25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Stunting Bukan Hanya Masalah Gizi, BKKBN Edukasi Orangtua dalam Pengasuhan Anak

istimewa
DIABADIKAN: Sekretaris Utama BKKBN, Nofrija dan Sekretaris Perwakilan BKKN Provinsi Sumut Yusrizal Batubara diabadikan bersama peserta kegiatan “Pembinaan Aparatur Sipil Negara Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara, baru-baru ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dari hasil penelitian yang dilakukan, masalah Stunting atau kekurangan giizi, ternyata tak hanya dialami anak-anak dengan kondisi keluarga ekonomi lemah, tapi juga ada ditemukan di keluarga ekonomi mapan meski presentasenya sedikit.

Hal itu terjadi lantaran minimnya pendidikan dari orangtua dalam pengasuhan. Sehingga untuk mencegahnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengambil peran dalam memberikan penyuluhan, sosialisasi bagi orangtua untuk mengasuh dan membina tumbuh kembang balita.

Hal itu dikatakan Sekretaris Utama (Sektama) BKKBN, Nofrijal ketika menjadi pembicara dalam kegiatan “Pembinaan Aparatur Sipil Negara Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara didampingi Sekretaris Perwakilan BKKN Provinsi Sumut, Yusrizal Batubara, baru-baru ini.

Pria Kelahiran Tanah Datar 11 November 1960 menyebutkan, pada dasarnya BKKBN memiliki banyak agenda yang salah satu di dalamnya penurunan kasus stunting. Ia menampik kalau masalah penyelesaian stunting hanya menjadi kerjaan dinas kesehatan saja.

“Tugas BKKBN dalam penurunan balita stunting lebih kepada pengasuhan keluarga. Membuat program peningkatan keterampilan orangtua dalam mengasuh anaknya, terutama mengkampanyekan pendewasaan usia menikah, juga mengedukasi masyarakat terutama perempuan untuk perencanaan kehamilan. Jadi tidak dinas kesehatan dari segi gizinya, kami dari segi pemberian edukasi,” katanya kemarin.

Menurutnya, salah satu penyebab utama stunting karena ketidaktahuan orangtua terutama pada ibu hamil dan bersalin tentang pentingnya gizi untuk anak-anaknya. Terlalu dekatnya jarak kelahiran anak, juga menjadi salahsatu faktor penyebab stunting.

“Nah, ketidaktahuan inilah yang menjadi masalah. Sampai saat ini di Indonesia masih ada 1 dari 3 anak yang masih mengalami stunting, meskipun angka itu berubah dari 2016-2017. Melihat kondisi itu sehingga BKKBN ber komitmen menuntaskan stunting. Kita keroyokan dengan instansi-instansi lain dalam menyelesaikan masalah ini.,”pungkasnya. (dvs/han)

istimewa
DIABADIKAN: Sekretaris Utama BKKBN, Nofrija dan Sekretaris Perwakilan BKKN Provinsi Sumut Yusrizal Batubara diabadikan bersama peserta kegiatan “Pembinaan Aparatur Sipil Negara Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara, baru-baru ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dari hasil penelitian yang dilakukan, masalah Stunting atau kekurangan giizi, ternyata tak hanya dialami anak-anak dengan kondisi keluarga ekonomi lemah, tapi juga ada ditemukan di keluarga ekonomi mapan meski presentasenya sedikit.

Hal itu terjadi lantaran minimnya pendidikan dari orangtua dalam pengasuhan. Sehingga untuk mencegahnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengambil peran dalam memberikan penyuluhan, sosialisasi bagi orangtua untuk mengasuh dan membina tumbuh kembang balita.

Hal itu dikatakan Sekretaris Utama (Sektama) BKKBN, Nofrijal ketika menjadi pembicara dalam kegiatan “Pembinaan Aparatur Sipil Negara Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara didampingi Sekretaris Perwakilan BKKN Provinsi Sumut, Yusrizal Batubara, baru-baru ini.

Pria Kelahiran Tanah Datar 11 November 1960 menyebutkan, pada dasarnya BKKBN memiliki banyak agenda yang salah satu di dalamnya penurunan kasus stunting. Ia menampik kalau masalah penyelesaian stunting hanya menjadi kerjaan dinas kesehatan saja.

“Tugas BKKBN dalam penurunan balita stunting lebih kepada pengasuhan keluarga. Membuat program peningkatan keterampilan orangtua dalam mengasuh anaknya, terutama mengkampanyekan pendewasaan usia menikah, juga mengedukasi masyarakat terutama perempuan untuk perencanaan kehamilan. Jadi tidak dinas kesehatan dari segi gizinya, kami dari segi pemberian edukasi,” katanya kemarin.

Menurutnya, salah satu penyebab utama stunting karena ketidaktahuan orangtua terutama pada ibu hamil dan bersalin tentang pentingnya gizi untuk anak-anaknya. Terlalu dekatnya jarak kelahiran anak, juga menjadi salahsatu faktor penyebab stunting.

“Nah, ketidaktahuan inilah yang menjadi masalah. Sampai saat ini di Indonesia masih ada 1 dari 3 anak yang masih mengalami stunting, meskipun angka itu berubah dari 2016-2017. Melihat kondisi itu sehingga BKKBN ber komitmen menuntaskan stunting. Kita keroyokan dengan instansi-instansi lain dalam menyelesaikan masalah ini.,”pungkasnya. (dvs/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/