Gooolllโฆ Saat itu, di layar televisi yang cukup lebar Brasil sudah ditekuk oleh Jerman lima gol tanpa balas, pada babak semifinal perhelatan sepak bola terakbar sejagat raya tahun ini. Padahal babak pertama belum juga usai. Ya, pertandingan itu disaksikan Tim Sahur Sumut Pos kala bertandang ke kediaman Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Sumatera Utara, Anuar Shah di Jalan Kiwi Medan, sekira pukul 04.00 WIB.

Melihat keadaan serta mental Tim Samba yang notabene merupakan tuan rumah di Piala Dunia Brasil 2014 ini, Anuar Shah yang akrab disapa Aweng, menungkapkan, hal tersebut sama layaknya keterpurukan kondisi sepak bola di Indonesia. Ya, pasalnya Aweng sempat menjabat Ketua PSSI Sumut beberapa tahun lalu.
โMental orang-orang di negara kita yang membuat (sepak bola) jadi seperti ini. Karena pengalaman saya sempat melakukan seleksi kesebelasan untuk dibawa ke satu even besar, dan tak sedikit orangtua yang datang kepada saya meminta agar anaknya dimasukkan ke dalam tim yang akan diberangkatkan dengan menyertakan sejumlah uang,โ tutur Aweng.
โLangsung saja saya tegaskan kepada orangtua anak-anak itu, โSaya pastikan anak Anda tidak akan masuk timโ,โ tambahnya.
Menurut Aweng, hal-hal seperti inilah yang menyebabkan hingga saat ini tak ada prestasi yang bisa diukir Timnas Sepak Bola Indonesia. โKarena kebanyakan orang-orang seperti itu yang mengisi lini per lini barisan Tim Garuda (Julukan Timnas Sepak Bola Senior Indonesia, Red). Tak memiliki kemampuan tapi diberikan kesempatan,โ jelasnya.
โSeyogianya, seleksi harus dilakukan dengan ketat dan lebih profesional agar menghasilkan tim yang solid dan berkualitas,โ harap Aweng lagi.
Asyik berbicara, jam pun telah menunjukkan pukul 04.30 WIB. Aweng ditemani sang istri Mahsariani, serta anak tertuanya M Firmanshah, beserta Tim Sahur Sumut Pos pun mulai santap sahur. Tiga orang anak Aweng lainnya, Masitah, Fahmyshah Maharani, dan Nazwa Shahfira Maharani tak ikut menyantap sahur di meja makan.
Bagi keluarga Aweng ada menu makanan khusus yang wajib tersedia selama Ramadan. Seperti sambal teri dan telur dadar. Mahsariani mengatakan, telur dadar wajib ada dalam menu. โKomposisinya (telur dadar) biasa saja, seperti bawang dan daun sop. Tapi wajib ada di meja makan,โ jelasnya.
Anak tertua Aweng, M Firmanshah yang saat itu tak makan banyak karena sudah menggelar sahur on the road bersama rekanan, menambahkan, Ia bersama adik-adiknya juga sangat menyukai telur dadar. โKalau mereka ikut sahur bersama, pasti telur dadar ini tak bersisa,โ katanya, sembari menunjukkan telur dadar di piring yang masih bersisa setengah lagi.
Selain itu, menurut Mahsariani telur dadar juga mengingatkan masa kecil suaminya. โSoalnya, sejak kecil bapak juga sudah akrab dengan menu yang satu ini. Dan itu menurun kepada anak-anaknya,โ ungkapnya.
Usai santap sahur, pembicaraan beralih ke pilpres. Menurut Aweng, ada capres saat itu yang belum pantas menjadi kandidat. โSelain itu, ada perangkat-perangkat partai serta tim sukses yang mempraktikkan cara-cara komunis dan mencoba menjatuhkan norma-norma kepancasilaan,โ katanya.
Hal tersebut terlihat dari gerak-gerik dan cara mereka (perangkat partai dan tim sukses) menyerukan atau menyebarkan kampanye hitam. โJika nanti capres tersebut memang terpilih, maka kami siap mempertahankan idealis pancasila di Tanah Air ini,โ tegas Aweng.
Tak terasa adzan Shubuh telah berkumandang, dan Tim Sahur Sumut Pos pun permisi undur diri. Aweng juga mengantarkan Tim Sahur Sumut Pos hingga ke tempat parkir kendaraan, sambil berpesan agar memilih pemimpin yang tegas dan memiliki kualitas mumpuni. Hal ini demi mengembalikan kejayaan dan kemakmuran Indonesia. (*)