Secara empirik, terlihat jelas debat kedua Pilgubsu kemarin merupakan “Panggung untuk Sihar Sitorus” menunjukan penguasaannya akan persoalan di Sumut. Penyebabnya dalam debat tersebut sangat terlihat jelas bahwa seorang Sihar Sitorus sangat menguasai angka, data, dan materi debat. Hal ini didasari oleh pengalamannya selama ini menjadi tenaga ahli Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) yang banyak mengurusi masalah pendidikan, kesehatan dan kemiskinan di Indonesia secara umum maupun secara khusus di Sumatera Utara yang merupakan wilayah asalnya.
Tidak hanya itu saja, Sihar Sitorus yang selama ini pernah belajar ekonomi dan bisnis di Amerika dan Inggris membuat paradigma pemikirannya akan pentingnya data untuk mengukur dan mengalisis persoalan sampai ke akar permasalahan menjadi keunggulan tersendiri yang membuat argumen-argumen debat Sihar Sitorus sulit untuk di bantah baik secara kualitatif maupun kuantitatif .
Pada konteks debat, penguasaan data tentu sangat penting mengingat hal ini menjadi pendukung utama seorang calon kepala daerah untuk berdebat di publik. Apalagi selama ini, debat kandidat kepala daerah sering tak substansi memasuki masalah juga berputar-putar pada permainan kata karena dikuasai oleh bahasa-bahasa metafor yang sifatnya sangat retorik.
Sihar Sitorus juga telah membuktikan, bahwa sebagai putera asli dari Sumut keadilan dan kesetaraan harus segera diwujudkan sebagaimana amanah konstitusi Indonesia. Sebab, hanya dengan keadilan dan kesetaraan antara wilayah, kaedilan antara individu dan individu, masyarakat dan masyarakat kedepannya kita bisa mewujudkan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. (*)
Penulis adalah Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Darma Agung Medan
Secara empirik, terlihat jelas debat kedua Pilgubsu kemarin merupakan “Panggung untuk Sihar Sitorus” menunjukan penguasaannya akan persoalan di Sumut. Penyebabnya dalam debat tersebut sangat terlihat jelas bahwa seorang Sihar Sitorus sangat menguasai angka, data, dan materi debat. Hal ini didasari oleh pengalamannya selama ini menjadi tenaga ahli Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) yang banyak mengurusi masalah pendidikan, kesehatan dan kemiskinan di Indonesia secara umum maupun secara khusus di Sumatera Utara yang merupakan wilayah asalnya.
Tidak hanya itu saja, Sihar Sitorus yang selama ini pernah belajar ekonomi dan bisnis di Amerika dan Inggris membuat paradigma pemikirannya akan pentingnya data untuk mengukur dan mengalisis persoalan sampai ke akar permasalahan menjadi keunggulan tersendiri yang membuat argumen-argumen debat Sihar Sitorus sulit untuk di bantah baik secara kualitatif maupun kuantitatif .
Pada konteks debat, penguasaan data tentu sangat penting mengingat hal ini menjadi pendukung utama seorang calon kepala daerah untuk berdebat di publik. Apalagi selama ini, debat kandidat kepala daerah sering tak substansi memasuki masalah juga berputar-putar pada permainan kata karena dikuasai oleh bahasa-bahasa metafor yang sifatnya sangat retorik.
Sihar Sitorus juga telah membuktikan, bahwa sebagai putera asli dari Sumut keadilan dan kesetaraan harus segera diwujudkan sebagaimana amanah konstitusi Indonesia. Sebab, hanya dengan keadilan dan kesetaraan antara wilayah, kaedilan antara individu dan individu, masyarakat dan masyarakat kedepannya kita bisa mewujudkan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. (*)
Penulis adalah Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Darma Agung Medan