25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Cegah Bayi Lahir Prematur, Jaga Pola Makan dan Kesehatan Tubuh Ibu Hamil

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kelahiran bayi tidak cukup bulan atau prematur merupakan hal yang kerap terjadi. Namun, setiap calon ibu tentu tidak mengharapkan dan menginginkan kondisi ini, apalagi penyebab bayi prematur umumnya sulit terdeteksi sejak dini. Meski demikian, masih bisa melakukan berbagai upaya untuk mencegah kondisi tersebut di kemudian hari.

BAYI PREMATUR: Seorang bayi prematur dalam perawatan intensif.

Menurut Dr dr Bugis Mardina Lubis SpA(K) dari Fakultas Kedokteran USU, pencegahan dapat dilakukan tentunya dengan menjaga pola makan dan kesehatan ibu hamil yang akan melakukan persalinan bayi prematur. “Menjaga pola makan sehat dan teratur sangat penting bagi ibu hamil. Jangan sampai tidak dijaga pola makan sehat dan teratur, sehingga menyebabkan kadar gula meningkat atau tensi naik. Di samping itu, kurangi tingkat stress karena bisa menyebabkan gangguan pada hormon, metabolik, yang dapat membuat persalinan lebih awal,” ungkap Mardina saat ngobrol sehat bersama Prof Dr dr Delfitri Munir secara virtual baru-baru ini.

Mardina menuturkan, jika ibu hamil sudah ada mengalami masalah persalinan, misalnya letak plasenta yang tidak normal atau ada risiko pendarahan. Karena itu, dianjurkan untuk segera bed rest (istirahat beberapa waktu dan meminimalisir aktivitas) atau konsultasi ke dokter spesialis. “Masalah bayi prematur hingga kini menjadi perhatian khusus di Indonesia, karena masih menyebabkan faktor kematian dan kesakitan yang masih tinggi. Terutama, bayi prematur yang sangat kecil usia kehamilannya,” tuturnya.

Dijelaskan Mardina, bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan atau lahir kurang dari 37 minggu usia kehamilan ibu. Selain itu, ada juga bayi prematur yang lahir di bawah 35 minggu usia kehamilan ibunya. Bahkan, sangat prematur apabila lahir di bawah 28 minggu usia kehamilan ibunya. “Masing-masing tingkat usia kehamilan ibu memiliki faktor risiko terhadap bayi yang berbeda-beda. Misalkan, kalau bayi prematur yang lahir dengan usia kandungan 35-36 minggu, mungkin faktor risikonya lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang lahir di bawah itu,” terang dia.

Bayi prematur lahir, Mardina melanjutkan, faktornya bisa disebabkan karena penyakit-penyakit pada ibunya seperti hipertensi, diabetes melitus. Faktor lain karena letak plasenta yang tidak normal, misalnya terlalu bawah sehingga menyebabkan risiko pendarahan. Kemudian, faktor anatomi kandungan karena tidak normal dan sebagainya. “Semakin muda usia kehamilan saat bayi lahir prematur, maka semakin besar risikonya. Sebab organ dan fungsi tubuh bayi belum bekerja sempurna, karena masih dalam tahap perkembangan. Artinya, semakin awal bayi lahir pada usia kehamilan muda,.tentu pada beberapa organ tubuh yang semestinya dapat bekerja dengan baik dan sempurna, maka tidak demikian,” paparnya.

Sebagai contoh, perkembangan otak bayi yang dimulai dari tiga bulan pertama usia kehamilan. Kalau lahirnya lebih cepat, maka perkembangan otak masih belum sempurna atau bisa terjadi gangguan. Misalnya, ketika nanti di sekolah, kemungkinan akan lemah dalam menangkap pelajaran.

Kemudian, pertumbuhan berat badan terganggu karena lahir dengan kondisi berat badan yang kecil. Dengan kata lain, bayi prematur bisa mengalami gangguan pertumbuhan tubuhnya dibanding dengan bayi yang lahir dengan kondisi cukup bulan usia kehamilan ibu. Si bayi bisa lebih kecil, pendek atau bahkan stunting.

“Dampak lain dari bayi lahir prematur, bisa juga menyebabkan kecacatan. Misalnya, buta, tuli dan lainnya. Jadi, kesakitan atau dampak dari bayi yang lahir secara prematur masih menjadi persoalan. Akan tetapi, dengan kondisi perkembangan teknologi sekarang ini, angka keberhasilan hidup bayi prematur semakin baik. Namun demikian, ada hal yang menjadi tantangan yaitu bagaimana bayi prematur tersebut tumbuh kembangnya optimal seperti anak yang lahir dengan usia kehamilan cukup bulan,” pungkasnya.

Sementara, Prof Delfitri Munir menambahkan, beberapa anjuran pencegahan bayi lahir prematur tersebut bisa menjadi perhatian bagi para ibu hamil. Tak hanya itu, perlu juga diperhatikan agar tidak merokok, konsumsi minuman keras dan narkoba karena bisa menyebabkan kelahiran bayi prematur. “Kalau sudah akan terjadi bayi lahir prematur, maka sebaiknya dirujuk ke rumah sakit yang memiliki peralatan lengkap. Harapannya, dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan dan kematian,” ujarnya. (ris/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kelahiran bayi tidak cukup bulan atau prematur merupakan hal yang kerap terjadi. Namun, setiap calon ibu tentu tidak mengharapkan dan menginginkan kondisi ini, apalagi penyebab bayi prematur umumnya sulit terdeteksi sejak dini. Meski demikian, masih bisa melakukan berbagai upaya untuk mencegah kondisi tersebut di kemudian hari.

BAYI PREMATUR: Seorang bayi prematur dalam perawatan intensif.

Menurut Dr dr Bugis Mardina Lubis SpA(K) dari Fakultas Kedokteran USU, pencegahan dapat dilakukan tentunya dengan menjaga pola makan dan kesehatan ibu hamil yang akan melakukan persalinan bayi prematur. “Menjaga pola makan sehat dan teratur sangat penting bagi ibu hamil. Jangan sampai tidak dijaga pola makan sehat dan teratur, sehingga menyebabkan kadar gula meningkat atau tensi naik. Di samping itu, kurangi tingkat stress karena bisa menyebabkan gangguan pada hormon, metabolik, yang dapat membuat persalinan lebih awal,” ungkap Mardina saat ngobrol sehat bersama Prof Dr dr Delfitri Munir secara virtual baru-baru ini.

Mardina menuturkan, jika ibu hamil sudah ada mengalami masalah persalinan, misalnya letak plasenta yang tidak normal atau ada risiko pendarahan. Karena itu, dianjurkan untuk segera bed rest (istirahat beberapa waktu dan meminimalisir aktivitas) atau konsultasi ke dokter spesialis. “Masalah bayi prematur hingga kini menjadi perhatian khusus di Indonesia, karena masih menyebabkan faktor kematian dan kesakitan yang masih tinggi. Terutama, bayi prematur yang sangat kecil usia kehamilannya,” tuturnya.

Dijelaskan Mardina, bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan atau lahir kurang dari 37 minggu usia kehamilan ibu. Selain itu, ada juga bayi prematur yang lahir di bawah 35 minggu usia kehamilan ibunya. Bahkan, sangat prematur apabila lahir di bawah 28 minggu usia kehamilan ibunya. “Masing-masing tingkat usia kehamilan ibu memiliki faktor risiko terhadap bayi yang berbeda-beda. Misalkan, kalau bayi prematur yang lahir dengan usia kandungan 35-36 minggu, mungkin faktor risikonya lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang lahir di bawah itu,” terang dia.

Bayi prematur lahir, Mardina melanjutkan, faktornya bisa disebabkan karena penyakit-penyakit pada ibunya seperti hipertensi, diabetes melitus. Faktor lain karena letak plasenta yang tidak normal, misalnya terlalu bawah sehingga menyebabkan risiko pendarahan. Kemudian, faktor anatomi kandungan karena tidak normal dan sebagainya. “Semakin muda usia kehamilan saat bayi lahir prematur, maka semakin besar risikonya. Sebab organ dan fungsi tubuh bayi belum bekerja sempurna, karena masih dalam tahap perkembangan. Artinya, semakin awal bayi lahir pada usia kehamilan muda,.tentu pada beberapa organ tubuh yang semestinya dapat bekerja dengan baik dan sempurna, maka tidak demikian,” paparnya.

Sebagai contoh, perkembangan otak bayi yang dimulai dari tiga bulan pertama usia kehamilan. Kalau lahirnya lebih cepat, maka perkembangan otak masih belum sempurna atau bisa terjadi gangguan. Misalnya, ketika nanti di sekolah, kemungkinan akan lemah dalam menangkap pelajaran.

Kemudian, pertumbuhan berat badan terganggu karena lahir dengan kondisi berat badan yang kecil. Dengan kata lain, bayi prematur bisa mengalami gangguan pertumbuhan tubuhnya dibanding dengan bayi yang lahir dengan kondisi cukup bulan usia kehamilan ibu. Si bayi bisa lebih kecil, pendek atau bahkan stunting.

“Dampak lain dari bayi lahir prematur, bisa juga menyebabkan kecacatan. Misalnya, buta, tuli dan lainnya. Jadi, kesakitan atau dampak dari bayi yang lahir secara prematur masih menjadi persoalan. Akan tetapi, dengan kondisi perkembangan teknologi sekarang ini, angka keberhasilan hidup bayi prematur semakin baik. Namun demikian, ada hal yang menjadi tantangan yaitu bagaimana bayi prematur tersebut tumbuh kembangnya optimal seperti anak yang lahir dengan usia kehamilan cukup bulan,” pungkasnya.

Sementara, Prof Delfitri Munir menambahkan, beberapa anjuran pencegahan bayi lahir prematur tersebut bisa menjadi perhatian bagi para ibu hamil. Tak hanya itu, perlu juga diperhatikan agar tidak merokok, konsumsi minuman keras dan narkoba karena bisa menyebabkan kelahiran bayi prematur. “Kalau sudah akan terjadi bayi lahir prematur, maka sebaiknya dirujuk ke rumah sakit yang memiliki peralatan lengkap. Harapannya, dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan dan kematian,” ujarnya. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/