MUDA, berbakat dan dipercaya menjadi Direktur Utama bukanlah perkara mudah bagi Laily Prihatiningtyas. Di usia 28 tahun ia sudah dipercaya untuk memimpin PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur dan Ratu Boko. Wanita yang kerap disapa Tyas ini merasa bingung saat pertama kali dipercaya oleh mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan memimpin candi. Katanya ngapain susah-suah jaga candi? Namun di situlah ia justru banyak belajar.
Yessy Artada, Jakarta
Tyas memang tak pernah bermimpi bakal menyandang status sebagai direktur utama, jabatan terakhirnya yang ia sandang yakni sebagai Kepala Penyajian Informasi Divisi Riset dan Informasi Kementerian BUMN. Penampilannya pun tak ada yang berubah, tetap simpel dan tanpa dandanan menor ataupun memakai lipstik untuk memperindah bibirnya. Meski awalnya kaget ditunjuk sebagai dirut, Tyas menjalaninya dengan senang hati. Bahkan ia mengaku sempat stres ditunjuk menjadi seorang dirut.
“Kalau itu saya rasa normal ya, setiap orang masing-masing kita punya perbedaan menghadapi sesuatu. Awalnya saya juga mikir ngapain gitu susah-susah jagain candi, tapi lama-lama ya sudah jalanin saja dan coba lakuin yang terbaik. Kepercayaan Pak Dahlan terhadap anak muda dan wanita perlu digarisbawahi,” kata Tyas saat ditemui JPNN.com di Jakarta baru-baru ini.
Paham harus memimpin sekitar 600 orang karyawan yang usianya jauh lebih tua dibanding dirinya, Tyas tak mau sok-sokan. Ia punya trik khusus untuk menangani karyawan yang usianya lebih tua, yakni mendatangi langsung karyawan tersebut dan mengajaknya ngobrol, entah menyoal kerjaan maupun keseharian mereka.
“Rasa seperti itu pasti ada ya, banyak yang lebih tua dari saya umurnya atau beda generasi, pasti ada rasa nggak enak. Ngatasinnya, paling nggak kita mau repot-repot ngajak mereka ngomong, kalau bahasa jawanya ‘ngewongke wong’ (memanusiakan manusia). Lama-lama mereka mencair,” beber wanita berpenampilan sederhana ini.
Saat ditanya apa yang paling berkesan selama hampir satu tahun memimpin PT WTC Borobudur, wanita berhijab ini bersyukur banyak mengenal dan bersentuhan langsung dengan masyarakat di kawasan Borobudur, termasuk bergaul dengan preman. Berbagai pengalaman menarik juga ia dapatkan selama memimpin PT TWC Borobudur.
“Banyak yang berkesan, saya nggak kebayang bisa kenal sama masyarakat kecil, pedagang, budayawan, ngomong sama preman. Di situ saya jadi tahu ternyata banyak sekali dari berbagai kalangan yang mau dateng untuk membantu waktu abu gunung Kelud sampai ke candi, entah akademisi, keagamaan. Itu menunjukkan bahwa Borobudur punya kita semua,” seru wanita yang kagum pada Sri Mulyani ini.
Meski disibukkan mengurus candi dan segala hal yang bersentuhan dengan hal tersebut, wanita yang 22 Desember nanti genap berumur 29 tahun ini masih getol menjalani hobi yang sudah lima tahun terakhir ia gemari. Naik gunung menurutnya bisa menghilangkan rasa jenuh dan obat stres di kala penat. Berbagai gunung sudah ia daki, seperti Gunung Rinjani, Gunung Semeru dan Gunung Bromo.
“Naik gunung tetep dan masih sempet, beberapa minggu lalu saya habis naik gunung ke Merbabu, nanti rencananya mau naik lagi. Biasanya kalau mau naik gunung ya ambil cuti dulu. Alam bisa menghilangkan stres dari pekerjaan sehari-hari,” kisahnya. (chi/jpnn)