25.1 C
Medan
Saturday, June 15, 2024

CJH Asal Paluta Wafat di Asrama Haji Medan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Satu calon jamaah haji (CJH) asal Padanglawas Utara (Paluta), yang tergabung di kelompok terbang (Kloter) 21, meninggal di Asrama Haji Medan, Selasa (13/6) siang. Jamaah atas nama Mangaraja Buaya Harahap (89) dengan nomor manifest 237 ini meninggal karena faktor kesehatan.

Diketahui, almarhum yang merupakan warga Desa Hutanopan Kecamatan Halongonan, direncanakan berangkat ke Tanah Suci bersama istrinya Maylan Siregar manifes 238. Tim Kesehatan Petugas Kloter 21, dr Mahyuda Siregar saat ditemui di Poliklinik Asrama Haji Medan mengatakan, jamaah yang meninggal ini sebelumnya memang memiliki riwayat komplikasi. Namun saat bertolak menuju Medan, staminanya dalam kondisi stabil. “Saat mau berangkat, kondisinya sehat. Tapi di tengah perjalanan tiba-tiba kumat penyakitnya,” ujarnya.

Namun demikian, perjalanan rombongan jamaah tetap dilanjutkan menuju Asrama Haji Medan, dan tiba sekira pukul 08.00 WIB. Setiba di Asrama Haji, jamaah kembali membaik, dan sudah melalui proses pelayanan di gedung Jabal Nur Asrama Haji Medan, dan almarhum juga sudah memasuki kamar hotel.

Di tempat yang sama, Kabid Penerimaan dan Pemulangan Panitia Penyelenggara Indah Haji (PPIH) Embarkasi Medan, Torang Rambe menyebutkan, jamaah Kloter 21 asal Paluta ini baru tiba di Asrama Haji Medan, sekira pukul 08.00 WIB. Disebutkannya, saat di satu atap kondisi jamaah, semua dalam kondisi normal. Kemudian setelah beberapa jam berada di Ahmed, jamaah diketahui meninggal di dalam kamar. Pihaknya lanjut Torang sudah melakukan penghitungan harta peninggalan jamaah.

“Kita hitung harga peninggalannya, kita catat dan kita serahkan pada keluarga yang bersangkutan,” ujarnya seraya menambahkan, almarhum juga akan diberikan asuransi sebesar BPIH.

Selain itu, pihaknya juga memfasilitasi pemulangan jenazah ke kampung halaman. “Selain itu kita tawarkan ke keluarga apakah dimandikan di sini atau tidak. Dan keluarga minta dimandikan di sana,” ujarnya.

Sementara Wakil Sekretaris PPIH Embarkasi Medan, Ilyas Siregar menyebutkan jamaah yang wafat ini berangkat bersama istrinya, Maylan Siregar manifes 238. Alharhum lanjutnya, berdasarkan pemeriksaan tim medis diketahui meninggal dunia karena sakit jantung. Namun demikian, istri almarhum sesuai kesepakatan keluarga, akan tetap menunaikan ibadah haji.

 

Hindari Cuaca Panas dan Kepadatan Masjidil Haram

Sementara, jamaah haji dari berbagai negara terus berdatangan ke Makkah Al-Mukarramah, Arab Saudi. Masjidil Haram juga semakin padat, terutama pada waktu pelaksaan salat berjamaah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid berbagi tips dan saran terkait waktu pelaksanaan umrah wajib bagi jamaah haji Indonesia. Dia mengimbau jamaah menghindari terik siang hari dan momen dengan tingkat kepadatan tinggi di Masjidil Haram, utamanya bersamaan dengan waktu salat berjamaah.

“Cuaca di Makkah sangat panas. Jamaah yang tiba di Makkah siang hari, sebaiknya tidak memaksakan diri langsung umrah wajib. Istirahat terlebih dahulu di hotel,” terang Subhan, Selasa (13/6).

“Jamaah juga diimbau agar pelaksanan umrah wajib tidak bersamaan dengan waktu salat, karena Masjidil Haram sangat padat,” sambungnya.

Pada rentang waktu-waktu salat, kondisi terminal sangat padat oleh jamaah yang datang untuk salat berjamaah di Masjidil Haram dan pulang dari Masjidil Haram setelah berjamaah. Menurut Subhan, jamaah yang tiba di Makkah pada siang dan sore hari, bisa mengambil waktu Umrah Wajib pada malam hari, setelah sebagian besar jemaah yang salat isya berjamaah sudah pulang dari Masjidil Haram. Kisaran waktunya pada pukul 11 malam. “Jadi jemaah bisa istirahat dulu ketika siang atau sore sampai hotel di Makkah. Malam harinya, setelah bubaran salat Isya, jemaah bisa ke Masjidil Haram untuk umrah wajib,” kata Subhan.

Bagi jamaah yang tiba di Makkah tengah malam atau dini hari, Subhan mengimbau untuk tetap beristirahat terlebih dahulu sejenak. Umrah wajib bisa dilaksanakan setelah sebagian besar jamaah subuh pulang dari Masjidil Haram. “Kisaran waktunya sekitar jam 6 pagi. Cuacanya belum terlalu panas dan Masjidil Haram sudah tidak padat banget oleh pergerakan jemaah subuh yang akan pulang ke hotel,” tandasnya.

Di sisi lain, Kepala Daerah Kerja Makkah PPIH Arab Saudi Khalilurahman mengatakan, jamaah haji yang wafat di Makkah dapat disalati di Masjidilharam jika ada permintaan keluarga. Biasanya, kata Khalilurahman, pertanyaan tersebut disampaikan petugas maktab kepada perwakilan keluarga setelah diinformasikan tentang perkembangan kondisi jemaah. “Maktab akan tanya apakah akan disalati di Masjidilharam atau cukup di rumah sakit,” jelasnya.

Jika dirasa cukup disalati di rumah sakit, dokter kesehatan yang akan menyalati. Sedangkan pemakaman jemaah menjadi kewenangan maktab. Jemaah juga kecil kemungkinan untuk dimakamkan di tanah air. “Prosesnya panjang sekali, jadi tidak memungkinkan. Dan memakamkan termasuk yang perlu disegerakan,” imbuhnya.

Salah satu jemaah yang disalati di Masjidilharam bernama Sumadi. Jamaah asal Bekasi itu meninggal pada Minggu (11/6) dan disalati pada malamnya. Adin Prasetya, dokter yang menangani jamaah tersebut mengatakan, jamaah yang wafat masih berusia 56 tahun.

Dari pendalaman, jamaah sudah dua hari tidak buang air kecil. Berdasar pemeriksaan lanjutan, diketahui jamaah memiliki riwayat darah tinggi. Jamaah sempat dibawa ke Rumah Sakit King Faisal.

Setelah mendapat surat keterangan kematian, perwakilan keluarga meminta agar jenazah disalati di Masjidilharam. Setelah itu jenazah dimakamkan di pemakaman Ash Sharaya.

Sementara itu, hingga Senin (12/6), sebanyak 51 jamaah haji wafat di Tanah Suci. Secara berurutan, terbanyak berasal dari embarkasi Surabaya (14 jamaah), Solo (11 jamaah), dan Jakarta Bekasi/JKS (9 jamaah).

Di sisi lain, Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan bahwa menjelang pelaksanaan wukuf, layanan bus Shalawat dan katering jamaah haji dihentikan sementara. Pertimbangan penghentian layanan katering itu adalah kepadatan akses di Kota Makkah. Banyak akses jalan mulai ditutup. Begitu pun layanan bus Shalawat yang berpotensi terganggu dengan adanya penutupan itu.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid mengatakan, layanan bus Shalawat berhenti sementara pada tanggal 6–13 Zulhijah. “Jemaah diimbau fokus beribadah di musala hotel masing-masing. Khususnya selama layanan bus Shalawat dihentikan sementara,” katanya di Makkah kemarin. (wan/c9/fal/jpg/man/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Satu calon jamaah haji (CJH) asal Padanglawas Utara (Paluta), yang tergabung di kelompok terbang (Kloter) 21, meninggal di Asrama Haji Medan, Selasa (13/6) siang. Jamaah atas nama Mangaraja Buaya Harahap (89) dengan nomor manifest 237 ini meninggal karena faktor kesehatan.

Diketahui, almarhum yang merupakan warga Desa Hutanopan Kecamatan Halongonan, direncanakan berangkat ke Tanah Suci bersama istrinya Maylan Siregar manifes 238. Tim Kesehatan Petugas Kloter 21, dr Mahyuda Siregar saat ditemui di Poliklinik Asrama Haji Medan mengatakan, jamaah yang meninggal ini sebelumnya memang memiliki riwayat komplikasi. Namun saat bertolak menuju Medan, staminanya dalam kondisi stabil. “Saat mau berangkat, kondisinya sehat. Tapi di tengah perjalanan tiba-tiba kumat penyakitnya,” ujarnya.

Namun demikian, perjalanan rombongan jamaah tetap dilanjutkan menuju Asrama Haji Medan, dan tiba sekira pukul 08.00 WIB. Setiba di Asrama Haji, jamaah kembali membaik, dan sudah melalui proses pelayanan di gedung Jabal Nur Asrama Haji Medan, dan almarhum juga sudah memasuki kamar hotel.

Di tempat yang sama, Kabid Penerimaan dan Pemulangan Panitia Penyelenggara Indah Haji (PPIH) Embarkasi Medan, Torang Rambe menyebutkan, jamaah Kloter 21 asal Paluta ini baru tiba di Asrama Haji Medan, sekira pukul 08.00 WIB. Disebutkannya, saat di satu atap kondisi jamaah, semua dalam kondisi normal. Kemudian setelah beberapa jam berada di Ahmed, jamaah diketahui meninggal di dalam kamar. Pihaknya lanjut Torang sudah melakukan penghitungan harta peninggalan jamaah.

“Kita hitung harga peninggalannya, kita catat dan kita serahkan pada keluarga yang bersangkutan,” ujarnya seraya menambahkan, almarhum juga akan diberikan asuransi sebesar BPIH.

Selain itu, pihaknya juga memfasilitasi pemulangan jenazah ke kampung halaman. “Selain itu kita tawarkan ke keluarga apakah dimandikan di sini atau tidak. Dan keluarga minta dimandikan di sana,” ujarnya.

Sementara Wakil Sekretaris PPIH Embarkasi Medan, Ilyas Siregar menyebutkan jamaah yang wafat ini berangkat bersama istrinya, Maylan Siregar manifes 238. Alharhum lanjutnya, berdasarkan pemeriksaan tim medis diketahui meninggal dunia karena sakit jantung. Namun demikian, istri almarhum sesuai kesepakatan keluarga, akan tetap menunaikan ibadah haji.

 

Hindari Cuaca Panas dan Kepadatan Masjidil Haram

Sementara, jamaah haji dari berbagai negara terus berdatangan ke Makkah Al-Mukarramah, Arab Saudi. Masjidil Haram juga semakin padat, terutama pada waktu pelaksaan salat berjamaah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid berbagi tips dan saran terkait waktu pelaksanaan umrah wajib bagi jamaah haji Indonesia. Dia mengimbau jamaah menghindari terik siang hari dan momen dengan tingkat kepadatan tinggi di Masjidil Haram, utamanya bersamaan dengan waktu salat berjamaah.

“Cuaca di Makkah sangat panas. Jamaah yang tiba di Makkah siang hari, sebaiknya tidak memaksakan diri langsung umrah wajib. Istirahat terlebih dahulu di hotel,” terang Subhan, Selasa (13/6).

“Jamaah juga diimbau agar pelaksanan umrah wajib tidak bersamaan dengan waktu salat, karena Masjidil Haram sangat padat,” sambungnya.

Pada rentang waktu-waktu salat, kondisi terminal sangat padat oleh jamaah yang datang untuk salat berjamaah di Masjidil Haram dan pulang dari Masjidil Haram setelah berjamaah. Menurut Subhan, jamaah yang tiba di Makkah pada siang dan sore hari, bisa mengambil waktu Umrah Wajib pada malam hari, setelah sebagian besar jemaah yang salat isya berjamaah sudah pulang dari Masjidil Haram. Kisaran waktunya pada pukul 11 malam. “Jadi jemaah bisa istirahat dulu ketika siang atau sore sampai hotel di Makkah. Malam harinya, setelah bubaran salat Isya, jemaah bisa ke Masjidil Haram untuk umrah wajib,” kata Subhan.

Bagi jamaah yang tiba di Makkah tengah malam atau dini hari, Subhan mengimbau untuk tetap beristirahat terlebih dahulu sejenak. Umrah wajib bisa dilaksanakan setelah sebagian besar jamaah subuh pulang dari Masjidil Haram. “Kisaran waktunya sekitar jam 6 pagi. Cuacanya belum terlalu panas dan Masjidil Haram sudah tidak padat banget oleh pergerakan jemaah subuh yang akan pulang ke hotel,” tandasnya.

Di sisi lain, Kepala Daerah Kerja Makkah PPIH Arab Saudi Khalilurahman mengatakan, jamaah haji yang wafat di Makkah dapat disalati di Masjidilharam jika ada permintaan keluarga. Biasanya, kata Khalilurahman, pertanyaan tersebut disampaikan petugas maktab kepada perwakilan keluarga setelah diinformasikan tentang perkembangan kondisi jemaah. “Maktab akan tanya apakah akan disalati di Masjidilharam atau cukup di rumah sakit,” jelasnya.

Jika dirasa cukup disalati di rumah sakit, dokter kesehatan yang akan menyalati. Sedangkan pemakaman jemaah menjadi kewenangan maktab. Jemaah juga kecil kemungkinan untuk dimakamkan di tanah air. “Prosesnya panjang sekali, jadi tidak memungkinkan. Dan memakamkan termasuk yang perlu disegerakan,” imbuhnya.

Salah satu jemaah yang disalati di Masjidilharam bernama Sumadi. Jamaah asal Bekasi itu meninggal pada Minggu (11/6) dan disalati pada malamnya. Adin Prasetya, dokter yang menangani jamaah tersebut mengatakan, jamaah yang wafat masih berusia 56 tahun.

Dari pendalaman, jamaah sudah dua hari tidak buang air kecil. Berdasar pemeriksaan lanjutan, diketahui jamaah memiliki riwayat darah tinggi. Jamaah sempat dibawa ke Rumah Sakit King Faisal.

Setelah mendapat surat keterangan kematian, perwakilan keluarga meminta agar jenazah disalati di Masjidilharam. Setelah itu jenazah dimakamkan di pemakaman Ash Sharaya.

Sementara itu, hingga Senin (12/6), sebanyak 51 jamaah haji wafat di Tanah Suci. Secara berurutan, terbanyak berasal dari embarkasi Surabaya (14 jamaah), Solo (11 jamaah), dan Jakarta Bekasi/JKS (9 jamaah).

Di sisi lain, Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan bahwa menjelang pelaksanaan wukuf, layanan bus Shalawat dan katering jamaah haji dihentikan sementara. Pertimbangan penghentian layanan katering itu adalah kepadatan akses di Kota Makkah. Banyak akses jalan mulai ditutup. Begitu pun layanan bus Shalawat yang berpotensi terganggu dengan adanya penutupan itu.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid mengatakan, layanan bus Shalawat berhenti sementara pada tanggal 6–13 Zulhijah. “Jemaah diimbau fokus beribadah di musala hotel masing-masing. Khususnya selama layanan bus Shalawat dihentikan sementara,” katanya di Makkah kemarin. (wan/c9/fal/jpg/man/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/