“Saya nggak tahu kapan proyek jalan serta drainase dikerjakan pemerintah provinsi. Karena baik dinas terkait maupun kontraktor belum ada koordinasi ke kita,” ungkapnya.
Untuk posko kesehatan untuk warganya terdampak banjir, lurah menyebutkan sebelumnya sempat dibuat di rumah Kepling 7 Jalan Asam. Namun, karena banjir kian dalam, lalu dipindahkan ke Puskesmas.
“Memang jalan menuju ke puskesmas terendam. Cuma masih bisa dilewati warga, karena dibuat pun di rumah kepling terendam juga,” cetus, Eddy.
Sementara, warga korban banjir tetap bertahan mendirikan posko dapur umum di jembatan Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor, Medan Labuhan. Mereka memilih tempat ini disebabkan banjir dan buruknya sanitasi di permukiman warga.
Untuk mencegah kendaraan tak melintas, sekitar sepuluh meter dari lokasi dapur umum warga memblokir ruas jalan. Penutupan jalan memasuki hari ke empat membuat mobil dan truk terpaksa harus memutar arah melalui Jalan Ileng maupun Jalan Young Panah Hijau, Marelan.
“Kami mau di mana lagi. Jalan kami rusak, rumah terendam dan berpenyakit. Yang diharapkan warga di sini cuma satu perbaikan infrastruktur,” tutur, Sahnan warga setempat.
Warga sebelumnya sempat senang saat berdiri plank proyek perbaikan infrastruktur dari Dinas Pengerjaan Umum (PU) Bina Marga dan Bina Kontruksi Sumut yang diletakkan di depan Polsek Medan Labuhan meminta dukungan dari masyarakat. Tapi, anehnya hingga kini proyek dimaksud belum dikerjakan. “Kami sangat mendukung, cuma kapan dikerjakan. Soal isu ada oknum minta fee proyek, tim Satgas Saber Pungli ada, tinggal ditindak saja,” ungkapnya.
Lambatnya pengerjaan proyek jalan serta drainase, justru akan semakin memperburuk kondisi warga di daerah ini. Apalagi, genangan air merendam puluhan rumah masyarakat sudah tercemar air tinja. “Apa tunggu ada jatuh korban, baru dikerjakan. Tolong jangan dibiarkan nasib warga di sini,” pungkas Sahnan.(rul/azw)