27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Aiptu Amril, Dirikan Rumah Pintar di Belawan dengan Kocek Pribadi

Aiptu Amril, mengajari anak-anak pemulung di TPA Terjun, Medan Marelan, belum lama ini. Dia mendidik anak-anak pemulung yang putus sekolah dengan koceknya sendiri.

Meski begitu, Amril tidak putus asa dan terus semangat untuk mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun dan memberikan bekal ilmu kepada anak-anak pemulung. “Semoga semangat ini jadi motivasi saya dan bisa menjadikan anak pemulung yang lebih baik dan jauh dari kenakalan remaja serta narkoba,” sebut Aiptu Amril.

Kepala TPA Terjun, Pahala Rajagukguk mengaku sangat berterima kasih dengan adanya ide cemerlang serta rasa prihatin Aiptu Amril untuk berperan dan peduli kepada anak pemulung dalam dunia pendidikan. “Kita terus mendukung kegiatan Rumah Pintar TPA Terjun yang sudah berdiri, dengan adanya aula yang sudah kita siapkan, kita harapkan anak – anak pemulung dapat terus belajar,” harapan Pahala.

Seorang staf pengajar, Syariah mengaku ikut berperan secara sukarela membantu mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun, karena merasa prihatin kepada anak pemulung. “Saya sehari-hari buka PAUD, karena saya punya dasar pendidikan, saya terpanggil secara sosial membantu Pak Amril, makanya saya hadir untuk ikut mengajarkan anak-anak pemulung ini,” ungkap Syariah.

Dia juga bersyukur, dalam mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun dipercayakan sebagai sekretaris. Bahkan, wanita yang juga anggota Karang Taruna Medan ini membantu Aiptu Amril bersama dua rekannya, Hj Tri Astuti, Miratmi, Astina, Gita Prima Dhati dan Marlina.

“Kami di sini Mengabdi tanpa gaji, kami hanya berharap agar pemerintah dapat membantu dan mendukung agar Rumah Pintar TPA Terjun ini bisa berkembang, mudah-mudahan kami dapat difasilitasi komputer, karena ujian untuk program paket A, B dan C sudah menggunakan komputer,” harap Syariah.

Seorang siswi, Evi Sabrianti yang putus sekolah untuk melanjutkan ke bangku SMA, mengaku, sangat terbantu dengan adanya Rumah Pintar TPA yang dapat melanjutkan ilmu pendidikannya agar memperoleh ijazah paket C. “Saya ini keluarga pemulung, saya sudah punya anak 3, tapi ingin mengubah nasib kerja yang bisa setara dengan ijazah SMA. Makanya saya mau belajar disini. Berkat rumah pintar ini, saya tahun ini bisa ikut ujian Paket C,” kata wanita berusia 30 tahun ini.

Berbeda dengan Masitah, wanita berusia 21 tahun ini putus sekolah di bangku SMA karena kecelakaan dan kekurangan ekonomi. Dengan semangat untuk mencapai cita – cita, dirinya meniatkan untuk belajar di Rumah Pintar TPA Terjun.

“Saya ini bukan anak pemulung, tapi saya ini kemari ingin belajar dan ingin punya ijazah agar bisa kuliah. Dulu saya putus sekolah karena kecelakaan dan tidak ada biaya. Mudah – mudahan dengan saya ikut belajar disini, saya bisa dapat ijazah untuk kuliah,” ungkap Masitah. (*/adz)

Aiptu Amril, mengajari anak-anak pemulung di TPA Terjun, Medan Marelan, belum lama ini. Dia mendidik anak-anak pemulung yang putus sekolah dengan koceknya sendiri.

Meski begitu, Amril tidak putus asa dan terus semangat untuk mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun dan memberikan bekal ilmu kepada anak-anak pemulung. “Semoga semangat ini jadi motivasi saya dan bisa menjadikan anak pemulung yang lebih baik dan jauh dari kenakalan remaja serta narkoba,” sebut Aiptu Amril.

Kepala TPA Terjun, Pahala Rajagukguk mengaku sangat berterima kasih dengan adanya ide cemerlang serta rasa prihatin Aiptu Amril untuk berperan dan peduli kepada anak pemulung dalam dunia pendidikan. “Kita terus mendukung kegiatan Rumah Pintar TPA Terjun yang sudah berdiri, dengan adanya aula yang sudah kita siapkan, kita harapkan anak – anak pemulung dapat terus belajar,” harapan Pahala.

Seorang staf pengajar, Syariah mengaku ikut berperan secara sukarela membantu mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun, karena merasa prihatin kepada anak pemulung. “Saya sehari-hari buka PAUD, karena saya punya dasar pendidikan, saya terpanggil secara sosial membantu Pak Amril, makanya saya hadir untuk ikut mengajarkan anak-anak pemulung ini,” ungkap Syariah.

Dia juga bersyukur, dalam mengembangkan Rumah Pintar TPA Terjun dipercayakan sebagai sekretaris. Bahkan, wanita yang juga anggota Karang Taruna Medan ini membantu Aiptu Amril bersama dua rekannya, Hj Tri Astuti, Miratmi, Astina, Gita Prima Dhati dan Marlina.

“Kami di sini Mengabdi tanpa gaji, kami hanya berharap agar pemerintah dapat membantu dan mendukung agar Rumah Pintar TPA Terjun ini bisa berkembang, mudah-mudahan kami dapat difasilitasi komputer, karena ujian untuk program paket A, B dan C sudah menggunakan komputer,” harap Syariah.

Seorang siswi, Evi Sabrianti yang putus sekolah untuk melanjutkan ke bangku SMA, mengaku, sangat terbantu dengan adanya Rumah Pintar TPA yang dapat melanjutkan ilmu pendidikannya agar memperoleh ijazah paket C. “Saya ini keluarga pemulung, saya sudah punya anak 3, tapi ingin mengubah nasib kerja yang bisa setara dengan ijazah SMA. Makanya saya mau belajar disini. Berkat rumah pintar ini, saya tahun ini bisa ikut ujian Paket C,” kata wanita berusia 30 tahun ini.

Berbeda dengan Masitah, wanita berusia 21 tahun ini putus sekolah di bangku SMA karena kecelakaan dan kekurangan ekonomi. Dengan semangat untuk mencapai cita – cita, dirinya meniatkan untuk belajar di Rumah Pintar TPA Terjun.

“Saya ini bukan anak pemulung, tapi saya ini kemari ingin belajar dan ingin punya ijazah agar bisa kuliah. Dulu saya putus sekolah karena kecelakaan dan tidak ada biaya. Mudah – mudahan dengan saya ikut belajar disini, saya bisa dapat ijazah untuk kuliah,” ungkap Masitah. (*/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/