26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Tak Rewel, hanya Ditemani Kakek dan Nenek

Bayi dengan Usus dan Lambung di Luar Perut di RSUP Adam Malik

Bayi perempuan berusia 20 hari tampak nyaman dengan selimut berwarna pink. Tak tampak sedikit pun dia rewel. Padahal, kondisinya sangat tidak normal. Usus dan lambungnya berada di luar perut. Belum lagi, keberadaannya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik tanpa didampingi orangtuanya.

Jhonson P Siahaan, Medan

Begitulah, lahir dalam kondisi tak sempurna, membuat anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan suami istri Sunarji (35) dan Suprianati (32), warga Desa Nagori Bahung Kahean, Dolok Batu Nangar, Simalungun ini harus mendapatkan perawatan intensif di RSUP H Adam Malik, Selasa (14/2) siang. Bayi malang yang belum sempat diberi nama oleh orangtuanya itu mendapat perawatan di Ruang Perinatologi Lantai I, RSUP H Adam Malik. Ia hanya ditemani oleh neneknya, Inin (58) dan kakeknya Muchtar (62).

Sementara  orangtuanya, masih berada di kampung halaman mereka. “Ibu si bayi tak bisa ikut menemani bayinya dirawat karena kondisinya belum fit dan masih dirawat di rumah sakit di kampung. Sedangkan suaminya harus merawat istri dan anak-anaknya yang lain,” ujar Inin, sang nenek bayi kepada Sumut Pos, kemarin.

Siang yang terik kemarin, tak membuat bayi perempuan itu rewel. Ia terlelap tidur di dalam box tempat tidur berwarna putih. Selimut warna pink seolah menandakan sang bayi ikut merayakan Valentine, menemani lelap tidurnya.  Meski sesekali si bayi terbangun, tapi tak ada suara tangisann

Hanya kelopak matanya saja terbuka, kemudian terlelap lagi.

Tak tahu apa penyebabnya si bayi malang itu beberapa kali tersentak bangun. Mungkin saja dia merasakan sakit yang luar biasa, tapi tak mampu mengungkapkannya. Juga, ketika salah satu perawat memeriksakan kesehatannya, si bayi kembali terbangun, tapi tanpa rengekkan. Sungguh baik budi.
Dengan dibalut popok berwarna putih bermotif gambar kartun, si bayi tampak nyaman dalam tidurnya. Usus dan perutnya pun sudah dibalut dengan menggunakan kapas khusus pembalut usus dan lambung. Ini agar usus dan lambung bayi tak terkontaminasi kuman atau bakteri yang bisa membuatnya infeksi.

Dalam kondisi perawatan yang intensif, si bayi mendapat tiga saluran selang. Selang pertama terpasang ke mulutnya. Selang ini untuk mempermudah si bayi kala minum susu. Lalu, selang kedua adalah selang infus yang terpasang di salah satu lengannya. Selang ini mendistribusikan jalannya cairan infus agar si bayi bertenaga. Kemudian, selang ketiga terpasang di lubang hidungnya. Bayi ini juga dilengkapi monitor alat pengukur detak jantung.

Sang nenek yang menemaninya hanya bisa mengusap dan membelai kepala dan wajah cucunya itu. Untuk menggendongnya tak boleh sembarangan, sesuai instruksi dokter. Tujuannya agar usus dan lambungnya tidak terkontaminasi kuman yang bisa berpindah dari tangan saat digendong.
Memang, untuk masuk ke ruangan perawatan si bayi cukup steril. Tamu yang datang harus melepas sandal atau sepatu bila ingin masuk ke ruangannya. Tamu yang masuk juga harus mengenakan baju khusus yang disediakan di ruangan itu.

“Ibu si bayi sampai saat ini belum tahu kalau bayinya lahir dengan kondisi memperhatikan kek gini. Waktu lahir cucu saya beratnya 2,5 Kg,” ujar Inin.
Pengakuan Inin, ibu si bayi atau pun dirinya tak ada mempunyai firasat buruk tentang kelahiran si bayi. Apalagi saat kehamilan, si ibu bayi hamil secara normal. “Cucu saya ini lahir Kamis (26/1) sore 17.00 WIB di rumah sakit. Begitu lahir, kami terkejut karena cucu kami ini lahir dengan kondisi seperti itu. Padahal kami sekeluarga termasuk ibunya, tak mempunyai firasat buruk sedikit pun,” tambahnya.

Inin mengatakan, menantunya itu tergolong baik dan sopan serta pekerja keras. “Kalau ini cobaan dari Allah SWT, kami harus terima. Kalau pun cucu kami ini dijemput Allah SWT, kami juga pasrah dan kami pun tak tega melihatnya. Lagi pula sudah semua upaya dan semua usaha kami lakukan agar cucu kami ini bisa sehat kembali,” jelasnya.

Dijelaskan Inin, biaya perawatan cucunya ini masuk dalam Jampersal (Jaminan Persalinan) dan selama dalam kandungan cucunya ini selalu diperiksakan kondisi kehamilannya ke Puskesmas dan Posyandu di dekat rumah. “Kalau ada yang mau membantu, kami mengucapkan Alhamdulilah kepada Allah SWT karena sudah membantu meringankan beban kami,” harapnya.

Sementara itu, kakek bayi perempuan itu, Muchtar mengaku, cucunya itu tak rewel dan tak mudah menangis. “Cucu saya itu minum juga kuat dan dia tak mudah menangis walaupun ibunya tak ada di sini. Kami berharap agar cucu kami ini bisa normal kembali dan cepat sembuh,” terangnya.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H Adam Malik, dr Lukmanul saat diruang kerjanya mengatakan, bayi tersebut masih dalam perawatan pihaknya. Dijelaskannya, pihaknya saat ini sedang memberikan pertolongan pertama kepada si bayi. “Untuk sementara waktu bayi ini menderita usus dan lambung di luar dan sedang kita lakukan perawatan. Bayi ini belum bisa kita lakukan operasi karena belum cukup kuat dan usianya juga masih tergolong muda,” ungkapnya.(*)

Bayi dengan Usus dan Lambung di Luar Perut di RSUP Adam Malik

Bayi perempuan berusia 20 hari tampak nyaman dengan selimut berwarna pink. Tak tampak sedikit pun dia rewel. Padahal, kondisinya sangat tidak normal. Usus dan lambungnya berada di luar perut. Belum lagi, keberadaannya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik tanpa didampingi orangtuanya.

Jhonson P Siahaan, Medan

Begitulah, lahir dalam kondisi tak sempurna, membuat anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan suami istri Sunarji (35) dan Suprianati (32), warga Desa Nagori Bahung Kahean, Dolok Batu Nangar, Simalungun ini harus mendapatkan perawatan intensif di RSUP H Adam Malik, Selasa (14/2) siang. Bayi malang yang belum sempat diberi nama oleh orangtuanya itu mendapat perawatan di Ruang Perinatologi Lantai I, RSUP H Adam Malik. Ia hanya ditemani oleh neneknya, Inin (58) dan kakeknya Muchtar (62).

Sementara  orangtuanya, masih berada di kampung halaman mereka. “Ibu si bayi tak bisa ikut menemani bayinya dirawat karena kondisinya belum fit dan masih dirawat di rumah sakit di kampung. Sedangkan suaminya harus merawat istri dan anak-anaknya yang lain,” ujar Inin, sang nenek bayi kepada Sumut Pos, kemarin.

Siang yang terik kemarin, tak membuat bayi perempuan itu rewel. Ia terlelap tidur di dalam box tempat tidur berwarna putih. Selimut warna pink seolah menandakan sang bayi ikut merayakan Valentine, menemani lelap tidurnya.  Meski sesekali si bayi terbangun, tapi tak ada suara tangisann

Hanya kelopak matanya saja terbuka, kemudian terlelap lagi.

Tak tahu apa penyebabnya si bayi malang itu beberapa kali tersentak bangun. Mungkin saja dia merasakan sakit yang luar biasa, tapi tak mampu mengungkapkannya. Juga, ketika salah satu perawat memeriksakan kesehatannya, si bayi kembali terbangun, tapi tanpa rengekkan. Sungguh baik budi.
Dengan dibalut popok berwarna putih bermotif gambar kartun, si bayi tampak nyaman dalam tidurnya. Usus dan perutnya pun sudah dibalut dengan menggunakan kapas khusus pembalut usus dan lambung. Ini agar usus dan lambung bayi tak terkontaminasi kuman atau bakteri yang bisa membuatnya infeksi.

Dalam kondisi perawatan yang intensif, si bayi mendapat tiga saluran selang. Selang pertama terpasang ke mulutnya. Selang ini untuk mempermudah si bayi kala minum susu. Lalu, selang kedua adalah selang infus yang terpasang di salah satu lengannya. Selang ini mendistribusikan jalannya cairan infus agar si bayi bertenaga. Kemudian, selang ketiga terpasang di lubang hidungnya. Bayi ini juga dilengkapi monitor alat pengukur detak jantung.

Sang nenek yang menemaninya hanya bisa mengusap dan membelai kepala dan wajah cucunya itu. Untuk menggendongnya tak boleh sembarangan, sesuai instruksi dokter. Tujuannya agar usus dan lambungnya tidak terkontaminasi kuman yang bisa berpindah dari tangan saat digendong.
Memang, untuk masuk ke ruangan perawatan si bayi cukup steril. Tamu yang datang harus melepas sandal atau sepatu bila ingin masuk ke ruangannya. Tamu yang masuk juga harus mengenakan baju khusus yang disediakan di ruangan itu.

“Ibu si bayi sampai saat ini belum tahu kalau bayinya lahir dengan kondisi memperhatikan kek gini. Waktu lahir cucu saya beratnya 2,5 Kg,” ujar Inin.
Pengakuan Inin, ibu si bayi atau pun dirinya tak ada mempunyai firasat buruk tentang kelahiran si bayi. Apalagi saat kehamilan, si ibu bayi hamil secara normal. “Cucu saya ini lahir Kamis (26/1) sore 17.00 WIB di rumah sakit. Begitu lahir, kami terkejut karena cucu kami ini lahir dengan kondisi seperti itu. Padahal kami sekeluarga termasuk ibunya, tak mempunyai firasat buruk sedikit pun,” tambahnya.

Inin mengatakan, menantunya itu tergolong baik dan sopan serta pekerja keras. “Kalau ini cobaan dari Allah SWT, kami harus terima. Kalau pun cucu kami ini dijemput Allah SWT, kami juga pasrah dan kami pun tak tega melihatnya. Lagi pula sudah semua upaya dan semua usaha kami lakukan agar cucu kami ini bisa sehat kembali,” jelasnya.

Dijelaskan Inin, biaya perawatan cucunya ini masuk dalam Jampersal (Jaminan Persalinan) dan selama dalam kandungan cucunya ini selalu diperiksakan kondisi kehamilannya ke Puskesmas dan Posyandu di dekat rumah. “Kalau ada yang mau membantu, kami mengucapkan Alhamdulilah kepada Allah SWT karena sudah membantu meringankan beban kami,” harapnya.

Sementara itu, kakek bayi perempuan itu, Muchtar mengaku, cucunya itu tak rewel dan tak mudah menangis. “Cucu saya itu minum juga kuat dan dia tak mudah menangis walaupun ibunya tak ada di sini. Kami berharap agar cucu kami ini bisa normal kembali dan cepat sembuh,” terangnya.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H Adam Malik, dr Lukmanul saat diruang kerjanya mengatakan, bayi tersebut masih dalam perawatan pihaknya. Dijelaskannya, pihaknya saat ini sedang memberikan pertolongan pertama kepada si bayi. “Untuk sementara waktu bayi ini menderita usus dan lambung di luar dan sedang kita lakukan perawatan. Bayi ini belum bisa kita lakukan operasi karena belum cukup kuat dan usianya juga masih tergolong muda,” ungkapnya.(*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/