25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Rekonsiliasi Terancam Batal

MEDAN- Jalan untuk rekonsiliasi PSMS belum juga menemui titik terang. Dua ketua umum PSMS, Indra Sakti Harahap dan Benny Sihotang masih berbeda pendapat menanggapi opsi tawaran pasca mimbar terbuka yang digelar kelompok suporter SMeCK Hooligan, Jumat (9/11) lalu. Indra meminta pemanggilan kembali klub, sementara Benny tidak.

Sejak pertemuan di Pendopo USU itu, Benny mengatakan masih akan berpikir ulang untuk kembali bertemu klub. Ia bersikukuh akan menawarkan jabatan strategis Chief Eksekutif Organizer (CEO) kepada Indra sebagai langkah paling konkret untuk rekonsiliasi.

“Kami belum menentukan CEO siapa. Jangan sampai ketika sudah kita tentukan baru dia memutuskan bergabung. Saat ini, pintu terbuka lebar baginya Kami tetap membuka pintu bagi Indra Sakti Harahap. Silahkan saja, PSMS ini sifatnya terbuka. Kalau memang dengan senang hati mau jabatan CEO, silahkan,” jelasnya.

Menyerahkan keputusan kepada klub-klub memang bisa berujung dua hasil. Tetap berposisi sebagai ketua umum ataupun justru harus menyerahkan jabatannya karena konsistensi klub sampai saat ini dipertanyakan. Bukti sahih sudah jelas dengan keberadaan dua Rapat luar biasa di waktu berbeda hingga menggulirkan dualisme kepengurusan.

Namun Benny mengatakan, posisi ketua umum bukan segalanya. Justru menurutnya CEO lebih berperan penting di era profesional seperti saat ini. “CEO lebih berperan di era sepakbola profesional seperti ini. Contohnya undangan PSSI, yang diundang itu dirut dan sekretaris, bukan ketua umum. Ini bukan lagi zaman amatir. Karena itu penting membahas perubahan AD/ART PSMS agar fungsi ketua umum lebih aktif,” ungkapnya.

Benny kembali menegaskan, jika pihaknya harus melebur ke Indra Sakti jelas terlambat. Ia kembali mengungkit penolakan Indra saat pertemuan dua hari pra RALB Hotel Santika. “Saya langsung saja, kepengurusan kami sudah terbentuk, kami akan menarik suatu kesimpulan, kami akan mengakuisisi pihak Indra Sakti. Kalau kami menggabungkan diri kami jelas kami tolak, sudah terlambat. Sebelum RALB, kami sudah menawarkan posisi ketum kepada Indra Sakti, tapi beliau menolak,” sebutnya.

Lantas apa tanggapan Indra? Ia bersikeras harus melibatkan klub-klub untuk proses rekonsiliasi. Ia kaget jika Benny tidak mau menjalankan hasil kesepakatan mimbar terbuka. “Harusnya hasil pertemuan itu dijalankan. Bang Benny juga saat mimbar terbuka sepakat untuk menyatukan PSMS Medan dengan menyerahkan kepada klub-klub. Kami tidak mau PSMS Medan ini terus menjadi dua,” ucapnya.

Karena itu ia sudah menyurati 24 klub yang mendukungnya. Ia juga berharap Benny juga melakukan hal yang sama kepada klub pendukungnya.(don)

MEDAN- Jalan untuk rekonsiliasi PSMS belum juga menemui titik terang. Dua ketua umum PSMS, Indra Sakti Harahap dan Benny Sihotang masih berbeda pendapat menanggapi opsi tawaran pasca mimbar terbuka yang digelar kelompok suporter SMeCK Hooligan, Jumat (9/11) lalu. Indra meminta pemanggilan kembali klub, sementara Benny tidak.

Sejak pertemuan di Pendopo USU itu, Benny mengatakan masih akan berpikir ulang untuk kembali bertemu klub. Ia bersikukuh akan menawarkan jabatan strategis Chief Eksekutif Organizer (CEO) kepada Indra sebagai langkah paling konkret untuk rekonsiliasi.

“Kami belum menentukan CEO siapa. Jangan sampai ketika sudah kita tentukan baru dia memutuskan bergabung. Saat ini, pintu terbuka lebar baginya Kami tetap membuka pintu bagi Indra Sakti Harahap. Silahkan saja, PSMS ini sifatnya terbuka. Kalau memang dengan senang hati mau jabatan CEO, silahkan,” jelasnya.

Menyerahkan keputusan kepada klub-klub memang bisa berujung dua hasil. Tetap berposisi sebagai ketua umum ataupun justru harus menyerahkan jabatannya karena konsistensi klub sampai saat ini dipertanyakan. Bukti sahih sudah jelas dengan keberadaan dua Rapat luar biasa di waktu berbeda hingga menggulirkan dualisme kepengurusan.

Namun Benny mengatakan, posisi ketua umum bukan segalanya. Justru menurutnya CEO lebih berperan penting di era profesional seperti saat ini. “CEO lebih berperan di era sepakbola profesional seperti ini. Contohnya undangan PSSI, yang diundang itu dirut dan sekretaris, bukan ketua umum. Ini bukan lagi zaman amatir. Karena itu penting membahas perubahan AD/ART PSMS agar fungsi ketua umum lebih aktif,” ungkapnya.

Benny kembali menegaskan, jika pihaknya harus melebur ke Indra Sakti jelas terlambat. Ia kembali mengungkit penolakan Indra saat pertemuan dua hari pra RALB Hotel Santika. “Saya langsung saja, kepengurusan kami sudah terbentuk, kami akan menarik suatu kesimpulan, kami akan mengakuisisi pihak Indra Sakti. Kalau kami menggabungkan diri kami jelas kami tolak, sudah terlambat. Sebelum RALB, kami sudah menawarkan posisi ketum kepada Indra Sakti, tapi beliau menolak,” sebutnya.

Lantas apa tanggapan Indra? Ia bersikeras harus melibatkan klub-klub untuk proses rekonsiliasi. Ia kaget jika Benny tidak mau menjalankan hasil kesepakatan mimbar terbuka. “Harusnya hasil pertemuan itu dijalankan. Bang Benny juga saat mimbar terbuka sepakat untuk menyatukan PSMS Medan dengan menyerahkan kepada klub-klub. Kami tidak mau PSMS Medan ini terus menjadi dua,” ucapnya.

Karena itu ia sudah menyurati 24 klub yang mendukungnya. Ia juga berharap Benny juga melakukan hal yang sama kepada klub pendukungnya.(don)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/