MEDAN, SUMUTPOS.CO -Rencana pembangunan monumen pahlawan Nasional Letjen Jamin Ginting di Bandara Internasional Kuala Namu (KNIA) dinilai sangat tepat, sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan Jamin Ginting mempertahankan NKRI.
“Letjen Jamin Ginting telah teruji pengabdian dan pengorbanannya bagi tegaknya kemerdekaan Republik Indonesia mulai dari mengusir penjajahan Belanda, Jepang, Agresi Militer I dan II, sampai meredam usaha pemecahbelahan NKRI,” kata Pemangku Adat/Raja Urung Sinembah Wan Chaidir Barus saat pertemuan Badan Koordinasi Kekeluargaan dan Kesejahteraan (BK3)
Sumatera Utara Sumut di Rumah Mbelin (Rumah adat Raja Urung), Patumbak, Jumat (10/11) malam.
Dalam pertemuan yang dihadiri masyarakat Urung Senembah, di antaranya Wan Oki Barus, Wan Raul Barus, Wan Rudi Barus, Sopian Barus (Sibayak Namosuro), dan Jeri Barus (Sibayak Bukum), Wan Chaidir mengatakan, sudah sepantasnya sebagai masyarakat adat juga turut menghargai jasa para pahlawan dalam memperjuangkan NKRI tegak berdiri. “Berdirinya Republik Indonesia tak terlepas dari komitmen raja-raja nusantara untuk bersatu padu satu sama lain. Komitmen ini tentunya menjadi panduan perjuangan para pejuang kita termasuk Letjen Jamin Ginting,” katanya.
Ia menyampaikan, Kerajaan Urung Senembah merupakan salah satu masyarakat adat Sumatera Timur. KNIA yang kini menjadi gerbang domestik Sumut dan gerbang internasional Indonesia berdiri di wilayah adat Urung Senembah. Urung Senembah juga dikenal sebagai satu Kedatukan Empat Suku bersama-sama dengan Urung Sunggal, Urung Sukapiring dan Urung Sepuluh Dua Kuta. Urung Senembah erat kaitannya dengan sejarah masa lalu, mulai dari Kerajaan Haru sampai pada masa Maskapai Deli dan Maskapai Senembah di zaman Hindia Belanda.
Kordinator BK3 Sumut Ahmad Arief Tarigan yang hadir dalam pertemuan mengatakan, pihaknya akan konsern dan komitmen dalam pendampingan dan penguatan masyarakat adat. BK3 sebagai wadah pertemuan banyak pihak dari berbagai latar belakang keilmuan dan profesi.
“BK3 Sumut memandang masyarakat adat adalah jejak sejarah kenusantaraan yang perannya sangat strategis. Bukan malah terpinggirkan tetapi menjadi rujukan dan referensi dalam banyak hal. Ingat, Urung Senembah sudah mendiami tanah ini ratusan tahun lamanya,” kata Arief.
Masyarakat kini lupa tentang keberadaan Urung Senembah. Padahal, sejarah dan situs peninggalan kedatukan ini masih ada sampai kini. “Dalam waktu dekat akan diluncurkan buku mengenai sejarah Kerajaan Urung Senembah,” katanya. (prn/ila)