25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

RSUP HAM Layani Tindakan Ablasi Berbasis 3 Dimensi Khusus Pasien Jantung

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) terus melakukan pengembangan dan inovasi dalam pelayanan pasien, salah satunya di Instalasi Pusat Jantung Terpadu (PJT).

PEMERIKSAAN: Tim medis RSUP HAM saat melakukan pemeriksaan ablasi 3D kepada pasien jantung. idris/sumu tpos.

Rumah sakit terakreditasi Joint Commission International tersebut, kini membuka layanan tindakan ablasi berbasis teknologi tiga dimensi (3D) untuk para pasien penyakit jantung.

Kepala Instalasi PJT RSUP HAM dr Anggia Chairuddin Lubis SpJP (K) mengatakan, layanan tersebut terutama bagi pasien dengan kondisi aritmia atau gangguan irama jantung. “PJT RSUP HAM mulai melakukan tindakan ablasi 3D di pertengahan tahun 2021,” ujar Anggia, Jumat (9/7).

Disebutkan Anggia, PJT RSUP HAM pertama kali melakukan tindakan blasi 3D pada 11 Juni 2021 lalu. Saat itu, dokter yang menangani adalah dirinya bersama dr Dicky A Hanafy SpJP (K) dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta.

“Tindakan ablasi 3D ini dilakukan pada pasien penyakit jantung dengan kondisi aritmia. Keluhan yang sering dirasakan oleh pasien umumnya adalah denyut jantung yang terlalu lambat, denyut jantung terlalu cepat, irama jantung atau denyut nadi yang dirasakan tidak teratur, dan pingsan yang dirasakan tiba-tiba,” ungkapnya.

Menurut Anggia, secara prinsip tindakan ablasi 3D sendiri memiliki tujuan yang sama seperti tindakan ablasi 2D, yang juga sudah mulai dilayani di PJT RSUP HAM sejak bulan Desember 2020. Namun, oleh karena dilakukan dengan teknologi yang lebih canggih, tindakan ablasi 3D memiliki beberapa kelebihan. “Tindakan ablasi 3D mampu memberikan informasi kondisi jantung yang lebih detail, serta penggunaan radiasi yang lebih sedikit sehingga lebih aman bagi pasien maupun tenaga medis,” kata Anggia.

Dia melanjutkan, sebagai gambaran, apabila pada ablasi 2D, pasien mendapatkan informasi di jantung sebanyak ratusan hingga ribuan titik. Namun pada ablasi 3D, pasien mendapatkan informasi di jantung sebanyak minimal 30 ribu titik. “Ini tentunya akan memberikan gambaran yang jauh lebih detail dibandingkan ablasi 2D,” sebut Anggia.

Lebih jauh dia mengatakan, sebelumnya PJT RSUP HAM juga mulai melayani pemeriksaan elektrofisiologi sejak akhir tahun 2020. Tindakan ini merupakan pemeriksaan tingkat tertinggi pada pasien penyakit jantung kondisi aritmia, dengan tujuan untuk mendiagnosa atau menemukan jenis penyakit dan memberikan terapi. “Manfaatnya terhadap pasien sangat besar. Dengan adanya prosedur ini, kita dapat mendiagnosa secara presisi dan kemudian dapat juga memberikan terapi yang sesuai untuk berbagai macam kelainan,” katanya lagi.

Untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan elektrofisiologi, serta ablasi 2D dan ablasi 3D, pasien bisa datang langsung ke Poliklinik Aritmia di Gedung PJT RSUP HAM. Sejauh ini, tim medis mampu melakukan tindakan tersebut secara rutin hingga 3-4 kasus setiap minggu. “Tetapi karena keterbatasan SDM, kami tidak dapat melakukan prosedur dalam frekuensi yang lebih tinggi. Hingga saat ini, antrian untuk pasien seperti ini sudah mencapai lebih dari tiga bulan di RSUP HAM,” pungkasnya. (ris/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) terus melakukan pengembangan dan inovasi dalam pelayanan pasien, salah satunya di Instalasi Pusat Jantung Terpadu (PJT).

PEMERIKSAAN: Tim medis RSUP HAM saat melakukan pemeriksaan ablasi 3D kepada pasien jantung. idris/sumu tpos.

Rumah sakit terakreditasi Joint Commission International tersebut, kini membuka layanan tindakan ablasi berbasis teknologi tiga dimensi (3D) untuk para pasien penyakit jantung.

Kepala Instalasi PJT RSUP HAM dr Anggia Chairuddin Lubis SpJP (K) mengatakan, layanan tersebut terutama bagi pasien dengan kondisi aritmia atau gangguan irama jantung. “PJT RSUP HAM mulai melakukan tindakan ablasi 3D di pertengahan tahun 2021,” ujar Anggia, Jumat (9/7).

Disebutkan Anggia, PJT RSUP HAM pertama kali melakukan tindakan blasi 3D pada 11 Juni 2021 lalu. Saat itu, dokter yang menangani adalah dirinya bersama dr Dicky A Hanafy SpJP (K) dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta.

“Tindakan ablasi 3D ini dilakukan pada pasien penyakit jantung dengan kondisi aritmia. Keluhan yang sering dirasakan oleh pasien umumnya adalah denyut jantung yang terlalu lambat, denyut jantung terlalu cepat, irama jantung atau denyut nadi yang dirasakan tidak teratur, dan pingsan yang dirasakan tiba-tiba,” ungkapnya.

Menurut Anggia, secara prinsip tindakan ablasi 3D sendiri memiliki tujuan yang sama seperti tindakan ablasi 2D, yang juga sudah mulai dilayani di PJT RSUP HAM sejak bulan Desember 2020. Namun, oleh karena dilakukan dengan teknologi yang lebih canggih, tindakan ablasi 3D memiliki beberapa kelebihan. “Tindakan ablasi 3D mampu memberikan informasi kondisi jantung yang lebih detail, serta penggunaan radiasi yang lebih sedikit sehingga lebih aman bagi pasien maupun tenaga medis,” kata Anggia.

Dia melanjutkan, sebagai gambaran, apabila pada ablasi 2D, pasien mendapatkan informasi di jantung sebanyak ratusan hingga ribuan titik. Namun pada ablasi 3D, pasien mendapatkan informasi di jantung sebanyak minimal 30 ribu titik. “Ini tentunya akan memberikan gambaran yang jauh lebih detail dibandingkan ablasi 2D,” sebut Anggia.

Lebih jauh dia mengatakan, sebelumnya PJT RSUP HAM juga mulai melayani pemeriksaan elektrofisiologi sejak akhir tahun 2020. Tindakan ini merupakan pemeriksaan tingkat tertinggi pada pasien penyakit jantung kondisi aritmia, dengan tujuan untuk mendiagnosa atau menemukan jenis penyakit dan memberikan terapi. “Manfaatnya terhadap pasien sangat besar. Dengan adanya prosedur ini, kita dapat mendiagnosa secara presisi dan kemudian dapat juga memberikan terapi yang sesuai untuk berbagai macam kelainan,” katanya lagi.

Untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan elektrofisiologi, serta ablasi 2D dan ablasi 3D, pasien bisa datang langsung ke Poliklinik Aritmia di Gedung PJT RSUP HAM. Sejauh ini, tim medis mampu melakukan tindakan tersebut secara rutin hingga 3-4 kasus setiap minggu. “Tetapi karena keterbatasan SDM, kami tidak dapat melakukan prosedur dalam frekuensi yang lebih tinggi. Hingga saat ini, antrian untuk pasien seperti ini sudah mencapai lebih dari tiga bulan di RSUP HAM,” pungkasnya. (ris/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/