Benjamin Holst, warga negara Jerman yang diamankan Satpol PP lantaran menggelandang di bahu jalan Kayoon, Surabaya, Minggu (11/9) mulai menjalani hari-harinya sebagaimana penyandang masalah kesejahteraan sosial pada umumnya. Tapi, dasar bule, tetap saja dia diistimewakan.
Sejak Minggu malam, bule 31 tahun yang menderita kaki gajah itu dititipkan ke lingkungan pondok sosial (liponsos) milik pemkot di Keputih. Di Liponsos, Benjamin ditempatkan di barak anak jalanan yang terjaring razia. ”Saya tempatkan di barak itu, kebetulan lagi kosong,” kata Kepala UPTD Liponsos Keputih Erni Lutfiyah, Senin (12/9).
Di barak itu, Erni memberikan kasur dan bantal. Untuk makanan, UPTD Liponsos menyediakan roti dan air mineral. ”Tadi minta buah juga saya berikan. Bagaimana pun dia warga asing, takutnya kalau tidak terlayani dengan baik kita dicap macem-macem,” ujar Erni.
Erni belum tahu sampai kapan Benjamin dititipkan ke kantornya. Komunikasi terakhir dengan pihak Imigrasi menyebutkan, Benjamin dititipkan karena kondisi rumah detensi imigrasi (rudenim) yang ada di Tanjung Perak tidak bisa menerima dia.
”Mungkin besok (Selasa, 13/9) hari kerja, teman-teman Imigrasi akan koordinasi lagi dengan kami,” ujarnya.
Satpol PP jelas begitu baik memperlakukan bule Jerman yang diamankan saat tertidur di bahu jalan Kayoon, Minggu (11/9). Sebab, meski telah mengamankan Benjamin dengan alasan telah mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat, Satpol PP saat ini membawa sang bule ke Rumah Sakit Suwandi.
“Setelah berkoordinasi dengan pihak Imigrasi, kami membawa Benjamin ke Rumah Sakit Suwandi, karena kakinya sakit. Dia menderita kaki gajah,” kata Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto.
Nah, langkah selanjutnya, kata Irvan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Imigrasi. Kata dia, tugas Satpol PP adalah mengamankankan Benjamin lantaran banyak laporan masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan Benjamin.
Apakah dia sedang mengemis saat diamankan? Irvan menjawab, Benjamin tidak dalam kondisi mengemis. Tidak ada perlengkapan mengemis di sekitar dia.
“Dia hanya tertidur. Kemungkinan besar dia kecapekan setelah melakukan perjalanan dari Bali,” ujar mantan Camat Rungkut itu.
Benjamin diamankan oleh petugas POL PP saat mengemis dijalan Kayoon sejak pagi dan sempat melarikan diri saat didatangi oleh petugas. Menurut Benjamin, dirinya akan berangkat menuju Jakarta sore ini dan mencari tambahan uang dengan mengemis. Pria Kelahiran Flensburg 31 tahun lalu ini datang ke Indonesia untuk liburan diberbagai kota yaitu di Jakarta selama dua hari, kemudian dilanjutkan di Bali selama dua minggu.
Petugas imigrasi memeriksa kelengkapan paspor Benjamin tidak bermasalah, karena masa berlaku hingga 2026. Saat ini Benjamin dibawa ke Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan karena penyakit kaki gajah yang dideritanya. Selain itu, dia juga ingin melanjutkan perjalanan liburannya ke Copenhagen, Denmark pada tanggal 19 September 2016 dengan menggunakan tiket yang sudah dia dapat melalui online dari Jakarta.
Sebelumnya ramai diberitakan bahwa Benjamin beberapa hari lalu sempat mengemis di beberapa sudut lampu merah di Bali. Tak sedikit warga Pulau Dewata yang memberinya uang lantaran iba melihat kondisi Benjamin yang menderita kaki gajah.
Sebelum diamankan di Surabaya, Benjamin sempat menjadi pengemis di beberapa lampu merah Badung dan Denpasar, Bali. Janggalnya, meski meminta-minta kepada orang-orang yang melintas, Benjamin datang dan pergi ke lokasi dengan mengendarai motor Scoopy.
Bahkan, banyak yang menyebut Benjamin adalah seorang penipu profesional yang sengaja mengemis untuk mendapatkan uang. Bahkan 2014 silam dia pernah dideportasi dari Thailand juga gara-gara menjadi pengemis.
Parahnya, setelah mendapatkan sumbangan dari masyarakat Bangkok, Benjamin ketahuan party lengkap dengan minuman keras bersama beberapa wanita cantik di Phuket, Thailand. (gun/mas/jpg/rbb)