30.5 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Pandai Melukis sampai Sahabat Polisi

Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos Erwin Sibarani (dua kanan) bersama murid-murid Rumah Gadara setelah berdoa.
Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos
Erwin Sibarani (dua kanan) bersama murid-murid Rumah Gadara setelah berdoa.

SELAIN intens berinteraksi dan berjalan-jalan, Erwin Sibarani berusaha agar beberapa murid mendapatkan aktivitas. Beberapa diperbantukan untuk membersihkan lingkungan dan balai RW.


Ada yang dikirim khusus ke kantor Polsek Tenggilis Mejoyo untuk diperbantukan. Kanit Intelkam Polsek Tenggilis Mejoyo Suwito bercerita, dulu Erwin mengantarkan Wahyu, salah seorang murid Rumah Gadara, untuk dipekerjakan di kantor polsek.

Tujuannya bukan uang. Tetapi agar Wahyu mendapatkan pelajaran, bisa berinteraksi dengan dunia luar, dan mendapatkan kemampuannya kembali sebagai manusia. ’’Tujuannya agar Pak Wahyu bisa mendapat pelajaran hidup,’’ kata Suwito.

Wahyu akhirnya resmi jadi mitra kepolisian. Setiap pagi atau sore, lanjut Suwito, Wahyu tidak pernah absen datang dengan diantar para mentor. Wahyu menyapu halaman polsek dari ujung pom bensin Raya Rungkut Industri sampai ujung barat halaman polsek. ’’Dia rajin, tidak pernah membuat masalah,’’ tutur Suwito.

Selain Wahyu, ada beberapa murid Rumah Gadara yang luar biasa. Ada Heri yang jago melukis dengan cat air. Dia dulunya adalah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Lukisan bikinannya bertumpuk. ’’Berkali-kali masuk majalah Bobo juga,’’ kata Erwin. Tujuan utama Erwin sebenarnya mengantarkan para murid untuk kembali ke keluarganya.

Karena itu, ketika seorang murid mengingat kembali rumahnya, Erwin sedapat mungkin segera bergerak mengantarkan. Misalnya, Wahyu. Setiap kali ditanya rumahnya, Wahyu selalu memberikan jawaban yang sama. ’’Sidoarjo, Bangunrejo, dekat alun-alun,’’ katanya.

Begitu mendapat jawaban tersebut untuk kali pertama pada 2014, Erwin segera bergerak menuju lokasi sesuai petunjuk kabur Wahyu. Namun, setelah seharian berputar-putar di Sidoarjo, rumah Wahyu belum juga ditemukan. Saat semua sudah lelah, Erwin kembali bertanya pada Wahyu soal alamat rumahnya.

Jawaban Wahyu berubah menjadi Kutisari, letak Rumah Gadara. ’’Akhirnya, kami bawa pulang lagi,’’ ungkap Erwin.

Metode penyembuhan penderita gangguan jiwa beragam. Proses yang dibutuhkan dalam penyembuhan juga berbeda-beda setiap pasien. Hal tersebut bergantung pada kondisi pasien dan tingkat gangguan jiwa yang dialaminya. Menurut dr Ketut Tirka Nandaka SpKJ MMKes, yang dilakukan Erwin Sibarani patut mendapatkan apresiasi.

Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos Erwin Sibarani (dua kanan) bersama murid-murid Rumah Gadara setelah berdoa.
Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos
Erwin Sibarani (dua kanan) bersama murid-murid Rumah Gadara setelah berdoa.

SELAIN intens berinteraksi dan berjalan-jalan, Erwin Sibarani berusaha agar beberapa murid mendapatkan aktivitas. Beberapa diperbantukan untuk membersihkan lingkungan dan balai RW.


Ada yang dikirim khusus ke kantor Polsek Tenggilis Mejoyo untuk diperbantukan. Kanit Intelkam Polsek Tenggilis Mejoyo Suwito bercerita, dulu Erwin mengantarkan Wahyu, salah seorang murid Rumah Gadara, untuk dipekerjakan di kantor polsek.

Tujuannya bukan uang. Tetapi agar Wahyu mendapatkan pelajaran, bisa berinteraksi dengan dunia luar, dan mendapatkan kemampuannya kembali sebagai manusia. ’’Tujuannya agar Pak Wahyu bisa mendapat pelajaran hidup,’’ kata Suwito.

Wahyu akhirnya resmi jadi mitra kepolisian. Setiap pagi atau sore, lanjut Suwito, Wahyu tidak pernah absen datang dengan diantar para mentor. Wahyu menyapu halaman polsek dari ujung pom bensin Raya Rungkut Industri sampai ujung barat halaman polsek. ’’Dia rajin, tidak pernah membuat masalah,’’ tutur Suwito.

Selain Wahyu, ada beberapa murid Rumah Gadara yang luar biasa. Ada Heri yang jago melukis dengan cat air. Dia dulunya adalah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Lukisan bikinannya bertumpuk. ’’Berkali-kali masuk majalah Bobo juga,’’ kata Erwin. Tujuan utama Erwin sebenarnya mengantarkan para murid untuk kembali ke keluarganya.

Karena itu, ketika seorang murid mengingat kembali rumahnya, Erwin sedapat mungkin segera bergerak mengantarkan. Misalnya, Wahyu. Setiap kali ditanya rumahnya, Wahyu selalu memberikan jawaban yang sama. ’’Sidoarjo, Bangunrejo, dekat alun-alun,’’ katanya.

Begitu mendapat jawaban tersebut untuk kali pertama pada 2014, Erwin segera bergerak menuju lokasi sesuai petunjuk kabur Wahyu. Namun, setelah seharian berputar-putar di Sidoarjo, rumah Wahyu belum juga ditemukan. Saat semua sudah lelah, Erwin kembali bertanya pada Wahyu soal alamat rumahnya.

Jawaban Wahyu berubah menjadi Kutisari, letak Rumah Gadara. ’’Akhirnya, kami bawa pulang lagi,’’ ungkap Erwin.

Metode penyembuhan penderita gangguan jiwa beragam. Proses yang dibutuhkan dalam penyembuhan juga berbeda-beda setiap pasien. Hal tersebut bergantung pada kondisi pasien dan tingkat gangguan jiwa yang dialaminya. Menurut dr Ketut Tirka Nandaka SpKJ MMKes, yang dilakukan Erwin Sibarani patut mendapatkan apresiasi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/