28.7 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Syahrul Pakai Sabu Karena Depresi

MEDAN- Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) terus melakukan penyelidikan terhadap Syahrul Akhir Hasibuan (26),  tersangka satu ons sabu-sabu yang ditangkap di Binjai.

Kasus yang sebelumnya ditangani Detasemen A Brigade Mobil (Brimob) Binjai, Jalan Soekarno-Hatta, Kecamatan Binjai Timur itu dilimpahkan ke Dit Reskrimsus Narkoba Poldasu.

“Kasus tersebut dilimpahkan dari Brimob Detasemen A Binjai, kita masih melakukan pemeriksaan dan masih melakukan pengembangan,” ujar Dir Narkoba Poldasu, Kombes Pol Anjar Dewantoro melalui Kasat II Narkoba Poldasu, AKBP Suhadi, Kamis (12/5) siang.

Saat disinggung adanya keterlibatan Hakim Tinggi Binjai, Leba saat penggerebekan di rumahnya, Suhadi belum mau berkomentar. “Besok saja langsung sama Dir Narkoba, karena beliau sedang keluar kota, “ ucap Suhadi mengakhiri.
Dari Binjai, orangtua Syahrul Akhir Hasibuan, P Hasibuan mengaku anaknya terlibat sabu-sabu karena depresi.
“Anak saya ini sifatnya sebenarnya bagus, tapi karena ia ditinggalkan ibunya, akhirnya ia depresi dan tingkah lakunya terus berubah. Saya yakin, sabu itu bukan miliknya tetapi milik temannya,”ujar P Hasibuan.

Lebih jauh diterangkan P Hasibuan, Syahrul mulai berubah sekitar dua bulan yang lalu, pasca Rosmaini Nasution, ibunya meninggal dunia. “Syahrul ini anak ketiga dari empat bersaudara, dan dari anak-anak saya yang ada, hanya Syahrul inilah yang memiliki kasih sayang lebih kepada ibunya. Makanya, setelah ibunya meningal, ia langsung berubah dan bertingkah seperti ini,” terang P Hasibuan, seraya menambahkan, setelah ibunya meninggal dunia, selama satu pekan ia terus berada di pemakaman ibunya.

Selain P Hasibuan, dua orang kakanya dan satu orang adiknya juga menerangkan bahwa, Syahrul ini hanya menjadi korban bandar sabu yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. “Kami geram kali liat bandarnya ini, kalau jumpa rasanya pingin kali aku meludahinya,”kata salah seorang kakak Syahrul dengan mata berkaca-kaca.

Tak sampai di situ, keluarga Syahrul ini juga mengungkapkan, bahwa mereka sering melihat tamu bandar itu seperti aparat hukum. “Siapa yang tak kenal dengan bandar itu, sebutkan saja namanya warga di sini sudah tahu semua. Tapi anehnya, warga sering melihat tamu bandar itu seperti aparat. Apa memang ada aparat yang bermain dengannya, maka bandar ini bisa bebas berkeliaran,”ujar keluarga Syahrul dengan nada bertanya.

Untuk itu, keluarga Syahrul meminta aparat hukum menangkap siapa saja yang terlibat, jangan sampai ada pilih kasih atas kejadian ini. Sementara itu, Syahrul yang sebelumnya pernah bekerja di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Binjai, sudah dikirim ke Poldasu, guna pengembangan lebih lanjut.

Secara terpisah, Kasat Narkoba Polres Binjai, AKP Achiruddin, kepada wartawan koran ini mengaku, tidak mengetahui penangkapan yang dilakukan Detasemen A Brimob tersebut. ‘Saya tidak tahu, sebab Detasemen A Brimob belum ada berkoordinasi,” ujar Achiruddin. (adl/dan)

MEDAN- Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) terus melakukan penyelidikan terhadap Syahrul Akhir Hasibuan (26),  tersangka satu ons sabu-sabu yang ditangkap di Binjai.

Kasus yang sebelumnya ditangani Detasemen A Brigade Mobil (Brimob) Binjai, Jalan Soekarno-Hatta, Kecamatan Binjai Timur itu dilimpahkan ke Dit Reskrimsus Narkoba Poldasu.

“Kasus tersebut dilimpahkan dari Brimob Detasemen A Binjai, kita masih melakukan pemeriksaan dan masih melakukan pengembangan,” ujar Dir Narkoba Poldasu, Kombes Pol Anjar Dewantoro melalui Kasat II Narkoba Poldasu, AKBP Suhadi, Kamis (12/5) siang.

Saat disinggung adanya keterlibatan Hakim Tinggi Binjai, Leba saat penggerebekan di rumahnya, Suhadi belum mau berkomentar. “Besok saja langsung sama Dir Narkoba, karena beliau sedang keluar kota, “ ucap Suhadi mengakhiri.
Dari Binjai, orangtua Syahrul Akhir Hasibuan, P Hasibuan mengaku anaknya terlibat sabu-sabu karena depresi.
“Anak saya ini sifatnya sebenarnya bagus, tapi karena ia ditinggalkan ibunya, akhirnya ia depresi dan tingkah lakunya terus berubah. Saya yakin, sabu itu bukan miliknya tetapi milik temannya,”ujar P Hasibuan.

Lebih jauh diterangkan P Hasibuan, Syahrul mulai berubah sekitar dua bulan yang lalu, pasca Rosmaini Nasution, ibunya meninggal dunia. “Syahrul ini anak ketiga dari empat bersaudara, dan dari anak-anak saya yang ada, hanya Syahrul inilah yang memiliki kasih sayang lebih kepada ibunya. Makanya, setelah ibunya meningal, ia langsung berubah dan bertingkah seperti ini,” terang P Hasibuan, seraya menambahkan, setelah ibunya meninggal dunia, selama satu pekan ia terus berada di pemakaman ibunya.

Selain P Hasibuan, dua orang kakanya dan satu orang adiknya juga menerangkan bahwa, Syahrul ini hanya menjadi korban bandar sabu yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. “Kami geram kali liat bandarnya ini, kalau jumpa rasanya pingin kali aku meludahinya,”kata salah seorang kakak Syahrul dengan mata berkaca-kaca.

Tak sampai di situ, keluarga Syahrul ini juga mengungkapkan, bahwa mereka sering melihat tamu bandar itu seperti aparat hukum. “Siapa yang tak kenal dengan bandar itu, sebutkan saja namanya warga di sini sudah tahu semua. Tapi anehnya, warga sering melihat tamu bandar itu seperti aparat. Apa memang ada aparat yang bermain dengannya, maka bandar ini bisa bebas berkeliaran,”ujar keluarga Syahrul dengan nada bertanya.

Untuk itu, keluarga Syahrul meminta aparat hukum menangkap siapa saja yang terlibat, jangan sampai ada pilih kasih atas kejadian ini. Sementara itu, Syahrul yang sebelumnya pernah bekerja di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Binjai, sudah dikirim ke Poldasu, guna pengembangan lebih lanjut.

Secara terpisah, Kasat Narkoba Polres Binjai, AKP Achiruddin, kepada wartawan koran ini mengaku, tidak mengetahui penangkapan yang dilakukan Detasemen A Brimob tersebut. ‘Saya tidak tahu, sebab Detasemen A Brimob belum ada berkoordinasi,” ujar Achiruddin. (adl/dan)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/