selain asap kendaraan bermotor serta dari peternakan, suhu panas bumi juga disebabkan banyaknya masyarakat dunia saat ini yang menggunakan air condition (AC) yang mengubah suhu panas menjadi dingin juga akan menyebebkan terjadinya efek gas rumah kaca. Pasalnya, penggunaan AC diyakini akan menyerap energi dari bumi seperti halnya tenaga listrik.
Seperti diketahui hingga kemarin, suhu di Kota Medan hingga akhir 2011 mendatang diperkirakan mencapai level 34 derajat celcius. Kondisi ini dapat berpotensi terjadinya hujan disertai angin puting beliung dan ancaman petir. Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Sumatera Utara/NAD, Hendra Swarta mengatakan, cuaca panas juga terjadi di beberapa daerah seperti di wilayah pesisir timur yakni Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu, Madina dan Serdang Bedagai. Menurutnya sekitar tiga tahun yang lalu di bulan yang sama, suhu panas dapat mencapai 36 derajat celcius.
“Kalau saat ini, potensi yang bakalan terjadi di Sumut yakni kebakaran lahan dan hutan. Suhu panas tersebut, terjadi dari siang hari hingga malam. Namun, suhu tersebut naik turun dan puncak tertinggi 34 derajat celcius,” ujarnya. Selain itu, potensi hujan dan angin puting beliung juga harus diwaspadai. Sebab dapat menimbulkan banjir dan kerusakan rumah akibat terpaan angin. Diketahui bahwa intensitas hujan di Medan masih cukup tinggi yakni 160-200 mm per jam.(mag-8)