34.5 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Zona Merah Sinabung Dikosongkan

Foto: Anita/PM Awan Panas Sinabung menewaskan 7 warga desa, Minggu (22/5/2016). BNPB mengintruksikan Bupati Karo agar mengosongkan zona merah Sinabung, yakni kawasan yang berjarak 0-5 km dari gunung aktif itu.
Foto: Anita/PM
Awan Panas Sinabung menewaskan 7 warga desa, Minggu (22/5/2016). BNPB mengintruksikan Bupati Karo agar mengosongkan zona merah Sinabung, yakni kawasan yang berjarak 0-5 km dari gunung aktif itu.

KARO, SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei telah menginstruksikan Bupati Karo agar segera mengambil langkah-langkah yang cepat guna mengosongkan zona merah kawasan Gunung Sinabung. Instruksi dikeluarkan setelah diketahui, sembilan korban awan panas, di mana 7 orang meninggal dunia dan 2 orang kritis dengan luka bakar, semua merupakan warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

“Mereka berada di zona merah saat kejadian Gunung Sinabung meletus disertai luncuran awan panas pada Sabtu (21/5) pukul 16.48 Wib,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (22/5/2016).

Desa Gamber berada pada radius 4 km di sisi tenggara dari puncak kawah Gunung Sinabung yang dinyatakan sebagai daerah berbahaya atau zona merah.

Berdasarkan rekomendasi PVMBG, Desa Gamber tidak boleh ada aktivitas masyarakat, karena berbahaya dari ancaman awan panas, lava pijar, bom, lapilli, abu pekat, dan material lain dari erupsi.

“Sejak 31 Oktober 2014, Desa Gamber direkomendasikan sebagai daerah berbahaya dan masyarakatnya harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas, termasuk untuk mengolah lahan pertanian di Desa Gamber, apalagi saat status awas,” kata Sutopo.

Sebanyak 1.683 KK (4.967 jiwa) masyarakat di empat desa harus direlokasi tahap kedua yaitu Desa Gamber, Kuta Tonggal, Gurukinayan, dan Berastepu.

Sambil menunggu proses relokasi, maka masyarakat ditempatkan di hunian sementara, dimana BNPB memberikan bantuan sewa rumah sebesar Rp3,6 juta/KK/tahun dan sewa lahan pertanian sebesar Rp2 juta/KK/tahun.

“Saat ini proses relokasi masih dilakukan. Adanya keterbatasan lahan menyebabkan relokasi tidak dapat dilakukan secara cepat,” jelasnya.

Kepala BNPB juga meminta agar Bupati Karo meningkatkan patroli, penjagaan dan sosialisasi mengenai area bahaya Sinabung. “Aparat agar lebih tegas melarang masyarakat menerobos zona merah. Sebab ancaman Gunung Sinabung bukan hanya letusan disertai awan panas, tetapi juga banjir lahar dingin,” ujar Sutopo.

Dijelaskan, Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, PMI, relawan dan masyarakat terus melakukan pencarian korban dengan menyisir rumah dan kebun masyarakat. “Tidak diketahui secara pasti berapa banyak masyarakat yang berada di Desa Gamber saat kejadian luncuran awan panas,” imbuhnya.

Mestinya, lanjut Sutopo, tidak ada aktivitas masyarakat di zona merah. Namun sebagian masyarakat tetap nekat berkebun dan tinggal sementara waktu sambil mengolah kebun dan ladangnya.

“Alasan ekonomi adalah faktor utama yang menyebabkan masyarakat Desa Gamber tetap nekat melanggar larangan masuk ke desanya,” kata pria bergelar doktor itu.

Pencarian dilakukan dengan tetap memperhatikan ancaman dari erupsi Gunung Sinabung. Letusan disertai awan panas masih sering terjadi sehingga membahayakan bagi petugas SAR.

“Aktivitas vulkanik masih tetap tinggi. Potensi letusan susulan disertai luncuran awan panas juga masih berpeluang terjadi di sisi timur, tenggara dan selatan,” ujar Sutopi.

Adanya suplai magma dari perut Gunung Sinabung maka guguran lava yang menghasilkan awan panas umumnya terjadi setelah pertumbuhan kubah lava.

Foto: Anita/PM Awan Panas Sinabung menewaskan 7 warga desa, Minggu (22/5/2016). BNPB mengintruksikan Bupati Karo agar mengosongkan zona merah Sinabung, yakni kawasan yang berjarak 0-5 km dari gunung aktif itu.
Foto: Anita/PM
Awan Panas Sinabung menewaskan 7 warga desa, Minggu (22/5/2016). BNPB mengintruksikan Bupati Karo agar mengosongkan zona merah Sinabung, yakni kawasan yang berjarak 0-5 km dari gunung aktif itu.

KARO, SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei telah menginstruksikan Bupati Karo agar segera mengambil langkah-langkah yang cepat guna mengosongkan zona merah kawasan Gunung Sinabung. Instruksi dikeluarkan setelah diketahui, sembilan korban awan panas, di mana 7 orang meninggal dunia dan 2 orang kritis dengan luka bakar, semua merupakan warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

“Mereka berada di zona merah saat kejadian Gunung Sinabung meletus disertai luncuran awan panas pada Sabtu (21/5) pukul 16.48 Wib,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (22/5/2016).

Desa Gamber berada pada radius 4 km di sisi tenggara dari puncak kawah Gunung Sinabung yang dinyatakan sebagai daerah berbahaya atau zona merah.

Berdasarkan rekomendasi PVMBG, Desa Gamber tidak boleh ada aktivitas masyarakat, karena berbahaya dari ancaman awan panas, lava pijar, bom, lapilli, abu pekat, dan material lain dari erupsi.

“Sejak 31 Oktober 2014, Desa Gamber direkomendasikan sebagai daerah berbahaya dan masyarakatnya harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas, termasuk untuk mengolah lahan pertanian di Desa Gamber, apalagi saat status awas,” kata Sutopo.

Sebanyak 1.683 KK (4.967 jiwa) masyarakat di empat desa harus direlokasi tahap kedua yaitu Desa Gamber, Kuta Tonggal, Gurukinayan, dan Berastepu.

Sambil menunggu proses relokasi, maka masyarakat ditempatkan di hunian sementara, dimana BNPB memberikan bantuan sewa rumah sebesar Rp3,6 juta/KK/tahun dan sewa lahan pertanian sebesar Rp2 juta/KK/tahun.

“Saat ini proses relokasi masih dilakukan. Adanya keterbatasan lahan menyebabkan relokasi tidak dapat dilakukan secara cepat,” jelasnya.

Kepala BNPB juga meminta agar Bupati Karo meningkatkan patroli, penjagaan dan sosialisasi mengenai area bahaya Sinabung. “Aparat agar lebih tegas melarang masyarakat menerobos zona merah. Sebab ancaman Gunung Sinabung bukan hanya letusan disertai awan panas, tetapi juga banjir lahar dingin,” ujar Sutopo.

Dijelaskan, Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, PMI, relawan dan masyarakat terus melakukan pencarian korban dengan menyisir rumah dan kebun masyarakat. “Tidak diketahui secara pasti berapa banyak masyarakat yang berada di Desa Gamber saat kejadian luncuran awan panas,” imbuhnya.

Mestinya, lanjut Sutopo, tidak ada aktivitas masyarakat di zona merah. Namun sebagian masyarakat tetap nekat berkebun dan tinggal sementara waktu sambil mengolah kebun dan ladangnya.

“Alasan ekonomi adalah faktor utama yang menyebabkan masyarakat Desa Gamber tetap nekat melanggar larangan masuk ke desanya,” kata pria bergelar doktor itu.

Pencarian dilakukan dengan tetap memperhatikan ancaman dari erupsi Gunung Sinabung. Letusan disertai awan panas masih sering terjadi sehingga membahayakan bagi petugas SAR.

“Aktivitas vulkanik masih tetap tinggi. Potensi letusan susulan disertai luncuran awan panas juga masih berpeluang terjadi di sisi timur, tenggara dan selatan,” ujar Sutopi.

Adanya suplai magma dari perut Gunung Sinabung maka guguran lava yang menghasilkan awan panas umumnya terjadi setelah pertumbuhan kubah lava.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/