25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Menderita Atresia Billier Sejak Dalam Kandungan

Raja, Bocah 10 Bulan Asal Belawan

MEDAN-Raja, bocah usia 10 bulan asal Belawan yang didignianosa menderita penyakit sirosis hepatis atau mengerasnya hati yang diakibatkan rusaknya fungsi hati, diperkirakan sebagai penyakit turunan yang sudah dialami saat dirinya masih berada di  dalam kandungan.

Sayangnya, kondisi kelainan fungsi hati atau atresia biller yang dideritanya terlambat ditangani, sehingga sulit untuk disembuhkan kecuali dengan langkah operasi pencangkokan hati.

Dokter Berlian SpA (K), selaku dokter yang menangani Raja, saat ditemui di ruang kerjanya menjelaskan, awal kelainan bayi yang mengalami kelainan fungsi hati ini bisa dilihat dari kondisi bayi sejak lahir, yakni badan menguning, kotoran yang tidak berwarna  atau seperti dempul, serta air urine berwarna pekat.

Kelainan hati ini, bilang Berlian, dikarenakan empedu yang tertahan, atau tidak keluar saat bayi dilahirkan.

Sehingga empedu yang tertahan itu, merusak kerja hati atau menjadikan hati keras, sehingga tidak bisa mengalirkan darah atau terbendung.
“Empedu itu fungsinya diperlukan untuk metabolisme atau pencernaan, namun karena empedu tertahan menyebabkan hati jadi mengeras atau disebut sirosis hepatis. Otomatis dengan terbendungnya aliran darah akibat empedu  tadi menyebabkan hati tidak bisa menyerap albumin atau protein,”terangnya.

Menurutnya, tidak terserapnya albumin menyebabkan bayi kurang protein sehingga mengalami gizi buruk. Bahkan, akibat hati tadi tidak bisa menyerap albumin, serta darah yang tertahan dan tidak tersalurkan, hati hanya dapat menyerap air, yang menyebabkan terjadinya penumpukan air yang disebut asites.
“Air yang menumpuk inilah yang menyebabkan perut bayi terus membesar,” sebutnya. Sebenarnya, bilang Berlian, anak yang mengalami kelainan hati bisa disembuhkan jika diketahui sejak awal atau sejak usia dua setengah bulan. Cukup dengan melakukan operasi by pass  atau pemasangan saluran dari hati ke usus, untuk membuka saluran empedu yang tertahan.

Karena kondisi si bayi sudah komplikasi dan berusia di atas dua bulan, maka langkah medis yang  harus diakukan saat ini, yakni operasi cangkok hati, dan hanya bisa dilakukan tim medis RS Kariyadi Semarang. Untuk penanganan awal bayi, bilang Berlian,  tim medis RSUD dr Pirngadi Medan, hanya bisa melakukan upaya pengurangan penumpukan air dalam tubuh bayi tersebut.

Langkah ini kita ambil untuk mengurangi penderitaan sang bayi, karena dengan berkurangnya cairan air yang menumpuk di tubuh bayi tersebut akan memudahkan dirinya untuk bernafas.

Namun untuk melakukannnya pasien harus mendapatkan cairan albumin hingga tingkatan normal yakni dengan kadar 3 hingga 5. Karena sebelumnya  albumin bayi tersebut awal kali masuk hanya 1,5. “Kita telah memberikan empat kali albumin dalam tubuh bayi tersebut lewat jarum gantung, beruntungnya bayi itu menggunakan Jamkesmas sehingga ditanggung pemerintah karena harga satuannnya mencapai Rp 2,2 juta. Setelah menjalani tiga kali transfer albumin, kini albumin bayi tersebut sudah mencapai angka 2,5 dan mendekat angka normal. Saat ini kita masih menunggu hasil albuminnya setelah menjalani transfer yang keempat,”sebutnya.

Setelah menormalkan albumin dan memperbaiki kadar gizinya yang rendah, barulah bayi tersebut bisa melakukan fungsi atau penyerapan air dari tubuhnya.

“Saat ini ada mulai tampak perubahan pada kondisi perut bayi dimana saat masuk diameter perut bayi mencapai 70 centimeter dan sekarang berkurang menjadi 67 centimeter. Namun untuk  normalnya seperti yang saya bilang sebelumnya, jalan satu-satunya yakni operasi cangkok hati, sampai menunggu kondisinya membaik ,”terangnya.

Berlian menganjurkan kepada ibu yang mengandung untuk memeriksakan secara rutin kehamilannya.(uma)

Raja, Bocah 10 Bulan Asal Belawan

MEDAN-Raja, bocah usia 10 bulan asal Belawan yang didignianosa menderita penyakit sirosis hepatis atau mengerasnya hati yang diakibatkan rusaknya fungsi hati, diperkirakan sebagai penyakit turunan yang sudah dialami saat dirinya masih berada di  dalam kandungan.

Sayangnya, kondisi kelainan fungsi hati atau atresia biller yang dideritanya terlambat ditangani, sehingga sulit untuk disembuhkan kecuali dengan langkah operasi pencangkokan hati.

Dokter Berlian SpA (K), selaku dokter yang menangani Raja, saat ditemui di ruang kerjanya menjelaskan, awal kelainan bayi yang mengalami kelainan fungsi hati ini bisa dilihat dari kondisi bayi sejak lahir, yakni badan menguning, kotoran yang tidak berwarna  atau seperti dempul, serta air urine berwarna pekat.

Kelainan hati ini, bilang Berlian, dikarenakan empedu yang tertahan, atau tidak keluar saat bayi dilahirkan.

Sehingga empedu yang tertahan itu, merusak kerja hati atau menjadikan hati keras, sehingga tidak bisa mengalirkan darah atau terbendung.
“Empedu itu fungsinya diperlukan untuk metabolisme atau pencernaan, namun karena empedu tertahan menyebabkan hati jadi mengeras atau disebut sirosis hepatis. Otomatis dengan terbendungnya aliran darah akibat empedu  tadi menyebabkan hati tidak bisa menyerap albumin atau protein,”terangnya.

Menurutnya, tidak terserapnya albumin menyebabkan bayi kurang protein sehingga mengalami gizi buruk. Bahkan, akibat hati tadi tidak bisa menyerap albumin, serta darah yang tertahan dan tidak tersalurkan, hati hanya dapat menyerap air, yang menyebabkan terjadinya penumpukan air yang disebut asites.
“Air yang menumpuk inilah yang menyebabkan perut bayi terus membesar,” sebutnya. Sebenarnya, bilang Berlian, anak yang mengalami kelainan hati bisa disembuhkan jika diketahui sejak awal atau sejak usia dua setengah bulan. Cukup dengan melakukan operasi by pass  atau pemasangan saluran dari hati ke usus, untuk membuka saluran empedu yang tertahan.

Karena kondisi si bayi sudah komplikasi dan berusia di atas dua bulan, maka langkah medis yang  harus diakukan saat ini, yakni operasi cangkok hati, dan hanya bisa dilakukan tim medis RS Kariyadi Semarang. Untuk penanganan awal bayi, bilang Berlian,  tim medis RSUD dr Pirngadi Medan, hanya bisa melakukan upaya pengurangan penumpukan air dalam tubuh bayi tersebut.

Langkah ini kita ambil untuk mengurangi penderitaan sang bayi, karena dengan berkurangnya cairan air yang menumpuk di tubuh bayi tersebut akan memudahkan dirinya untuk bernafas.

Namun untuk melakukannnya pasien harus mendapatkan cairan albumin hingga tingkatan normal yakni dengan kadar 3 hingga 5. Karena sebelumnya  albumin bayi tersebut awal kali masuk hanya 1,5. “Kita telah memberikan empat kali albumin dalam tubuh bayi tersebut lewat jarum gantung, beruntungnya bayi itu menggunakan Jamkesmas sehingga ditanggung pemerintah karena harga satuannnya mencapai Rp 2,2 juta. Setelah menjalani tiga kali transfer albumin, kini albumin bayi tersebut sudah mencapai angka 2,5 dan mendekat angka normal. Saat ini kita masih menunggu hasil albuminnya setelah menjalani transfer yang keempat,”sebutnya.

Setelah menormalkan albumin dan memperbaiki kadar gizinya yang rendah, barulah bayi tersebut bisa melakukan fungsi atau penyerapan air dari tubuhnya.

“Saat ini ada mulai tampak perubahan pada kondisi perut bayi dimana saat masuk diameter perut bayi mencapai 70 centimeter dan sekarang berkurang menjadi 67 centimeter. Namun untuk  normalnya seperti yang saya bilang sebelumnya, jalan satu-satunya yakni operasi cangkok hati, sampai menunggu kondisinya membaik ,”terangnya.

Berlian menganjurkan kepada ibu yang mengandung untuk memeriksakan secara rutin kehamilannya.(uma)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/