25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Dari Peluncuran Buku Air Disayang, Air Dibuang

13-6-13-TRIADI-peluncuran buku 3Kritikan pedas, tapi konstruktif untuk PDAM Tirtanadi terus mengalir. Bahkan, sudah ada upaya penampungan bulan bhakti keluhan konsumen. Hasilnya, air baru bisa mengalir deras pada tahun 2020.

Di Penang Corner, Jalan SMK 8, Medan. Sebanyak 14 penulis dan puluhan undangan hadir untuk menyaksikan peluncuran buku berjudul Air Disayang, Air Dibung. Buku setebal 152 halaman yang terdiri dari 3 bab dan 14 judul tulisan.

Dalam buku itu dibagi atas tiga bab, pada bab pertama diceritakan tentang keluhan konsumen PDAM Tirtanadi terhadap airn
bercerita tentang Air Disayang Air Dibuang oleh Yulhasni, Air Mengalir Lewat Online oleh Faliruddin Lubis, Agar Air Mengalir, Bukan Menetes  oleh Nur Akmal, Pelayanan PDAM yang Setengah Hati oleh Andriyan, Matinya Air Kami oleh Rudianto.

Selanjutnya pada Bab ke 2 tentang politik air dan air politik. Pada bab ini, tulisan berjudul Membawa Tirtanadi ke Ranah Pilkada oleh Arifin Saleh Siregar, Bukan Soal Air Mengalir oleh Ramadhan Batubara, PDAM, Dulu Kebanggaan Kota Medan oleh Fadmin Prihatin Manalu, Menanti Realisasi Janji PDAM Tirtanadi oleh M Iqbal Iskandar dan Potret Pelayanan Tirtanadi: Elegi Ani dan Kenikmatan Michael oleh Faisal Matondang.

Kemudian, pada Bab ke 3,  jawaban atas problem air. Dalam bab tersebut Hartono Tugiman menulis, Biar Pelanggan Jangan Meranan Buatlah Forum Pelanggan, kemudian Fatimahhakki Salabela menulis Ingat! Air Tidak Gratis, sedangkan Rizki Ardani menulis Apa Kabar Tirtanadi Jelang 2013 dan terakhir Nirwansyah Putra menulis Seandainya Aku Pelanggan Tirtanadi.

Dari 14 judul tulisan di buku tersebut, ada cerita yang bisa didapatkan tentang air di Sumut dan kebutuhannya. Tapi, dari sejumlah tulisan itu tampak bahwa PDAM Tirtanadi belum bisa menjadi salah satu institusi andalan untuk urusi air.

Seperti disampaikan Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) Farid Wajdi yang juga editor buku. Dalam kesempatan itu, dia menyebutkan, sebelum lahirnya satu buku, LAPK sudah membuat diskusi dan hasil dikusinya, ada yang memuji, menghina dan memberikan solusi.
Dari diskusi tersebut, paparnya lahirlah tulisan-tulisan yang sudah diterbitkan di sejumlah media. Tulisan-tulisan inilah yang akhirnya dirangkum dan dikumpulkan untuk jadi satu buku.  “Buku ini merupakan monumen kritikan konstrukstif warga terhadap persoalan air di Sumatera Utara, khususnya dalam mendapatkan air bersih,” sebutnya.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Penulis, Yulhasni menyampaikan, intinya semua masyarakat Sumut peduli dengan air. Seperti apa yang ditulis sejumlah kawan-kawan penulis buku Air Disayang Air Dibuang.
Sementara itu, Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba mengatakan, buku yang dilahirkan saat ini luar biasa. Buku yang diluncurkan ini akan dijadikan acuan untuk usulan perubahan UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air. Karena di dalam UU tersebut, ada banyak mengatur air tapi Peraturan Pemerintah (PP) belum jalan. “Jadi saya lihat kondisi sekarang ini, mengapa PDAM Tirtanadi belum berjalan dengan baik dalam melayani, ada hal yang belum sinkron tata perairan, mestinya tidak ada jual beli air. Inilah yang nantinya diatur dalam aturan yang terbaru,” katanya.
Kepala Divisi Zona I PDAM Tirtanadi Sumut Ir Zulkifli Lubis mengatakan, LAPK diketahui ada membuat bulan bhakti pengaduan pelanggan. Dari pelaksanaan ini, ada banyak masukan untuk PDAM Tirtanadi. “Masukkannya akan dibahas dan menjadi satu program bagi PDAM Tirtanadi,” katanya.
Kepada Sumut Pos, dia menambahkan, pada tahun 2013 ini sudah ada penambahan modal dari Pemprovsu sebesar Rp200 miliar. Sekarang, seluruh anggaranya sudah dibagi ke dalam beberapa program perbaikan penyaluran air di Pompa Sunggal dan Martubung. Dari dua pompa itu, ditargetkan bisa memperbaiki penyaluran air di mayoritas pelanggan di sekitar pompa. “Dekat pompa PDAM pastinya lebih deras, dan untuk wilayah Medan bagian Utara, seperti Medan Labuhan, Deli dan Belawan. Setelah selesainya perbaikan pompa di Martubung, akan ada perbaikan penyaluran air,” sebutnya.
Zulkifli menerangkan, saat ini PDAM Tirtanadi air bisa mengalirkan sebanyak 5.400 liter per detik, semestinya untuk lancar itu harus 10 ribu liter per detik. Modal yang dibutuhkan untuk mencapai 5.400 per detik sebesar Rp2,4 triliun.
“Jadi kalau butuh 4.600 liter per detik lagi, maka dibutuhkan lebih kurang Rp2,4 triliun lagi, sedangkan kami baru dapat Rp200 miliar dari Pemprovsu. Harapannya, Pemerintah Pusat dan Pemkab/Pemko tingkat dua bisa memberikan tambahan modalnya,” harapnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan, apabila penambahan modal rutin dilakukan, diyakini air PDAM Tirtanadi bisa baik menyalurkan air pada tahun 2020 mendatang. “Dengan catatan setiap tahun ada penambahan modal, jika tidak tentunya problem air masih terus memprihatinkan,” ujarnya mengakhir percakapan dengan Sumut Pos.
Dalam peluncuran buku tersebut, ada tiga teatrikal tentang air yang dipentaskan oleh Sanggar 82. Tak hanya teatrikan yang menghibur, puisi-puisi yang dibacakan juga mengkritik tentang air yang sebenarnya jadi sumber kehidupan, tapi datangnya tersendat-sendat. (ril)

13-6-13-TRIADI-peluncuran buku 3Kritikan pedas, tapi konstruktif untuk PDAM Tirtanadi terus mengalir. Bahkan, sudah ada upaya penampungan bulan bhakti keluhan konsumen. Hasilnya, air baru bisa mengalir deras pada tahun 2020.

Di Penang Corner, Jalan SMK 8, Medan. Sebanyak 14 penulis dan puluhan undangan hadir untuk menyaksikan peluncuran buku berjudul Air Disayang, Air Dibung. Buku setebal 152 halaman yang terdiri dari 3 bab dan 14 judul tulisan.

Dalam buku itu dibagi atas tiga bab, pada bab pertama diceritakan tentang keluhan konsumen PDAM Tirtanadi terhadap airn
bercerita tentang Air Disayang Air Dibuang oleh Yulhasni, Air Mengalir Lewat Online oleh Faliruddin Lubis, Agar Air Mengalir, Bukan Menetes  oleh Nur Akmal, Pelayanan PDAM yang Setengah Hati oleh Andriyan, Matinya Air Kami oleh Rudianto.

Selanjutnya pada Bab ke 2 tentang politik air dan air politik. Pada bab ini, tulisan berjudul Membawa Tirtanadi ke Ranah Pilkada oleh Arifin Saleh Siregar, Bukan Soal Air Mengalir oleh Ramadhan Batubara, PDAM, Dulu Kebanggaan Kota Medan oleh Fadmin Prihatin Manalu, Menanti Realisasi Janji PDAM Tirtanadi oleh M Iqbal Iskandar dan Potret Pelayanan Tirtanadi: Elegi Ani dan Kenikmatan Michael oleh Faisal Matondang.

Kemudian, pada Bab ke 3,  jawaban atas problem air. Dalam bab tersebut Hartono Tugiman menulis, Biar Pelanggan Jangan Meranan Buatlah Forum Pelanggan, kemudian Fatimahhakki Salabela menulis Ingat! Air Tidak Gratis, sedangkan Rizki Ardani menulis Apa Kabar Tirtanadi Jelang 2013 dan terakhir Nirwansyah Putra menulis Seandainya Aku Pelanggan Tirtanadi.

Dari 14 judul tulisan di buku tersebut, ada cerita yang bisa didapatkan tentang air di Sumut dan kebutuhannya. Tapi, dari sejumlah tulisan itu tampak bahwa PDAM Tirtanadi belum bisa menjadi salah satu institusi andalan untuk urusi air.

Seperti disampaikan Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) Farid Wajdi yang juga editor buku. Dalam kesempatan itu, dia menyebutkan, sebelum lahirnya satu buku, LAPK sudah membuat diskusi dan hasil dikusinya, ada yang memuji, menghina dan memberikan solusi.
Dari diskusi tersebut, paparnya lahirlah tulisan-tulisan yang sudah diterbitkan di sejumlah media. Tulisan-tulisan inilah yang akhirnya dirangkum dan dikumpulkan untuk jadi satu buku.  “Buku ini merupakan monumen kritikan konstrukstif warga terhadap persoalan air di Sumatera Utara, khususnya dalam mendapatkan air bersih,” sebutnya.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Penulis, Yulhasni menyampaikan, intinya semua masyarakat Sumut peduli dengan air. Seperti apa yang ditulis sejumlah kawan-kawan penulis buku Air Disayang Air Dibuang.
Sementara itu, Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba mengatakan, buku yang dilahirkan saat ini luar biasa. Buku yang diluncurkan ini akan dijadikan acuan untuk usulan perubahan UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air. Karena di dalam UU tersebut, ada banyak mengatur air tapi Peraturan Pemerintah (PP) belum jalan. “Jadi saya lihat kondisi sekarang ini, mengapa PDAM Tirtanadi belum berjalan dengan baik dalam melayani, ada hal yang belum sinkron tata perairan, mestinya tidak ada jual beli air. Inilah yang nantinya diatur dalam aturan yang terbaru,” katanya.
Kepala Divisi Zona I PDAM Tirtanadi Sumut Ir Zulkifli Lubis mengatakan, LAPK diketahui ada membuat bulan bhakti pengaduan pelanggan. Dari pelaksanaan ini, ada banyak masukan untuk PDAM Tirtanadi. “Masukkannya akan dibahas dan menjadi satu program bagi PDAM Tirtanadi,” katanya.
Kepada Sumut Pos, dia menambahkan, pada tahun 2013 ini sudah ada penambahan modal dari Pemprovsu sebesar Rp200 miliar. Sekarang, seluruh anggaranya sudah dibagi ke dalam beberapa program perbaikan penyaluran air di Pompa Sunggal dan Martubung. Dari dua pompa itu, ditargetkan bisa memperbaiki penyaluran air di mayoritas pelanggan di sekitar pompa. “Dekat pompa PDAM pastinya lebih deras, dan untuk wilayah Medan bagian Utara, seperti Medan Labuhan, Deli dan Belawan. Setelah selesainya perbaikan pompa di Martubung, akan ada perbaikan penyaluran air,” sebutnya.
Zulkifli menerangkan, saat ini PDAM Tirtanadi air bisa mengalirkan sebanyak 5.400 liter per detik, semestinya untuk lancar itu harus 10 ribu liter per detik. Modal yang dibutuhkan untuk mencapai 5.400 per detik sebesar Rp2,4 triliun.
“Jadi kalau butuh 4.600 liter per detik lagi, maka dibutuhkan lebih kurang Rp2,4 triliun lagi, sedangkan kami baru dapat Rp200 miliar dari Pemprovsu. Harapannya, Pemerintah Pusat dan Pemkab/Pemko tingkat dua bisa memberikan tambahan modalnya,” harapnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan, apabila penambahan modal rutin dilakukan, diyakini air PDAM Tirtanadi bisa baik menyalurkan air pada tahun 2020 mendatang. “Dengan catatan setiap tahun ada penambahan modal, jika tidak tentunya problem air masih terus memprihatinkan,” ujarnya mengakhir percakapan dengan Sumut Pos.
Dalam peluncuran buku tersebut, ada tiga teatrikal tentang air yang dipentaskan oleh Sanggar 82. Tak hanya teatrikan yang menghibur, puisi-puisi yang dibacakan juga mengkritik tentang air yang sebenarnya jadi sumber kehidupan, tapi datangnya tersendat-sendat. (ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/