MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Sumatera Utara (Sumut) pada Bulan Juli mendatang, dinilai perlu dipertimbangkan kembali. Hal ini mengingat masih tingginya angka penyebaran kasus baru Covid-19 di Sumut.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) Sumut, Keumala Dewi mengatakan, meski secara resmi PKPA tidak memiliki data jumlah anak usia sekolah terdampak Covid-19, namun saat PKPA diundang menghadiri rapat Satgas Covid-19 untuk rapat persiapan PTM, pihaknya menilai masih sangat perlu pertimbangan kembali pelaksanaan PTM. Terlebih, berdasarkan data Satgas Covid-19 Pusat, Kota Medan masih zona merah (risiko tinggi) penyebaran virus corona. “Ini jelas menimbulkan risiko bagi anak-anak, khususnya yang bersekolah menggunakan transportasi umum,” ujarnya kepada wartawan, Senin (14/6).
Karena itu, dia menyarankan, pertama agar pembelajaran dari rumah tetap dilakukan dengan menyesuaikan bahan pembelajaran dengan kebutuhan dan kapasitas anak. Kedua, melibatkan orangtua dan komunikasi proaktif antara orangtua dan guru harus ditingkatkan. Sebab, orangtua juga butuh diarahkan dalam membantu anak belajar di rumah. “Saya memahami orangtua mengalami kejenuhan dan kebingungan mengajari anak belajar dari rumah. Akan tetapi, risiko ini tidak lebih berat daripada risiko kehilangan anak karena tertular Covid-19,” jelas Dewi.
Selain itu, lanjut Dewi, guru juga perlu diberikan penguatan, baik kapasitas dalam mengajar. Bahkan, harus diberikan fasilitas dan sarana agar bisa melakukan pembelajaran daring dan luring. “Masalahnya, semua ini belum bisa dipastikan dipenuhi oleh dinas pendidikan. Tapi, wacana PTM sudah diputuskan, sayang sekali,” cetusnya.
Dewi juga menyarankan, Pemprovsu agar melakukan kajian dan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua satuan pendidikan tatap muka, apakah cuci tangan pakai sabun tersedia? Kemudian, apakah sumber air ada? Apa ruangan cukup untuk murid bisa jaga jarak? Selanjutnya, ketersediaan tenaga pendidik yang sudah divaksin bagaimana? Di sisi lain, perlu melaporkan dan evaluasi berkala situasi dan kondisi di satuan pendidikan kepada Satgas Covid-19 Provinsi.
“Ketika PTM sudah dilakukan, lalu ternyata harus ditutup lagi karena ada kasus tertular, ini akan mempengaruhi psikologi dan tumbuh kembang anak. Memang ada beberapa wilayah masuk zona hijau, tapi ternyata fasilitas cuci tangan dan sumber air di sekolah sangat minim. Jadi anak tidak bisa cuci tangan secara rutin, lah ini kan risiko baru,” pungkasnya.
Kasus Positif Kembali Melonjak
Kekhawatiran Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) Sumut tampaknya cukup beralasan. Pasalnya, berdasarkan data Satgas Covid-19 Sumut, hingga Senin (14/6), kasus positif Covid-19 kembali melonjak. Sebanyak 193 orang di Sumut dipastikan positif terinfeksi Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan swab PCR dan 9 orang lainnya meninggal dunia dalam perawatan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, berdasarkan update harian yang mereka lakukan, penambahan 193 kasus baru konfirmasi itu didapatkan dari 8 Kabupaten/KotaKota di Sumut. Sehingga total kasusnya sampai naik menjadi 33.506 orang.
Aris memaparkan, Kota Medan menjadi penyumbang kasus terbanyak dengan jumlah 61 orang dan Simalungun 48 orang. Kemudian Karo 29 orang, Deliserdang 17 orang, Taput 11 orang, Dairi 9 orang, Padangsidimpuan dan Batubara 7 orang, serta Tanjungbalai 4 orang. “Untuk Kota Medan sendiri dengan penambahan 61 kasus baru itu, akumulasinya meningkat menjadi 16.965,” jelasnya, Senin (14/6).
Aris melanjutkan, untuk 9 kasus kematian baru, membuat akumulasinya naik menjadi 1.111 orang. Ke-9 pasien Covid-19 yang meninggal itu, 3 orang di antaranya dari Batubara, serta masing-masing 2 orang dari Medan, Deliserdang dan Dairi.
“Untuk kasus kematian akibat Covid-19 terbanyak sejauh ini berasal dari Medan dengan 541 orang. Diikuti Deliserdang 173 orang, Langkat 38 orang, Simalungun 36 orang dan lainnya,” terangnya.
Namun untuk angka kesembuhan, Aris mengakui jumlah yang didapatkan juga cukup tinggi. Tercatat ada 119 orang yang didapatkan dari 5 Kabupaten/Kota, sehingga totalnya naik menjadi 29.811 orang.
Aris menjabarkan, dari jumlah tersebut, Dairi menjadi daerah penyumbang terbanyak dengan 40 orang. Kemudian Medan 32 orang, Deliserdang 24 orang, Batubara 15 orang dan Karo 8 orang.
“Maka dari itu, jumlah kasus aktif Covid-19 di Provinsi Sumut saat ini berubah menjadi 2.584 orang, di mana 989 di antaranya dari Medan dan Deliserdang 366 orang,” pungkasnya.
Vaksinasi Guru Dimasifkan
Plt Kepala Dinas Kota Kesehatan Medan Syamsul Arifin Nasution mengatakan, sejauh ini vaksinasi bagi guru telah melebihi target 73 persen. Kendati begitu, upaya vaksinasi ini tetap akan terus dimasifkan. “Sekarang ini yang kita utamakan sebagai penerima vaksin selain lansia, pelayan publik, tokoh masyarakat adalah guru, baik di negeri maupun swasta. Capaiannya sejauh ini sudah 83 persen, melebihi target yang sudah ditetapkan,” ungkapnya kepada wartawan, Senin (14/6).
Kata Syamsul, sedikit lagi seluruh guru di Kota Medan dipastikan telah mendapatkan vaksin Covid-19. Meksi begitu, diakui sebelumnya sempat khawatir target tidak akan berhasil didapat. Namun, berkat bantuan Dinas Pendidikan dan PGRI bisa dicapai. “Orangtua kan ingin anaknya sekolah tapi juga pingin anaknya sehat. Untuk itu, bila nanti sekolah tatap muka sudah dijalankan, kita minta protokol kesehatan tetap harus dilaksanakan,” jelasnya.
Syamsul menyebutkan, dalam pelaksanaan sekolah tatap muka nanti, pihaknya tetap akan melakukan pemantauan secara berkala. Akan tetapi, tambah dia, dinas-dinas terkait juga akan terlibat sesuai tupoksinya. “Kalau dari Dinas Kesehatan mungkin bidang Kesmas (Kesehatan Masyarakat) yang akan turun. Cuma itu akan koordinasi termasuk dengan Satgas Covid-19,” terangnya.
Menurut Syamsul, dibukanya sekolah tatap muka ini, berangkat dari asumsi para orangtua yang mengeluh dengan sekolah daring, serta anak-anak yang semakin bosan untuk belajar di rumah. Akibatnya anak-anak jadi lebih banyak bermain ketimbang belajar, sehingga ini yang dikhawatirkan para orangtua. “Itu lah nanti bagaimana teknis sekolahnya diatur. Bahkan kantin katanya juga tidak dibuka saat sekolah tatap muka berjalan,” tandasnya.
Seperti diketahui, Pemprov Sumut sudah mengkoordinasikan rencana PTM terbatas dengan beberapa ahli serta stakeholder terkait, Jumat pekan lalu. Antara lain dari Ikatan Dokter Anak Cabang Sumut (IDAI) Sumut, Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Sumut, Satgas Penanganan Covid-19 Sumut dan lainnya.
Sedangkan untuk stakeholder hadir Wali Kota Medan Bobby Nasution, Plt Sekda Binjai Irwansyah Nasution, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Deliserdang, Citra Effendi Capah, serta kepala Disdik dan kepala Dinkes di wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang (Mebidang).
“Keputusan sekolah tatap muka itu bukan keputusan Sumut, tetapi nasional, dengan catatan Standar Operasional Prosedur atau SOP-nya harus jelas. Bila dibuka ada syarat yang harus diikuti, bila zona merah tidak mungkin dibuka, bila menurut Satgas bisa dibuka kita buka, bila merah lagi mau tidak mau kita tutup,” kata Wagubsu Musa Rajekshah usai Rapat Koordinasi Persiapan PTM di sekolah, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Jenderal Sudirman Medan.
SOP dimaksud sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri Nomor 23425/A5/HK.01.04/2021 tanggal 8 April 2021. Ia menyebut perlu tim khusus yang bertugas untuk melihat langsung kesiapan sekolah-sekolah menyelenggarakan PTM terbatas. Tim khusus ini terdiri dari Dinas Pendidikan setiap daerah sebagai leading sector (sektor pemimpin) dan Dinas Kesehatan sebagai support sector (sektor pendukung).
“Bila dibuka perlu ada pengawasan yang ketat terkait penyelenggaraan PTM terbatas di sekolah, pengawasan terkait SOP-nya. Kita tidak ada klaster-klaster baru yang timbul setelah membuka sekolah tatap muka,” kata pria yang karib disapa Ijeck. (ris)