MEDAN, SUMUTPOS.CO – Balai Bahasa Sumatera Utara (Sumut) kembali menggelar pemilihan Duta Bahasa Sumut 2019. Tahun ini, terpilih Muhammad Irfan Novaldi asal Tanjung Balai (putra) dan Nadia Virdhani Hia (putri) asal Gunung Sitoli, Nias. Keduanya merupakan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri Medan (Unimed).
Mereka terpilih setelah melewati berbagai tahapan dan mengalahkan 9 pesaingnya baik putra dan putri pada malam puncak pemilihan di Hotel Le Polonia, Medan, Sabtu (13/7) malam.
Pada malam puncak, keduanya cukup sukses menarik perhatian para dewan juri yaitu Plt Kepala Balai Bahasa Sumutn
Muhammad Muis, Kassubag Tata Usaha Balai Bahasa Sumut, Salbia Nurul Aini, praktisi komunikasi, Hj Mora Nasution, Duta Bahasa Sumut 2013, Febby Yoana Siregar dan Kepala UPT Museum Negeri Sumut, Martina. mengalahkan 9 pesaingnya baik putra dan putri yang berasal dari kabupaten/kota di Sumut.
Plt Kepala Balai Bahasa Sumut, Muhammad Muis mengatakan, tujuan dilaksanakan pemilihan duta bahasa ini adalah untuk memilih generasi muda yang unggul dan nantinya bertugas menjadi mitra pihaknya menyosialisasikan program Balai Bahasa kepada masyarakat luas. Dalam hal ini, khususnya pengembangan, pembinaan dan pelestarian bahasa Indonesia serta bahasa daerah di Sumut.
“Para peserta yang mengikuti pemilihan duta bahasa berasal dari kabupaten/kota di Sumut, awalnya ada 160 peserta yang mendaftar. Kemudian, diseleksi menjadi 60 peserta, lalu 20 peserta dan selanjutnya 8 peserta hingga akhirnya dipilih 2 orang dari putra dan putri,” ungkap Muis yang diwawancarai disela-sela malam puncak pemilihan.
Dijelaskan Muis, menjadi duta bahasa Sumut tentulah tidak mudah karena harus sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Mulai dari aspek penguasaan bahasa Indonesia baik dan benar, wawasan yang luas, penampilan ketika berbicara di depan umum serta mempresentasikan gagasannya.
“Duta bahasa yang terpilih akan diberangkat ke Jakarta pada Agustus mendatang. Di sana, keduanya nanti bertanding pada tingkat nasional untuk menjadi duta bahasa Indonesia 2019. Tahun lalu, perwakilan Sumut meraih prestasi sebagai juara harapan tiga. Target kita, harapannya bisa menjadi yang terbaik dan keluar sebagai pemenangnya,” ujar dia.
Muis mengatakan, duta bahasa yang terpilih ini harus bisa menyampaikan pesan-pesan kebahasaan dan kesastraan atau mengajak masyarakat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Selain itu, juga mengajak melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahasa asing. Sebab, semua hal itu menjadi pilar untuk mengembangkan bangsa ini ke depannya.
Lebih lanjut Muis mengatakan, dalam acara resmi masyarakat diharuskan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Misalnya, dalam forum-forum resmi seperti presentasi, diskusi ilmiah, seminar dan lain sebagainya. Sedangkan pada acara tidak resmi seperti di lingkungan keluarga, di warung kopi, berbicara kepada teman dan lainnya, maka silahkan menggunakan bahasa daerah.
“Bahasa Indonesia harus menjadi prioritas bagi masyarakat luas, termasuk penamaan dalam media luar ruang seperti spanduk, reklame, nama perusahaan dan sebagainya. Maka, bahasa Indonesia berada pada paling atas atau depan. Lalu, barulah diikuti bahasa daerah. Apabila diperlukan penggunaan bahasa asing, dipersilahkan menggunakan tetapi terjemahannya. Hal ini sesuai dengan Undang Undang Nomor 24/2009,” pungkas Muis.
Sementara, Irfan, duta bahasa Sumut 2019 yang terpilih mengaku optimis keluar sebagai pemenang pada proses pemilihan. Namun begitu, mahasiswa jurusan Bahasa Inggris ini tetap tidak angkuh dan sombong. “Saya diajarkan oleh teman-teman dan senior pada organisasi himpunan jurusan di kampus agar selalu meletakkan ekspektasi di titik terendah. Saat sangat senang dapat terpilih menjadi pemenang dan melanjutkan amanah yang diberikan,” kata Irfan.
Tak jauh beda disampaikan Nadia. Ia merasa bersyukur atas pencapaian yang diraih ini. “Saya bersyukur dan tentunya sangat senang, Namun di satu sisi prestasi ini menjadi amanah yang harus benar-benar diemban,” ujarnya. (ris/ila)