Teguran ada sebagian pelajar menanggapi dan juga tetap bertahan berada di lokasi itu. Aksi pelajar ini, sudah tidak mencerminkan seorang pelajar SMA. Soalnya, para pelajar ini dengan menggunakan sepeda motor dan mobil secara konvoi. Namun, dilaju kenderaanya secara gugal-gugalan.
Meski begitu, tidak tampak pihak kepolisian melakukan penindakan dengan tegas secara melakukan penilangan terhadap pelajar menggunakan kenderaan bermotor tidak dilengkapi dengan helm dan membahayakan pengguna jalan lainnya.
Menyikapi hal itu, Pengamat Pendidikan Sumut, Ali Nurdin MA menilai aksi coret-coretan itu, merupakan potret buram pendidikan Indonesia bahkan kegagalan pendidikan karakter yang selama ini didengung dengungkan.
“Semakin tahun aksi corat coret ini semakin menjadi jadi bahkan mengarah aksi premanisme dan brutal. Mereka tidak lagi menghiraukan norma agama, adat istiadat bahkan norma hukum. Seenaknya secara bergerombolan dan berkonvoi di jln raya tdk memakai helm, knalpot blong, berbonceng tiga, gaya dan warna rambut yang dicet, pakaian seronok bagi siswi, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang minuman-minuman keras,” tutur Nurdin.
Ali Nurdin mengungkapkan harus ada ketegasan pihak kepolisian maupun satpol PP juga diperlukan untuk melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Medan, agar hal serupa tidak terjadi di tahun depan.”Inikan zaman now, tapi siswanya masih zaman dulu. Kasihan mereka jika dibiarkan berkelanjutan,”katanya yang berharap orang tua juga harus peduli pada anak-anaknya yang akan lulus SMA,” tandasnya.
Hingga kemarin malam, sekitar Pukul 20.00 WIB, para pelajar masih melakukan aksi konvoi dengan menggunakan sepeda motor dengan kondisi knalpot bising. Tak hayal, membuat pengguna jalan yang lain menjadi emosi melihat aksi mereka.(gus/ila)
Teguran ada sebagian pelajar menanggapi dan juga tetap bertahan berada di lokasi itu. Aksi pelajar ini, sudah tidak mencerminkan seorang pelajar SMA. Soalnya, para pelajar ini dengan menggunakan sepeda motor dan mobil secara konvoi. Namun, dilaju kenderaanya secara gugal-gugalan.
Meski begitu, tidak tampak pihak kepolisian melakukan penindakan dengan tegas secara melakukan penilangan terhadap pelajar menggunakan kenderaan bermotor tidak dilengkapi dengan helm dan membahayakan pengguna jalan lainnya.
Menyikapi hal itu, Pengamat Pendidikan Sumut, Ali Nurdin MA menilai aksi coret-coretan itu, merupakan potret buram pendidikan Indonesia bahkan kegagalan pendidikan karakter yang selama ini didengung dengungkan.
“Semakin tahun aksi corat coret ini semakin menjadi jadi bahkan mengarah aksi premanisme dan brutal. Mereka tidak lagi menghiraukan norma agama, adat istiadat bahkan norma hukum. Seenaknya secara bergerombolan dan berkonvoi di jln raya tdk memakai helm, knalpot blong, berbonceng tiga, gaya dan warna rambut yang dicet, pakaian seronok bagi siswi, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang minuman-minuman keras,” tutur Nurdin.
Ali Nurdin mengungkapkan harus ada ketegasan pihak kepolisian maupun satpol PP juga diperlukan untuk melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Medan, agar hal serupa tidak terjadi di tahun depan.”Inikan zaman now, tapi siswanya masih zaman dulu. Kasihan mereka jika dibiarkan berkelanjutan,”katanya yang berharap orang tua juga harus peduli pada anak-anaknya yang akan lulus SMA,” tandasnya.
Hingga kemarin malam, sekitar Pukul 20.00 WIB, para pelajar masih melakukan aksi konvoi dengan menggunakan sepeda motor dengan kondisi knalpot bising. Tak hayal, membuat pengguna jalan yang lain menjadi emosi melihat aksi mereka.(gus/ila)