25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Sebaiknya Mereka Meniru Cara Jokowi dan Gaya Akbar Tandjung

Jika ingin memenangi hati rakyat, calon kandidat gubernur Sumatera Utara perlu meniru langkah-langkah Public Relation (PR’ing) Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, atau gaya berkomunikasi mantan Ketua DPR Akbar Tandjung dengan media massa.

ANALISIS itu dikemukakan pengamat dan peneliti politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya.  “Dia (Jokowi) me rupakan orang yang bisa mengemas dirinya, sehingga menarik untuk ditulis di media, tanpa harus keluar uang,” ujarnya di Jakarta, Senin (10/12).

Hal tersebut bisa dilihat dari tindakan yang dilakukan Jokowi selama ini. Dimana pria asal Solo ini benar-benar paham melakukan komunikasi politik, yang disesuaikan terlebih dahulu dengan emosional masyarakat. Padahal sebenarnya kalau dilihat dari kacamata Public Relation , apa yang dilakukan Jokowi menurut Yunarto, tidak jauh beda seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, yang membiarkan kepalanya dipegang oleh seorang anak kecil.

“Jadi ia benar-benar paham psikologi massa. Coba googling di internet, maka yang keluar itu foto-foto maupun berita beliau yang tengah makan di warteg, turun ke kali, naik kopaja dan banyak hal-hal lain yang benar-benar menunjukkan ia terjun langsung ke tengah masyarakat.”

Masyarakat menurutnya, lebih tertarik dengan hal-hal seperti ini, daripada mengetahui berapa sebenarnya angka kemiskinan di Solo atau seperti apa indikator yang dijalankan beliau dalam mengelola APBD yang ada.

Hal ini menurut Yunarto dalam Forum Koordinasi Kehumasan yang digelar Kemendagri, tidak lain merupakan efek demokrasi yang tidak terduga. Dimana ketika masyarakat mulai apatis dengan dunia politik, maka yang paling bermain tentunya emosional. Dan Jokowi merupakan figur yang paham benar psikologi massa.

Efeknya adalah Jokowi tidak hanya dikenal di Jakarta dan Solo semata. Dari survei yang dilakukan Charta Politica di 17 daerah yang akan melangsungkan Pemilihan Kepala Daerah, banyak yang menginginkan figur calon pemimpin seperti Jokowi yang memimpin daerah mereka.

“Padahal dalam survei itu kami tak beri pilihan siapa yang mereka inginkan menjadi kepala daerah. Namun meski tidak besar, nama Jokowi selalu muncul. Karena mereka tiap hari melihat di berita nasional. Mereka rindu figur pelayan masyarakat, yang tampil dan bisa menyatu dengan keseharian mereka,” katanya.

Selain Jokowi, hal-hal unik yang dilakukan sesepuh Golkar, Akbar Tandjung, menurut Yunarto juga cukup menarik dari sisi PR’ing. “Yang saya tahu, ada sebuah kebiasaan unik yang ia lakukan, yaitu senantiasa menyediakan buku kecil dan pulpen di kantong depan bajunya,” katanya. Di buku tersebut, Akbar Tandjung mencatat nama-nama siapa saja masyarakat yang bersentuhan dengan dirinya.

“Sebagai contoh beliau pernah datang ke Ambon dan dijemput oleh seorang sopir. Nah ia selalu menyempatkan diri ngobrol-ngobrol dengan sopir tersebut, dan mencatat namanya di buku saku,’’ dia menambahkan.

‘’Beberapa bulan kemudian ketika ia datang kembali ke Ambon, ternyata sopir yang sama yang menjemputnya. Ia lalu membuka catatan kecilnya dan langsung menyebut nama orang tersebut, serta menanyakan terkait keluarga dan kabar anak-anaknya. Ini kan luar biasa, sang sopir tentu saja merasa disentuh langsung dan begitu dihargai,” pungkasnya. (gir)

Jika ingin memenangi hati rakyat, calon kandidat gubernur Sumatera Utara perlu meniru langkah-langkah Public Relation (PR’ing) Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, atau gaya berkomunikasi mantan Ketua DPR Akbar Tandjung dengan media massa.

ANALISIS itu dikemukakan pengamat dan peneliti politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya.  “Dia (Jokowi) me rupakan orang yang bisa mengemas dirinya, sehingga menarik untuk ditulis di media, tanpa harus keluar uang,” ujarnya di Jakarta, Senin (10/12).

Hal tersebut bisa dilihat dari tindakan yang dilakukan Jokowi selama ini. Dimana pria asal Solo ini benar-benar paham melakukan komunikasi politik, yang disesuaikan terlebih dahulu dengan emosional masyarakat. Padahal sebenarnya kalau dilihat dari kacamata Public Relation , apa yang dilakukan Jokowi menurut Yunarto, tidak jauh beda seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, yang membiarkan kepalanya dipegang oleh seorang anak kecil.

“Jadi ia benar-benar paham psikologi massa. Coba googling di internet, maka yang keluar itu foto-foto maupun berita beliau yang tengah makan di warteg, turun ke kali, naik kopaja dan banyak hal-hal lain yang benar-benar menunjukkan ia terjun langsung ke tengah masyarakat.”

Masyarakat menurutnya, lebih tertarik dengan hal-hal seperti ini, daripada mengetahui berapa sebenarnya angka kemiskinan di Solo atau seperti apa indikator yang dijalankan beliau dalam mengelola APBD yang ada.

Hal ini menurut Yunarto dalam Forum Koordinasi Kehumasan yang digelar Kemendagri, tidak lain merupakan efek demokrasi yang tidak terduga. Dimana ketika masyarakat mulai apatis dengan dunia politik, maka yang paling bermain tentunya emosional. Dan Jokowi merupakan figur yang paham benar psikologi massa.

Efeknya adalah Jokowi tidak hanya dikenal di Jakarta dan Solo semata. Dari survei yang dilakukan Charta Politica di 17 daerah yang akan melangsungkan Pemilihan Kepala Daerah, banyak yang menginginkan figur calon pemimpin seperti Jokowi yang memimpin daerah mereka.

“Padahal dalam survei itu kami tak beri pilihan siapa yang mereka inginkan menjadi kepala daerah. Namun meski tidak besar, nama Jokowi selalu muncul. Karena mereka tiap hari melihat di berita nasional. Mereka rindu figur pelayan masyarakat, yang tampil dan bisa menyatu dengan keseharian mereka,” katanya.

Selain Jokowi, hal-hal unik yang dilakukan sesepuh Golkar, Akbar Tandjung, menurut Yunarto juga cukup menarik dari sisi PR’ing. “Yang saya tahu, ada sebuah kebiasaan unik yang ia lakukan, yaitu senantiasa menyediakan buku kecil dan pulpen di kantong depan bajunya,” katanya. Di buku tersebut, Akbar Tandjung mencatat nama-nama siapa saja masyarakat yang bersentuhan dengan dirinya.

“Sebagai contoh beliau pernah datang ke Ambon dan dijemput oleh seorang sopir. Nah ia selalu menyempatkan diri ngobrol-ngobrol dengan sopir tersebut, dan mencatat namanya di buku saku,’’ dia menambahkan.

‘’Beberapa bulan kemudian ketika ia datang kembali ke Ambon, ternyata sopir yang sama yang menjemputnya. Ia lalu membuka catatan kecilnya dan langsung menyebut nama orang tersebut, serta menanyakan terkait keluarga dan kabar anak-anaknya. Ini kan luar biasa, sang sopir tentu saja merasa disentuh langsung dan begitu dihargai,” pungkasnya. (gir)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/