25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kiai Sepuh Jatim Doakan Dahlan

DUKUNGAN KIAI: Para Kiai se Jawa Timur saat mengunjungi Dahlan Iskan (keenam dari kanan) dikediamannya di Surabaya, kemarin (14/05). Hanung Hambara/Jawa Pos

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Sejumlah kiai sepuh di Jawa Timur (Jatim) mengunjungi Dahlan Iskan di kediamannya, Minggu (14/5) sore. Mereka sengaja datang untuk men-support dan mendoakan mantan menteri BUMN itu. Para kiai meyakinkan bahwa ada rahasia besar di balik semua yang sedang dan telah dialami Dahlan.

Rombongan kiai sepuh yang memiliki ribuan santri itu adalah KH Moh Hasan Mutawakkil ’Alallah (pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Probolinggo); KH Anwar Iskandar (pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Kediri); KH Agoes Ali Masyhuri (pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo); KH Syafrudin Syarif (pengasuh Pondok Pesantren Hidayatuddin Al Islami Probolinggo); KH Yasin Asymuni (pengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, Kediri); KH Ahmad Sadid Jauhari (pengasuh Pondok Pesantren Assunniyyah, Kencong, Jember); dan Sekretaris PW NU Jatim Prof Akh Muzakki.

Ketika rombongan datang, Dahlan sedang menunaikan salat Asar berjamaah bersama puluhan penghafal Alquran yang sejak pagi menggelar khataman di rumahnya. Setelah salat, Dahlan yang mengenakan sarung, kemeja lengan panjang, serta kopiah hitam bergegas menyalami dan mencium tangan para kiai sepuh itu. Satu per satu dengan sikap takzim dan tawaduk.

Para kiai sepuh itu kemudian diminta menutup khataman Alquran sekaligus membacakan doa. KH Anwar Iskandar dan KH Agoes Ali Masyhuri membacakan doa secara bergantian.

Kepada para kiai, sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren, Dahlan meminta maaf karena merasa gagal menjaga nama baik santri dan pesantren. Sejak awal menjabat Dirut PLN dan berlanjut menjadi menteri BUMN, Dahlan bertekad menjaga nama baik santri dan pesantren. “Saya ingin tunjukkan lulusan pondok pesantren itu mampu,” katanya.

Namun, kenyataan yang terjadi, Dahlan malah dipermalukan dan dikuyo-kuyo dengan dituduh melakukan korupsi. Padahal, sejak menjabat Dirut PT PWU Jatim, Dirut PLN, hingga menteri BUMN, Dahlan tidak pernah mengambil gaji. Dia menyatakan sangat ikhlas meski akhirnya ditahan dan diadili. Sebab, dia bisa mempertanggungjawabkan semuanya.

Dahlan merasa sangat menderita karena misinya menjaga nama baik santri tidak terkabul. Waktu itu, dia bercita-cita, kalau menjadi menteri, dirinya akan menjadi menteri yang baik dan berprestasi. Sebab, siapa tahu kelak ada lagi santri yang dipercaya mengemban jabatan penting. “Saya menjadi perintis untuk jangan takut menjadikan santri sebagai pejabat apa pun,” ucapnya.

Mendengar ungkapan Dahlan, KH Anwar Iskandar memberikan petuah. Wakil rais syuriah PW NU Jatim itu mengungkapkan, nabi saja ada yang dihukum. Bukan karena melakukan kesalahan, tapi karena sangat disayang Allah. Allah menunjukkan sayang kepada hamba-Nya melalui ujian. Jika sabar dan rida, insya Allah derajatnya akan diangkat.

“Yakinlah Pak Dahlan, Alquran yang tadi dibaca Bapak dan Ibu memiliki rahmat untuk Bapak dan keluarga,” ucap putra KH Iskandar, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Berasan, Muncar, Banyuwangi, itu.

DUKUNGAN KIAI: Para Kiai se Jawa Timur saat mengunjungi Dahlan Iskan (keenam dari kanan) dikediamannya di Surabaya, kemarin (14/05). Hanung Hambara/Jawa Pos

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Sejumlah kiai sepuh di Jawa Timur (Jatim) mengunjungi Dahlan Iskan di kediamannya, Minggu (14/5) sore. Mereka sengaja datang untuk men-support dan mendoakan mantan menteri BUMN itu. Para kiai meyakinkan bahwa ada rahasia besar di balik semua yang sedang dan telah dialami Dahlan.

Rombongan kiai sepuh yang memiliki ribuan santri itu adalah KH Moh Hasan Mutawakkil ’Alallah (pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Probolinggo); KH Anwar Iskandar (pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Kediri); KH Agoes Ali Masyhuri (pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo); KH Syafrudin Syarif (pengasuh Pondok Pesantren Hidayatuddin Al Islami Probolinggo); KH Yasin Asymuni (pengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, Kediri); KH Ahmad Sadid Jauhari (pengasuh Pondok Pesantren Assunniyyah, Kencong, Jember); dan Sekretaris PW NU Jatim Prof Akh Muzakki.

Ketika rombongan datang, Dahlan sedang menunaikan salat Asar berjamaah bersama puluhan penghafal Alquran yang sejak pagi menggelar khataman di rumahnya. Setelah salat, Dahlan yang mengenakan sarung, kemeja lengan panjang, serta kopiah hitam bergegas menyalami dan mencium tangan para kiai sepuh itu. Satu per satu dengan sikap takzim dan tawaduk.

Para kiai sepuh itu kemudian diminta menutup khataman Alquran sekaligus membacakan doa. KH Anwar Iskandar dan KH Agoes Ali Masyhuri membacakan doa secara bergantian.

Kepada para kiai, sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren, Dahlan meminta maaf karena merasa gagal menjaga nama baik santri dan pesantren. Sejak awal menjabat Dirut PLN dan berlanjut menjadi menteri BUMN, Dahlan bertekad menjaga nama baik santri dan pesantren. “Saya ingin tunjukkan lulusan pondok pesantren itu mampu,” katanya.

Namun, kenyataan yang terjadi, Dahlan malah dipermalukan dan dikuyo-kuyo dengan dituduh melakukan korupsi. Padahal, sejak menjabat Dirut PT PWU Jatim, Dirut PLN, hingga menteri BUMN, Dahlan tidak pernah mengambil gaji. Dia menyatakan sangat ikhlas meski akhirnya ditahan dan diadili. Sebab, dia bisa mempertanggungjawabkan semuanya.

Dahlan merasa sangat menderita karena misinya menjaga nama baik santri tidak terkabul. Waktu itu, dia bercita-cita, kalau menjadi menteri, dirinya akan menjadi menteri yang baik dan berprestasi. Sebab, siapa tahu kelak ada lagi santri yang dipercaya mengemban jabatan penting. “Saya menjadi perintis untuk jangan takut menjadikan santri sebagai pejabat apa pun,” ucapnya.

Mendengar ungkapan Dahlan, KH Anwar Iskandar memberikan petuah. Wakil rais syuriah PW NU Jatim itu mengungkapkan, nabi saja ada yang dihukum. Bukan karena melakukan kesalahan, tapi karena sangat disayang Allah. Allah menunjukkan sayang kepada hamba-Nya melalui ujian. Jika sabar dan rida, insya Allah derajatnya akan diangkat.

“Yakinlah Pak Dahlan, Alquran yang tadi dibaca Bapak dan Ibu memiliki rahmat untuk Bapak dan keluarga,” ucap putra KH Iskandar, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Berasan, Muncar, Banyuwangi, itu.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/