26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

RSUD dr Pirngadi Tak Mau Disalahkan

Anggirlan Nasution

SUMUTPOS.CO  -Tanggungjawab Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi terhadap nasib  Anggirlan Nasution (11), hingga kini belum menemui titik terang. Padahal, pihak keluarga korban mengharapkan agar usus anaknya bisa tersambung lagi ke lubang anus.

Di balik kasus dugaan malpraktik ini, pihak managemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi mencoba menghindar dari tanggungjawab, bahkan terkesan tak mau disalahkan. Mereka berkilah kalau operasi usus buntu Anggrilan Nasution pada 25 April 2015 silam, sudah sesua standar operasional medis.

“Pihak kami selalu melakukan kajian rutin terhadap tindakan medis.  Untuk memastikan hal itu, pihak kami akan melakukan kajian kembali atas operasi Anggrilan. Tapi saya belum bisa berkomentar banyak, Nanti saya cek dulu, ” ujar Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Edwin singkat, saat diwawancarai Sumut Pos di RSUD dr Pirngadi Medan, Senin (13/2) pagi.

Sementara itu, dr Iqbal yang menangani operasi Anggrilan, mengatakan, dirinya harus terlebih dahulu melihat data, guna dapat memberikan jawaban sesuai fakta. Meski demikian, dr Iqbal meminta data Anggrilan untuk dapat dicek terlebih dahulu oleh anggotanya.”Coba kirimkan datanya Pak, biar anggota saya lihat datanya. Soalnya saya sedang Umroh Pak, ” ujar dr Iqbal dari seberang telepon.

Iqbal menyebut, jika operasi yang dilakukan, pastinya harus sesuai standard operasional. Namun, untuk operasi bedah perut, pasti ada komplikasi. Terlebih, jika usus buntu yang diderita pasien sudah pecah. Apalagi, dalam operasi bedah perut resiko bisa terjadi adhesi atau perlengketan.

“Kalau terjadi perlengketan, pasien harus puasa 3 sampai 4 hari. Dengan puasa, 90 persen akan lepas perlengketan itu. Namun kalau tidak lepas juga, harus dioperasi kembali,” papar Iqbal.

Kata Iqbal, dampak dari perlengketan itu, termasuk anus tidak dapat berfungsi dengan normal. Namun, jika pelengketan biasanya terjadi dalam waktu lama, 6 bulan sampai 4 tahun pasca operasi. Bahkan, tidak ada ukuran waktu terjadinya perlengketan itu.

“Kalau usus buntunya sudah pecah, resikonya semakin tinggi dan besar. Memang lebih dari 50 persen penderita usus buntu yang dioperasi adalah pasien yang usus buntunya sudah pecah,” bilang Iqbal.

Seperti diberitakan kemarin, Anggrilan Nasution menderita usus buntu, hingga akhirnya menjalani operasi di RSUD dr Pirngadi Medan pada 2 April 2015 lalu. Namun, pasca operasi, kondisi kesehatan Anggrilan tidak membaik.  Setiap malam, anak pasangan Adlin Nasution dan Mariana tersebut  mengeluh sakit hingga menangis. Sebab, makanan yang diasup Anggrilan, keluar melalui bekas jahitan operasinya.

Hingga akhirnya, operasi kedua ditempuh Anggrilan. Namun, pasca operasi kedua itu, kondisinya tak juga membaik. Makan yang diasupnya masih saja keluar melalui bekas jahitan operasi. Hingga 11 hari berada di Rumah Sakit dengan kondisi seperti itu, Anggrilan akhirnya disuruh pulang untuk dirawat di rumahnya saja. Dengan terpaksa, orangtua Anggrilan membawa Anggrilan pulang dan dirawat di rumah.

Saat ini, Anggrilan tengah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deliserdang. Dikatakan Wakil Direktur RSUD Deliserdang, dr Asriludiin, untuk penyembuhan Anggrilan harus menggunakan perlatan canggih dan dokter yang berpengalaman. (ain/ila)

 

 

Anggirlan Nasution

SUMUTPOS.CO  -Tanggungjawab Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi terhadap nasib  Anggirlan Nasution (11), hingga kini belum menemui titik terang. Padahal, pihak keluarga korban mengharapkan agar usus anaknya bisa tersambung lagi ke lubang anus.

Di balik kasus dugaan malpraktik ini, pihak managemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi mencoba menghindar dari tanggungjawab, bahkan terkesan tak mau disalahkan. Mereka berkilah kalau operasi usus buntu Anggrilan Nasution pada 25 April 2015 silam, sudah sesua standar operasional medis.

“Pihak kami selalu melakukan kajian rutin terhadap tindakan medis.  Untuk memastikan hal itu, pihak kami akan melakukan kajian kembali atas operasi Anggrilan. Tapi saya belum bisa berkomentar banyak, Nanti saya cek dulu, ” ujar Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Edwin singkat, saat diwawancarai Sumut Pos di RSUD dr Pirngadi Medan, Senin (13/2) pagi.

Sementara itu, dr Iqbal yang menangani operasi Anggrilan, mengatakan, dirinya harus terlebih dahulu melihat data, guna dapat memberikan jawaban sesuai fakta. Meski demikian, dr Iqbal meminta data Anggrilan untuk dapat dicek terlebih dahulu oleh anggotanya.”Coba kirimkan datanya Pak, biar anggota saya lihat datanya. Soalnya saya sedang Umroh Pak, ” ujar dr Iqbal dari seberang telepon.

Iqbal menyebut, jika operasi yang dilakukan, pastinya harus sesuai standard operasional. Namun, untuk operasi bedah perut, pasti ada komplikasi. Terlebih, jika usus buntu yang diderita pasien sudah pecah. Apalagi, dalam operasi bedah perut resiko bisa terjadi adhesi atau perlengketan.

“Kalau terjadi perlengketan, pasien harus puasa 3 sampai 4 hari. Dengan puasa, 90 persen akan lepas perlengketan itu. Namun kalau tidak lepas juga, harus dioperasi kembali,” papar Iqbal.

Kata Iqbal, dampak dari perlengketan itu, termasuk anus tidak dapat berfungsi dengan normal. Namun, jika pelengketan biasanya terjadi dalam waktu lama, 6 bulan sampai 4 tahun pasca operasi. Bahkan, tidak ada ukuran waktu terjadinya perlengketan itu.

“Kalau usus buntunya sudah pecah, resikonya semakin tinggi dan besar. Memang lebih dari 50 persen penderita usus buntu yang dioperasi adalah pasien yang usus buntunya sudah pecah,” bilang Iqbal.

Seperti diberitakan kemarin, Anggrilan Nasution menderita usus buntu, hingga akhirnya menjalani operasi di RSUD dr Pirngadi Medan pada 2 April 2015 lalu. Namun, pasca operasi, kondisi kesehatan Anggrilan tidak membaik.  Setiap malam, anak pasangan Adlin Nasution dan Mariana tersebut  mengeluh sakit hingga menangis. Sebab, makanan yang diasup Anggrilan, keluar melalui bekas jahitan operasinya.

Hingga akhirnya, operasi kedua ditempuh Anggrilan. Namun, pasca operasi kedua itu, kondisinya tak juga membaik. Makan yang diasupnya masih saja keluar melalui bekas jahitan operasi. Hingga 11 hari berada di Rumah Sakit dengan kondisi seperti itu, Anggrilan akhirnya disuruh pulang untuk dirawat di rumahnya saja. Dengan terpaksa, orangtua Anggrilan membawa Anggrilan pulang dan dirawat di rumah.

Saat ini, Anggrilan tengah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deliserdang. Dikatakan Wakil Direktur RSUD Deliserdang, dr Asriludiin, untuk penyembuhan Anggrilan harus menggunakan perlatan canggih dan dokter yang berpengalaman. (ain/ila)

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/