MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di sebuah pangkalan gas elpiji di kawasan Medan Baru diketahui pengoplosan gas 3 kg menjadi 12 kg tidak sekadar dipindahkan seluruh isinya. Di tempat ini terungkap kalau tabung 3 kg yang merupakan gas subsidi dikurangi isinya seperempat untuk mengisi tabung 12 kg. Untuk mengelabui konsumen, gas 3 kg yang telah berkurang isinya itu diisi dengan angin.
Hal ini terungkap saat Sumut Pos melakukan penelusuran terkait tindak curang akibat kenaikan gas nonsubsidi 12 kg. Adalah M, wanita berusia sekitar 50 tahun, yang berani buka-bukaan. Dikatakannya, pelaku pengoplosan tidak jarang mengurangi 1/4 isi gas ukuran 3 kg untuk diisi ke tabung gas ukuran 12 kg. Untuk mengelabui kalau gas ukuran 3 kg yang isinya sudah dikurangi itu agar tampak penuh, sesuai alat pengukur yang ada pada masyarakat, maka pelaku menggantinya dengan angin, dengan cara disuntik dengan alat yang sudah ada.
“Kalau bicara perbedaan gas yang sudah dioplos dengan gas tidak asli, sangat sulit. Terlebih pelaku pengoplosan gas lihai dengan tidak merusak segel dan tutup yang ada di gas elpiji yang asli. Namun, terkadang bisa dirasa dengan gas elpiji ukuran 3 kg yang sebagian isinya sudah dikurangi dan diganti angin, biasanya lebih ringan. Lebih jelasnya, dapat dilihat dari daya tahan gas itu. Biasanya ukuran 3 kg kita pakai untuk 1 minggu namun habis sebelum 1 minggu, sudah bisa dicurigai,” jelas M.
Saat ditanya soal harga gas elpiji olplosan, M mengaku kalau pelaku pengoplosan gas biasanya tidak akan merendahkan harga gas yang dijualnya. Disebutnya, hal itu untuk mengantisipasi kecurigaan. Terlebih, disebutnya kalau masyarakat akan tetap membeli, mengingat gas elpiji sudah menjadi kebutuhan.
” Sejak saya buka pangkalan gas elpiji, saya tidak pernah dikomplain. Begitu juga bila ada orang yang mencoba memborong gas di tempat saya, tidak saya beri. Saya memang salurkan gas ini untuk masyarakat, ” tegasnya.
M menjelaskan kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg, memang belum terlihat, mengingat rencanan naiknya harga gas elpiji ukuran 12 kg. Namun, jika benar-benar naik, maka penyulingan dan pengoplosan gas elpiji 3 kg pada 12 kg akan semakin marak. Keuntungan yang cukup besar menjadi aspek utama terjadinya penyulingan ataupun pengoplosan tersebut. Terlebih, disebutnya kalau penyulingan ataupun pengoplosan gas elpiji dari 3 kg ke 12 kg bukan merupakan hal sulit.
“Kita cukup pesan alatnya pada mekanik. Biasanya, mekanik sepeda motor, kulkas, dan AC paling tahu alat itu. Harganya juga murah. Begitu juga dengan tempat, tidak ribet, cukup membuat ruang khusus dan tertutup rapi di dalam rumah juga bisa,” ungkap M.
Saat ditanya jumlah tempat pengoplosan gas elpiji di Kota Medan, M menyebut kalau jumlah itu sangat banyak. Terlebih, dikatakannya dengan kondisi naiknya harga gas elpiji ukuran 12 kg, diperkirakan kalau tempat pengoplosan gas elpiji akan semakin bertambah. Saat kembali ditanya akan tempat penyulingan dan pengoplosan yang diketahuinya, M menyebut kalau tempat penyulingan dan pengoplosan gas elpiji yang diketahuinya yaitu di kawasan Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Timur, Patumbak, dan Percut Seituan.
Ketika disinggung cara pelaku pengoplosan gas elpiji dari 3 kg ke 12 kg, M menyebut kalau pelaku akan memindahkan isi dari 4 tabung gas elpiji ukuran 3 kg ke 1 tabung gas elpiji ukuran 12 kg. Dengan demikian, disebutnya kalau pelaku pengoplosan dapat meraup untung berlipat.
“Kalau 4 tabung gas elpiji ukuran 3 kg, kena biaya maksimal Rp 68 ribu. Setelah menjadi ukuran 12 kg, bisa dijualnya minimal Rp120 ribu,” ujar M.
Sementara untuk teknik pengurangan isi 3 kg, dibutuhkan setidaknya 16 tabung 3 kg. Tapi, keenambelas tabung itu setelah diisi angin tetap dijual dengan harga normal. Artinya, untuk tabung 12 kg tidak dibutuhkan modal. Keuntungannya Rp120 ribu bersih.
Dari Jakarta, PT Pertamina tetap berencana menaikkan harga gas elpiji nonsubsidi 12 Kg pada pertengahan Agustus tahun ini. Adapun besaran kenaikan harga Elpiji 12 Kg tersebut mencapai, Rp1.000-Rp1.500 per kg.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Ali Mundakir menjelaskan bahwa rencana kenaikan elpiji 12 Kg tersebut sudah dimasukkan ke dalam rencana bisnis perusahaan. Di mana, kenaikan gas elpiji 12 Kg dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, yakni pada 15 Januari 2014 dan tahap kedua dilakukan pada awal Juli 2014.
“Tapi kan kenaikan gas Elpiji 12 Kg tertunda karena perusahaan mendapatkan masukan dari stakeholders (pemangku kepentingan) supaya menunda kenaikan gas elpiji 12 kg, mengingat Juli lalu bertepatan dengan puasa, Lebaran dan masuknya anak sekolah,” papar Ali saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (13/8).
Ali menjelaskan, harga gas Elpiji 12 Kg milik Pertamina dengan tiga perusahaan swasta memiliki selisih atau gap sekitar Rp8.000. Di mana perusahaan swasta membanderol harga gas 12 Kg sebesar Rp15.000 per Kg, sedangkan Pertamina hanya Rp 6.500 per Kg.
“Setelah mendapatkan masukan, kita putuskan di media Agustus tahun ini. Nah ini timingnya yang sedang kita kaji. Nanti pada saatnya kita akan sampaikan kepada masyarakat,” ungkap Ali.
Atas kenaikan harga Elpiji 12 kg ini, pihaknya memastikan tidak akan mempengaruhi inflasi, karena pengguna gas Epiji 12 Kg rata-rata berasal dari kalangan kelas menengah. Terlebih, selama semester I tahun ini, Pertamina harus menelan kerugian sebesar Rp 2,81 triliun. “Kenaikan gas Elpiji itu untuk menutupi kerugian perusahaan,” pungkas Ali. (ain/chi/jpnn/rbb)