28.9 C
Medan
Friday, May 31, 2024

Aiptu Amril, Dirikan Rumah Pintar di Belawan dengan Kocek Pribadi

Aiptu Amril, mengajari anak-anak pemulung di TPA Terjun, Medan Marelan, belum lama ini. Dia mendidik anak-anak pemulung yang putus sekolah dengan koceknya sendiri.

Sebagai polisi yang dipercayakan tugas Bhabinkamtibmas di Kelurahan Terjun, muncul di pikirannya untuk mengabdi dan mengajak anak-anak pemulung yang putus sekolah untuk belajar. Polisi berusia 41 tahun ini terpanggil secara sukarela, karena merasa prihatin dengan anak pemulung yang tidak merasakan dunia pendidikan. Sejak Maret 2017 lalu, Aiptu Amril pun menawarkan pengabdiannya kepada anak-anak pemulung untuk bisa belajar bersamannya.

Bermodalkan ide yang sederhana, Aiptu Amril yang telah mempersiapkan alat tulis-menulis dari hasil merogoh kocek pribadinya, mengajak anak pemulung belajar di antara tumpukan sampah dengan beratapkan tenda. “Saya pertama kali mengajar mereka di tumpukan sampah, itu ada seminggu saya mengajar mereka. Saya lihat, mereka serius dan semangat untuk belajar,” cerita Aiptu Amril.

Pengabdiannya untuk mendidik anak-anak pemulung ini ternyata mendapat apresiasi dan dukungan dari pimpinannya di Polsek Medan Labuhan kala itu dijabat Kompol Yasir Ahmadi. Tercetuslah usulan untuk mendirikan Rumah Pintar di TPA Terjun. Setelah berkoordinasi dengan Kepala TPA Terjun, Pahala Rajagukguk akhirnya Aiptu Amril diizinkan menggunakan ruang aula Kantor TPA Terjun untuk dijadikan tempat belajar.

“Sekarang saya bersyukur, anak-anak pemulung bisa belajar di ruangan yang bersih dan tidak harus menghirup aroma tidak sedap. Bahkan, kami juga mendapat dukungan dari pihak swasta dan anggota DPRD,” ungkap Aiptu Amril.

Tempat belajar yang diberi nama Rumah Pintar TPA Terjun Bhabinkamtibmas Polsek Medan Labuhan itu, kini telah memiliki 60 murid. Mereka yang ingin belajar tidak hanya dari pemulung, namun, ada dari masyarakat sekitar yang putus sekolah. “Dari 60 anak-anak yang belajar di sini, ada lima orang dari masyarakat sekitar. Mereka ikut juga belajar dengan anak pemulung. Bahkan kemarin, ada siswa kita yang ikut ujian paket C yang diprogramkan pemerintah,” jelas Amril.

Dijelaskan Aiptu Amril, berdirinya Rumah Pintar TPA Terjun sudah teroganisir dari staf pengajar yang turut mendukungnya secara sukarela. Dalam memberikan materi pejalaran kepada siswa-siswi, Aiptu Amril dibantu enam pengajar. “Saya disini tidak lagi sendiri, ada 6 guru yang ikut membantu saya, mereka ikut memberikan materi. Sekarang ini sudah kita jadwalkan peroses belajar tiga kali seminggu dengan waktu Selasa, Kamis dan Sabtu,” katanya.

Para anak pemulung yang ikut belajar, sebelumnya terlebih dahulu membatu orang tua mencari barang bekas di tumpukan sampah, ketika masuk jam belajar anak-anak itu meninggalkan tugas mereka mencari barang bekas. “Harapan saya, dengan adanya sarana prasarana dan staf pengajar yang sukarela, anak-anak pemulung tidak lagi putus sekolah, mereka bisa memperoleh pendidikan bahkan bisa memiliki ijazah melalui program paket A, B dan C. Jadi, anak pemulung bisa mengubah nasibnya tidak lagi tergantung pada sampah,” ungkap polisi berusia 41 tahun ini.

Amril juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah mensosialisasikan secara luas, sehingga staf pengajar yang ikut membantunya terpanggil untuk mengabdi memberikan pendidikan kepada anak pemulung. “Kami di sini bekerja secara sukarela demi masa depan anak-anak ini. Bahkan kami rela mengeluarkan uang dari kantong pribadi agar sarana alat belajar tetap terdukung,” bebernya.

Aiptu Amril, mengajari anak-anak pemulung di TPA Terjun, Medan Marelan, belum lama ini. Dia mendidik anak-anak pemulung yang putus sekolah dengan koceknya sendiri.

Sebagai polisi yang dipercayakan tugas Bhabinkamtibmas di Kelurahan Terjun, muncul di pikirannya untuk mengabdi dan mengajak anak-anak pemulung yang putus sekolah untuk belajar. Polisi berusia 41 tahun ini terpanggil secara sukarela, karena merasa prihatin dengan anak pemulung yang tidak merasakan dunia pendidikan. Sejak Maret 2017 lalu, Aiptu Amril pun menawarkan pengabdiannya kepada anak-anak pemulung untuk bisa belajar bersamannya.

Bermodalkan ide yang sederhana, Aiptu Amril yang telah mempersiapkan alat tulis-menulis dari hasil merogoh kocek pribadinya, mengajak anak pemulung belajar di antara tumpukan sampah dengan beratapkan tenda. “Saya pertama kali mengajar mereka di tumpukan sampah, itu ada seminggu saya mengajar mereka. Saya lihat, mereka serius dan semangat untuk belajar,” cerita Aiptu Amril.

Pengabdiannya untuk mendidik anak-anak pemulung ini ternyata mendapat apresiasi dan dukungan dari pimpinannya di Polsek Medan Labuhan kala itu dijabat Kompol Yasir Ahmadi. Tercetuslah usulan untuk mendirikan Rumah Pintar di TPA Terjun. Setelah berkoordinasi dengan Kepala TPA Terjun, Pahala Rajagukguk akhirnya Aiptu Amril diizinkan menggunakan ruang aula Kantor TPA Terjun untuk dijadikan tempat belajar.

“Sekarang saya bersyukur, anak-anak pemulung bisa belajar di ruangan yang bersih dan tidak harus menghirup aroma tidak sedap. Bahkan, kami juga mendapat dukungan dari pihak swasta dan anggota DPRD,” ungkap Aiptu Amril.

Tempat belajar yang diberi nama Rumah Pintar TPA Terjun Bhabinkamtibmas Polsek Medan Labuhan itu, kini telah memiliki 60 murid. Mereka yang ingin belajar tidak hanya dari pemulung, namun, ada dari masyarakat sekitar yang putus sekolah. “Dari 60 anak-anak yang belajar di sini, ada lima orang dari masyarakat sekitar. Mereka ikut juga belajar dengan anak pemulung. Bahkan kemarin, ada siswa kita yang ikut ujian paket C yang diprogramkan pemerintah,” jelas Amril.

Dijelaskan Aiptu Amril, berdirinya Rumah Pintar TPA Terjun sudah teroganisir dari staf pengajar yang turut mendukungnya secara sukarela. Dalam memberikan materi pejalaran kepada siswa-siswi, Aiptu Amril dibantu enam pengajar. “Saya disini tidak lagi sendiri, ada 6 guru yang ikut membantu saya, mereka ikut memberikan materi. Sekarang ini sudah kita jadwalkan peroses belajar tiga kali seminggu dengan waktu Selasa, Kamis dan Sabtu,” katanya.

Para anak pemulung yang ikut belajar, sebelumnya terlebih dahulu membatu orang tua mencari barang bekas di tumpukan sampah, ketika masuk jam belajar anak-anak itu meninggalkan tugas mereka mencari barang bekas. “Harapan saya, dengan adanya sarana prasarana dan staf pengajar yang sukarela, anak-anak pemulung tidak lagi putus sekolah, mereka bisa memperoleh pendidikan bahkan bisa memiliki ijazah melalui program paket A, B dan C. Jadi, anak pemulung bisa mengubah nasibnya tidak lagi tergantung pada sampah,” ungkap polisi berusia 41 tahun ini.

Amril juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah mensosialisasikan secara luas, sehingga staf pengajar yang ikut membantunya terpanggil untuk mengabdi memberikan pendidikan kepada anak pemulung. “Kami di sini bekerja secara sukarela demi masa depan anak-anak ini. Bahkan kami rela mengeluarkan uang dari kantong pribadi agar sarana alat belajar tetap terdukung,” bebernya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/