26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dari Sepak Bola, Telur Dadar, hingga Pilpres

Gooolll… Saat itu, di layar televisi yang cukup lebar Brasil sudah ditekuk oleh Jerman lima gol tanpa balas, pada babak semifinal perhelatan sepak bola terakbar sejagat raya tahun ini. Padahal babak pertama belum juga usai. Ya, pertandingan itu disaksikan Tim Sahur Sumut Pos kala bertandang ke kediaman Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumatera Utara, Anuar Shah di Jalan Kiwi Medan, sekira pukul 04.00 WIB.

SAHUR BERSAMA: Ketua MPW PP Sumut Anuaw Shah saat sahur bersama keluarganya, belum lama ini.//ANDRI GINTING/SUMUT POS
SAHUR BERSAMA: Ketua MPW PP Sumut Anuaw Shah saat sahur bersama keluarganya, belum lama ini.//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Melihat keadaan serta mental Tim Samba yang notabene merupakan tuan rumah di Piala Dunia Brasil 2014 ini, Anuar Shah yang akrab disapa Aweng, menungkapkan, hal tersebut sama layaknya keterpurukan kondisi sepak bola di Indonesia. Ya, pasalnya Aweng sempat menjabat Ketua PSSI Sumut beberapa tahun lalu.

“Mental orang-orang di negara kita yang membuat (sepak bola) jadi seperti ini. Karena pengalaman saya sempat melakukan seleksi kesebelasan untuk dibawa ke satu even besar, dan tak sedikit orangtua yang datang kepada saya meminta agar anaknya dimasukkan ke dalam tim yang akan diberangkatkan dengan menyertakan sejumlah uang,” tutur Aweng.

“Langsung saja saya tegaskan kepada orangtua anak-anak itu, ‘Saya pastikan anak Anda tidak akan masuk tim’,” tambahnya.

Menurut Aweng, hal-hal seperti inilah yang menyebabkan hingga saat ini tak ada prestasi yang bisa diukir Timnas Sepak Bola Indonesia. “Karena kebanyakan orang-orang seperti itu yang mengisi lini per lini barisan Tim Garuda (Julukan Timnas Sepak Bola Senior Indonesia, Red). Tak memiliki kemampuan tapi diberikan kesempatan,” jelasnya.

“Seyogianya, seleksi harus dilakukan dengan ketat dan lebih profesional agar menghasilkan tim yang solid dan berkualitas,” harap Aweng lagi.

Asyik berbicara, jam pun telah menunjukkan pukul 04.30 WIB. Aweng ditemani sang istri Mahsariani, serta anak tertuanya M Firmanshah, beserta Tim Sahur Sumut Pos pun mulai santap sahur. Tiga orang anak Aweng lainnya, Masitah, Fahmyshah Maharani, dan Nazwa Shahfira Maharani tak ikut menyantap sahur di meja makan.

Bagi keluarga Aweng ada menu makanan khusus yang wajib tersedia selama Ramadan. Seperti sambal teri dan telur dadar. Mahsariani mengatakan, telur dadar wajib ada dalam menu. “Komposisinya (telur dadar) biasa saja, seperti bawang dan daun sop. Tapi wajib ada di meja makan,” jelasnya.

Anak tertua Aweng, M Firmanshah yang saat itu tak makan banyak karena sudah menggelar sahur on the road bersama rekanan, menambahkan, Ia bersama adik-adiknya juga sangat menyukai telur dadar. “Kalau mereka ikut sahur bersama, pasti telur dadar ini tak bersisa,” katanya, sembari menunjukkan telur dadar di piring yang masih bersisa setengah lagi.

Selain itu, menurut Mahsariani telur dadar juga mengingatkan masa kecil suaminya. “Soalnya, sejak kecil bapak juga sudah akrab dengan menu yang satu ini. Dan itu menurun kepada anak-anaknya,” ungkapnya.

Usai santap sahur, pembicaraan beralih ke pilpres. Menurut Aweng, ada capres saat itu yang belum pantas menjadi kandidat. “Selain itu, ada perangkat-perangkat partai serta tim sukses yang mempraktikkan cara-cara komunis dan mencoba menjatuhkan norma-norma kepancasilaan,” katanya.

Hal tersebut terlihat dari gerak-gerik dan cara mereka (perangkat partai dan tim sukses) menyerukan atau menyebarkan kampanye hitam. “Jika nanti capres tersebut memang terpilih, maka kami siap mempertahankan idealis pancasila di Tanah Air ini,” tegas Aweng.

Tak terasa adzan Shubuh telah berkumandang, dan Tim Sahur Sumut Pos pun permisi undur diri. Aweng juga mengantarkan Tim Sahur Sumut Pos hingga ke tempat parkir kendaraan, sambil berpesan agar memilih pemimpin yang tegas dan memiliki kualitas mumpuni. Hal ini demi mengembalikan kejayaan dan kemakmuran Indonesia. (*)

Gooolll… Saat itu, di layar televisi yang cukup lebar Brasil sudah ditekuk oleh Jerman lima gol tanpa balas, pada babak semifinal perhelatan sepak bola terakbar sejagat raya tahun ini. Padahal babak pertama belum juga usai. Ya, pertandingan itu disaksikan Tim Sahur Sumut Pos kala bertandang ke kediaman Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumatera Utara, Anuar Shah di Jalan Kiwi Medan, sekira pukul 04.00 WIB.

SAHUR BERSAMA: Ketua MPW PP Sumut Anuaw Shah saat sahur bersama keluarganya, belum lama ini.//ANDRI GINTING/SUMUT POS
SAHUR BERSAMA: Ketua MPW PP Sumut Anuaw Shah saat sahur bersama keluarganya, belum lama ini.//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Melihat keadaan serta mental Tim Samba yang notabene merupakan tuan rumah di Piala Dunia Brasil 2014 ini, Anuar Shah yang akrab disapa Aweng, menungkapkan, hal tersebut sama layaknya keterpurukan kondisi sepak bola di Indonesia. Ya, pasalnya Aweng sempat menjabat Ketua PSSI Sumut beberapa tahun lalu.

“Mental orang-orang di negara kita yang membuat (sepak bola) jadi seperti ini. Karena pengalaman saya sempat melakukan seleksi kesebelasan untuk dibawa ke satu even besar, dan tak sedikit orangtua yang datang kepada saya meminta agar anaknya dimasukkan ke dalam tim yang akan diberangkatkan dengan menyertakan sejumlah uang,” tutur Aweng.

“Langsung saja saya tegaskan kepada orangtua anak-anak itu, ‘Saya pastikan anak Anda tidak akan masuk tim’,” tambahnya.

Menurut Aweng, hal-hal seperti inilah yang menyebabkan hingga saat ini tak ada prestasi yang bisa diukir Timnas Sepak Bola Indonesia. “Karena kebanyakan orang-orang seperti itu yang mengisi lini per lini barisan Tim Garuda (Julukan Timnas Sepak Bola Senior Indonesia, Red). Tak memiliki kemampuan tapi diberikan kesempatan,” jelasnya.

“Seyogianya, seleksi harus dilakukan dengan ketat dan lebih profesional agar menghasilkan tim yang solid dan berkualitas,” harap Aweng lagi.

Asyik berbicara, jam pun telah menunjukkan pukul 04.30 WIB. Aweng ditemani sang istri Mahsariani, serta anak tertuanya M Firmanshah, beserta Tim Sahur Sumut Pos pun mulai santap sahur. Tiga orang anak Aweng lainnya, Masitah, Fahmyshah Maharani, dan Nazwa Shahfira Maharani tak ikut menyantap sahur di meja makan.

Bagi keluarga Aweng ada menu makanan khusus yang wajib tersedia selama Ramadan. Seperti sambal teri dan telur dadar. Mahsariani mengatakan, telur dadar wajib ada dalam menu. “Komposisinya (telur dadar) biasa saja, seperti bawang dan daun sop. Tapi wajib ada di meja makan,” jelasnya.

Anak tertua Aweng, M Firmanshah yang saat itu tak makan banyak karena sudah menggelar sahur on the road bersama rekanan, menambahkan, Ia bersama adik-adiknya juga sangat menyukai telur dadar. “Kalau mereka ikut sahur bersama, pasti telur dadar ini tak bersisa,” katanya, sembari menunjukkan telur dadar di piring yang masih bersisa setengah lagi.

Selain itu, menurut Mahsariani telur dadar juga mengingatkan masa kecil suaminya. “Soalnya, sejak kecil bapak juga sudah akrab dengan menu yang satu ini. Dan itu menurun kepada anak-anaknya,” ungkapnya.

Usai santap sahur, pembicaraan beralih ke pilpres. Menurut Aweng, ada capres saat itu yang belum pantas menjadi kandidat. “Selain itu, ada perangkat-perangkat partai serta tim sukses yang mempraktikkan cara-cara komunis dan mencoba menjatuhkan norma-norma kepancasilaan,” katanya.

Hal tersebut terlihat dari gerak-gerik dan cara mereka (perangkat partai dan tim sukses) menyerukan atau menyebarkan kampanye hitam. “Jika nanti capres tersebut memang terpilih, maka kami siap mempertahankan idealis pancasila di Tanah Air ini,” tegas Aweng.

Tak terasa adzan Shubuh telah berkumandang, dan Tim Sahur Sumut Pos pun permisi undur diri. Aweng juga mengantarkan Tim Sahur Sumut Pos hingga ke tempat parkir kendaraan, sambil berpesan agar memilih pemimpin yang tegas dan memiliki kualitas mumpuni. Hal ini demi mengembalikan kejayaan dan kemakmuran Indonesia. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/