23.3 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

Debat Kedua Pilgubsu: Panggung Untuk Sihar Sitorus

Pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) menyampaikan program disaksikan pasangan cagub-cawagub nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) pada Debat Publik Kedua Pilgub Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (12/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Pembangunan yang Berkeadilan dan Berkesetaraan.

Panggung untuk Sihar Sitorus

Secara empirik, terlihat jelas debat kedua Pilgubsu kemarin merupakan “Panggung untuk Sihar Sitorus” menunjukan penguasaannya akan persoalan di Sumut. Penyebabnya dalam debat tersebut sangat terlihat jelas bahwa seorang Sihar Sitorus sangat menguasai angka, data, dan materi debat. Hal ini didasari oleh pengalamannya selama ini menjadi tenaga ahli Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) yang banyak mengurusi masalah pendidikan, kesehatan dan kemiskinan di Indonesia secara umum maupun secara khusus di Sumatera Utara yang merupakan wilayah asalnya.

Tidak hanya itu saja, Sihar Sitorus yang selama ini pernah belajar ekonomi dan bisnis di Amerika dan Inggris membuat paradigma pemikirannya akan pentingnya data untuk mengukur dan mengalisis persoalan sampai ke akar permasalahan menjadi keunggulan tersendiri yang membuat argumen-argumen debat Sihar Sitorus sulit untuk di bantah baik secara kualitatif maupun kuantitatif .

Pada konteks debat, penguasaan data tentu sangat penting mengingat hal ini menjadi pendukung utama seorang calon kepala daerah untuk berdebat di publik. Apalagi selama ini, debat kandidat kepala daerah sering tak substansi memasuki masalah juga berputar-putar pada permainan kata karena dikuasai oleh bahasa-bahasa metafor yang sifatnya sangat retorik.

Sihar Sitorus  juga telah membuktikan, bahwa sebagai putera asli dari Sumut keadilan dan kesetaraan harus segera diwujudkan sebagaimana amanah konstitusi Indonesia. Sebab, hanya dengan keadilan dan kesetaraan antara wilayah, kaedilan antara individu dan individu, masyarakat dan masyarakat kedepannya kita bisa mewujudkan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. (*)

 

Penulis adalah Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Darma Agung Medan

 

Pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) menyampaikan program disaksikan pasangan cagub-cawagub nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) pada Debat Publik Kedua Pilgub Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (12/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Pembangunan yang Berkeadilan dan Berkesetaraan.

Panggung untuk Sihar Sitorus

Secara empirik, terlihat jelas debat kedua Pilgubsu kemarin merupakan “Panggung untuk Sihar Sitorus” menunjukan penguasaannya akan persoalan di Sumut. Penyebabnya dalam debat tersebut sangat terlihat jelas bahwa seorang Sihar Sitorus sangat menguasai angka, data, dan materi debat. Hal ini didasari oleh pengalamannya selama ini menjadi tenaga ahli Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) yang banyak mengurusi masalah pendidikan, kesehatan dan kemiskinan di Indonesia secara umum maupun secara khusus di Sumatera Utara yang merupakan wilayah asalnya.

Tidak hanya itu saja, Sihar Sitorus yang selama ini pernah belajar ekonomi dan bisnis di Amerika dan Inggris membuat paradigma pemikirannya akan pentingnya data untuk mengukur dan mengalisis persoalan sampai ke akar permasalahan menjadi keunggulan tersendiri yang membuat argumen-argumen debat Sihar Sitorus sulit untuk di bantah baik secara kualitatif maupun kuantitatif .

Pada konteks debat, penguasaan data tentu sangat penting mengingat hal ini menjadi pendukung utama seorang calon kepala daerah untuk berdebat di publik. Apalagi selama ini, debat kandidat kepala daerah sering tak substansi memasuki masalah juga berputar-putar pada permainan kata karena dikuasai oleh bahasa-bahasa metafor yang sifatnya sangat retorik.

Sihar Sitorus  juga telah membuktikan, bahwa sebagai putera asli dari Sumut keadilan dan kesetaraan harus segera diwujudkan sebagaimana amanah konstitusi Indonesia. Sebab, hanya dengan keadilan dan kesetaraan antara wilayah, kaedilan antara individu dan individu, masyarakat dan masyarakat kedepannya kita bisa mewujudkan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. (*)

 

Penulis adalah Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Darma Agung Medan

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/