MEDAN, SUMUTPOS.CO- Puluhan wartawan melakukan aksi ke Mapolresta Medan, Jalan HM Said Medan, Kamis (13/11) siang pukul 11.00 WIB. Mereka mendesak Kapolresta Medan Kombes Pol Nico Afinta Karokaro untuk menangkap pelaku penganiayaan fotografer Harian Waspada, Rizki Rayanda Umar (20), saat terjadi bentrok mahasiswa di kampus Universitas Sumatera Utara (USU) Rabu (12/11) sore.
“Tangkap pelaku penganiayaan terhadap Rizki. Usut tuntas premanisme yang dilakukan mahasiswa USU. Berikan perlindungan pada kawan-kawan pers dan polisi jangan biarkan kawan kami dianiaya,” teriak para wartawan.
Ferizal Purba, seorang pengunjuk rasa meminta polisi bergerak cepat dan jangan biarkan Kampus USU menjadi sarang premanisme dan kriminalisasi. “Dalam melaksanakan tugas, awak media dilindungi UU Pers. Jadi, ini suatu bentuk kriminalisasi terhadap wartawan. Seharusnya, mahasiswa itu tahu bahwa wartawan bertugas sesuai aturan yang berlaku. Untuk itu, kita meminta Kapolresta Medan menangkap pelaku dan mengusut tuntas kasusnya. Jangan dipetieskan kasus ini,” tegasnya.
Sementara itu, Rizki selaku korban berharap agar polisi tidak menunda-nunda waktu dan segera menangkap pelakunya. “Saya sudah buat laporan resminya setelah kejadian (Rabu, 12/11, malam),” katanya sembari menunjukan bukti laporan pengaduan dengan Nomor: STTLP/2857/K/XI/2014/Resta Medan.
Setelah menunggu sekitar setengah jam, Wakapolresta Medan AKBP Yusuf Hondawantri Naibaho pun menerima wartawan yang melakukan aksi. Hondawantri mengaku, pihaknya saat ini tengah menyelidiki kasus tersebut.
“Kita sudah menindaklanjuti laporan pengaduan korban dan saat ini
masih dilakukan penyelidikan. Pelaku masih kita selidiki karena pada
saat kejadian banyak orang di sana. Untuk itu, kita masih kumpulkan
saksi-saksi dan rekaman kejadian,” katanya.
Di tempat terpisah, Wakil Rektor III USU, Raja Bongsu Hutagalung mengatakan belum mengetahui apa yang jadi penyebab bentrokan antarmahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Hukum, kemarin (12/11). Pihaknya mengaku masih melakukan upaya mediasi dengan melibatkan dekanat dan pihak kepolisian, guna mengantisipasi bentrok susulan. “Pemicunya itu yang kami belum tahu persis. Ini kita lagi koordinasikan dengan para dekan kedua fakultas dan mahasiswa yang berseteru untuk dapatkan apa persoalannya,” ungkap Raja Bongsu kepada Sumut Pos, Kamis (13/11).
Bongsu menjelaskan, saat ini sedang ada turnamen sepakbola antafakultas di lingkup USU. Pada Rabu (12/11) kemarin, kebetulan ada dua momen bersamaan, di mana sekelompok mahasiswa melakukan aksi penolakan harga BBM di pintu masuk I. Bongsu juga menyebut, menurut informasi yang ia peroleh, pertandingan pada saat itu mempertemukan antara mahasiswa Fakultas Pertanian lawan Fakultas Hukum. “Nah yang saya heran kenapa yang ribut itu teknik dan hukum. Inilah yang sedang kami cari tahu, dan kita harus hati-hati karena saat ini isu kenaikan BBM cukup sensitif,” imbuhnya.
Pihaknya langsung bergerak cepat guna mengantisipasi keributan lanjutan. Di mana langkah awal membentuk tim disiplin yang terdiri dari dosen-dosen kompeten. “Jadi tim ini sudah turun dan merekalah yang mengurus. Saya sudah surati para dekan, pihak kepolisian dan perwakilan mahasiswa untuk berkumpul menuntaskan persoalan ini,” ujarnya.
Soal adanya insiden penyekapan dan pemukulan terhadap fotografer yang meliput saat demo kemarin, Bongsu mengaku ada miskomunikasi antara massa pendemo dan fotografer bersangkutan. Kemungkinan disinyalir para mahasiswa menganggap yang memoto mereka bukanlah jurnalis. “Saya pikir dalam situasi seperti itu kan kita harus pandai-pandai. Artinya tak mungkin pula saat bentrokan terjadi, kita harus dekat-dekat ngambil momen. Jadi menurut saya ada miskomunikasi saja,” akunya.
Dekan Fakultas Teknik USU, Bustami Syam mengatakan, insiden berawal dari kegiatan olahraga. Alhasil, turnamen sepakbola di internal USU itu dihentikan sementara. Karena khawatir jika kedua fakultas itu bertemu lagi dapat memunculkan insiden serupa. Dia menyebut baru sekitar sepekan pertandingan tersebut berjalan. “Mengenai pemicunya itu kita yang belum jelas. Makanya lah diadakan rembuk bersama, biar clear persoalan. Jadi untuk sementara dihentikan dulu,” ungkapnya.(ris/prn/adz)