25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Meski Cacat, tak Mau Minta-minta

Syahiran Syukri Hidayat, Penjual Parfum dan Sabun Cuci Muka

Syahiran Syukri Hidayat (34), warga Jalan Utama Pekan, Batang Kuis terlahir dengan kondisi cacat. Tapi, pria yang masih melajang itu tetap menjalani hidup dengan tulus dan tak pernah menyerah.

 Jhonson P Siahaan, Medan

Saat ditemui wartawan Sumut Pos, anak bontot dari delapan bersaudara ini terlihat sedang menjajakan parfum botol kecil dan sabun pencuci wajah  pada pengunjung warung kopi (warkop).

Dengan menggunakan sepatu bot warna hitam, celana hitam dan baju biru garis-garis Syahiran berjalan menemui para pengunjung warkop satu per satu.
Syahiran mengaku mulai menjajakan parfum botol kecil dan sabun pencuci wajah sejak bulan September 2011 lalu. Dia menuturkan, penghasilannya dari berjualan parfum tak menentu. Sebelum berjualan parfum dia bekerja sebagai tukang urut.

Sambil menghisap sebatang rokok, Syahiran mengaku, ayahnya sudah dua tahun lalu meninggal dunia dan kini dian
tinggal bersama dengan ibunya, dua orang kakaknya, satu abang iparnya dan lima keponakannya.

Diterangkannya, meskipun tinggal bersama dengan orangtuanya dia tidak pernah meminta-meinta. Syahiran menuturkan, dirinya tidak menginginkan seperti sekarang ini tapi sudah ditakdirkan oleh Allah SWT harus diterima dengan ikhlas.

“Waktu ibu saya mengandung, ibu saya bermimpi dua ekor naga saling bertarung dan salah satu naga kalah dan ekornya putus. Ibu saya bermimpi tiga hari sebelum kelahiran saya dan saya lahir dengan keadaan seperti ini ,” ucapnya.

Syahiran menjelaskan, sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar dirinya sering diolok-olok teman-temannya sekelasnya.
“Sewaktu kelas 5 SD, saya diejek teman dan saya juga ditelanjangi oleh mereka secara beramai-ramai. Tidak hanya itu, saya juga diejek mereka dengan kata-kata yang menyinggung hati dan perasaan saya,” bebernya.

Syahiran mengaku, uang hasil jualan  parfum dan sabun cuci disimpankan kepada ibunya.

“Uang hasil jualan yang saya simpan sama ibu sudah Rp1.665.000. Barang yang saya jajakan ini milik kakak saya,” jelasnya.
Syahiran menerangkan, dia dulunya sudah punya pacar, namun, orang tua sang pacarnya menolak dirinya.

“Pas saya ke rumah pacar saya, orangtuanya langsung menolak saya karena keadaan saya. Padahal, saya tidak menginginkan hal ini tapi sudah nasib begini dan saya akan tetap menjalaninya dengan sepenuh hati dan tidak berpangku tangan serta tidak meminta kepada siapa pun,” ujarnya.
Saat ditanyai apakah dia berniat untuk menikah, Syahiran mengaku mempunyai niat tapi tidak tahu kapan. Namun, untuk saat ini niatnya yang utama adalah membuat hati ibunya senang dan merencanakan berusaha sendiri setelah mempunyai uang yang cukup.

“Niat saya, mengumpulkan uang dan membeli sepeda motor roda tiga dan membuka usaha menjual sembako ke kampung-kampung di wilayah Pantai Labu, Batang Kuis,” harapnya.

Ditambah Syahiran, dirinya setiap malam menjajakan parfum tanpa alkohol ini sebanyak tiga kotak dengan satu kotaknya masing-masing berisi 15 botol kecil parfum dan paling banyak terjual hanya dua kotak. “Kalau sedang laris, saya bisa menjual dua kotak. Tapi kalau nasib sedang tidak beruntung, paling habis satu kotak. Yang penting dalam hidupnya ini dijalani apa adanya dan jangan menyerah dengan keadaan. Tetap semangat dalam menjalani hidup,” ungkapnya. (*)

Syahiran Syukri Hidayat, Penjual Parfum dan Sabun Cuci Muka

Syahiran Syukri Hidayat (34), warga Jalan Utama Pekan, Batang Kuis terlahir dengan kondisi cacat. Tapi, pria yang masih melajang itu tetap menjalani hidup dengan tulus dan tak pernah menyerah.

 Jhonson P Siahaan, Medan

Saat ditemui wartawan Sumut Pos, anak bontot dari delapan bersaudara ini terlihat sedang menjajakan parfum botol kecil dan sabun pencuci wajah  pada pengunjung warung kopi (warkop).

Dengan menggunakan sepatu bot warna hitam, celana hitam dan baju biru garis-garis Syahiran berjalan menemui para pengunjung warkop satu per satu.
Syahiran mengaku mulai menjajakan parfum botol kecil dan sabun pencuci wajah sejak bulan September 2011 lalu. Dia menuturkan, penghasilannya dari berjualan parfum tak menentu. Sebelum berjualan parfum dia bekerja sebagai tukang urut.

Sambil menghisap sebatang rokok, Syahiran mengaku, ayahnya sudah dua tahun lalu meninggal dunia dan kini dian
tinggal bersama dengan ibunya, dua orang kakaknya, satu abang iparnya dan lima keponakannya.

Diterangkannya, meskipun tinggal bersama dengan orangtuanya dia tidak pernah meminta-meinta. Syahiran menuturkan, dirinya tidak menginginkan seperti sekarang ini tapi sudah ditakdirkan oleh Allah SWT harus diterima dengan ikhlas.

“Waktu ibu saya mengandung, ibu saya bermimpi dua ekor naga saling bertarung dan salah satu naga kalah dan ekornya putus. Ibu saya bermimpi tiga hari sebelum kelahiran saya dan saya lahir dengan keadaan seperti ini ,” ucapnya.

Syahiran menjelaskan, sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar dirinya sering diolok-olok teman-temannya sekelasnya.
“Sewaktu kelas 5 SD, saya diejek teman dan saya juga ditelanjangi oleh mereka secara beramai-ramai. Tidak hanya itu, saya juga diejek mereka dengan kata-kata yang menyinggung hati dan perasaan saya,” bebernya.

Syahiran mengaku, uang hasil jualan  parfum dan sabun cuci disimpankan kepada ibunya.

“Uang hasil jualan yang saya simpan sama ibu sudah Rp1.665.000. Barang yang saya jajakan ini milik kakak saya,” jelasnya.
Syahiran menerangkan, dia dulunya sudah punya pacar, namun, orang tua sang pacarnya menolak dirinya.

“Pas saya ke rumah pacar saya, orangtuanya langsung menolak saya karena keadaan saya. Padahal, saya tidak menginginkan hal ini tapi sudah nasib begini dan saya akan tetap menjalaninya dengan sepenuh hati dan tidak berpangku tangan serta tidak meminta kepada siapa pun,” ujarnya.
Saat ditanyai apakah dia berniat untuk menikah, Syahiran mengaku mempunyai niat tapi tidak tahu kapan. Namun, untuk saat ini niatnya yang utama adalah membuat hati ibunya senang dan merencanakan berusaha sendiri setelah mempunyai uang yang cukup.

“Niat saya, mengumpulkan uang dan membeli sepeda motor roda tiga dan membuka usaha menjual sembako ke kampung-kampung di wilayah Pantai Labu, Batang Kuis,” harapnya.

Ditambah Syahiran, dirinya setiap malam menjajakan parfum tanpa alkohol ini sebanyak tiga kotak dengan satu kotaknya masing-masing berisi 15 botol kecil parfum dan paling banyak terjual hanya dua kotak. “Kalau sedang laris, saya bisa menjual dua kotak. Tapi kalau nasib sedang tidak beruntung, paling habis satu kotak. Yang penting dalam hidupnya ini dijalani apa adanya dan jangan menyerah dengan keadaan. Tetap semangat dalam menjalani hidup,” ungkapnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/